Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Memproyeksi Gerak Saham GOTO jika Merger dengan Grab

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 05 February 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Memproyeksi Gerak Saham GOTO jika Merger dengan Grab

KABARBURSA.COM - Kabar mengenai rencana penggabungan (merger) dua startup antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Grab Holdings Ltd., kembali berembus. Tak lama berselang, manajemen GoTo menepis isu tersebut.

Dua media mancanegara, Bloomberg dan DealStreetAsia menjadi yang pertama meniup kabar ini. Dalam laporannya, Bloomberg menyebut bahwa Grab sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi perusahaan yang terkenal dengan layanan transportasi daringnya itu.

Lebih lanjut, Bloomberg menerangkan, Grab akan menempuh skenario pembelian seluruh saham GOTO senilai lebih dari Rp100 per lembar. Ini berarti perusahaan asal Singapura itu membeli saham lebih tinggi 13,6 persen dari harga saham GOTO saat ini pada pembukaan perdagangan Rabu, 5 Februari 2025 di level Rp85 per lembar. Adapun saat ini, GoTo Gojek Tokopedia memiliki valuasi USD6,67 miliar.

Sebelumnya, DealStreetAsia mengabarkan bahwa GOTO dan Grab tengah dalam proses percepatan pembicaraan merger. Targetnya, kesepakatan dua perusahaan berstatus decacorn akan dirampungkan pada 2025.

Meskipun belum terjadi, menarik untuk memproyeksikan gerak saham GOTO ke depan, apabila merger dengan Grab rampung, mengingat harga saham penyedia ojek daring ini masih sangat rendah.

GOTO Tepis Isu Merger

Melalui keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 4 Februari 2025, Sekretaris Perusahaan GOTO R.A. Koesoemohadiani mengatakan saat ini tidak ada kesepakatan dengan pihak manapun perihal transaksi merger.

"Perseroan ingin memberikan klarifikasi bahwa tidak ada kesepakatan antara perseroan dengan pihak manapun untuk melakukan transaksi merger sebagaimana telah diberitakan di media massa," ujarnya, seperti dikutip Rabu, 5 Februari 2025.

Ia juga menegaskan, GOTO tidak membuka maupun menerima diskusi spesifik dengan layanan ride-hailing asal Singapura tersebut. "Tidak ada diskusi yang dilakukan oleh perseroan mengenai kesepakatan apapun dengan Grab," ungkapnya.

Di samping itu, Koesoemohadiani menyampaikan kepada BEI bahwa GOTO juga belum memiliki rencana aksi korporasi dalam rentang 12 bulan ke depan selain yang telah mendapat persetujuan pemegang saham.

"Selain dari pelaksanaan pembelian kembali saham yang telah mendapat persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dilakukan oleh perseroan pada tanggal 11 Juni 2024," tuturnya.

Koesoemohadiani memastikan isu merger tersebut tidak berpengaruh terhadap kegiatan operasional maupun kelangsungan usaha perusahaan. "Tidak ada informasi/kejadian penting lainnya yang belum atau tidak diungkapkan oleh perseroan," tukas dia.

Kinerja Keuangan GOTO Mulai Membaik

Apabila melihat kinerja keuangan GoTo Gojek Tokopedia pada kuartal III 2024 kemarin, tampak perseroan masih membukukan rugi bersih sebesar Rp4,31 triliun. Namun, angka ini menunjukkan perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun 2023, sebesar Rp9,55 triliun (year on year/yoy).

Berdasarkan laporan keuangan terakhir, GoTo berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp11,7 triliun selama sembilan bulan pertama 2024, meningkat 11,4 persen secara tahunan dari Rp10,5 triliun pada periode yang sama tahun 2023. Pendapatan di kuartal III 2024 mencapai Rp4,1 triliun, naik 11,1 persen secara kuartalan (quarter on quarter/qoq) dari Rp7,7 triliun di kuartal II 2024.

[caption id="attachment_26833" align="aligncenter" width="1024"] Seorang pengemudi ojek daring dari PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) tengah berhenti di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. (Kabar Bursa/Abbas Sandji)[/caption]

Namun, laba kotor perusahaan mengalami penurunan 9,0 persen yoy menjadi Rp6,1 triliun dibandingkan Rp6,7 triliun pada sembilan bulan pertama 2023. Meski begitu, secara kuartalan, laba kotor naik 16,7 persen dari Rp4,0 triliun di kuartal II 2024 menjadi Rp2,2 triliun di kuartal III 2024. Margin laba kotor tercatat stabil di angka 52,1 persen.

Dari sisi EBITDA, GoTo mencatat perbaikan signifikan dengan mencatatkan EBITDA positif sebesar Rp137 miliar selama sembilan bulan pertama 2024, berbalik dari EBITDA negatif sebesar Rp942 miliar pada periode yang sama tahun lalu. EBITDA margin juga menunjukkan peningkatan, mencapai 1,2 persen.

Meski masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp4,3 triliun selama sembilan bulan pertama 2024, angka ini turun 54,7 persen dibandingkan rugi bersih Rp9,5 triliun pada sembilan bulan pertama 2023. Net margin tercatat di angka minus 36,8 persen, menunjukkan adanya perbaikan dari tahun sebelumnya.

Pada sisi neraca, GOTO memiliki total aset sebesar Rp43,83 miliar dengan total ekuitas sebesar Rp34,05 miliar. Perusahaan juga memiliki kas sebesar Rp20,54 miliar, memberikan bantalan likuiditas yang cukup besar. Sementara itu, utang jangka panjang tercatat sebesar Rp2,67 miliar, sedangkan utang jangka pendek berada pada angka Rp1,88 miliar.

Melihat capaian itu, analis Stocknow.id Abdul Haq Al Faruqy mengatakan kepada Kabarbursa.com, bahwa emiten transportasi ini berada di jalur yang tepat mengakhiri kinerja baik pada 2024 sekaligus memiliki prospek pertumbuhan positif pada 2025.

“Pencapaian ini menunjukkan bahwa GOTO in line untuk mencapai target BEP dari adjusted EBITDA untuk full year 2024,” kata Abdul di Jakarta, Selasa, 24 Desember 2024.

Syaratnya adalah GoTo bisa memaksimalkan pendapatan dari segmen on demand service. “Serta efisiensi operasional untuk menghasilkan Adjusted EBITDA pada tahun 2025” ujarnya.

Kendati begitu, emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2022 ini, diperkirakan bakal menghadapi tantangan strategis dan operasional di tahun 2025. Menurut Abdul, persaingan pasar yang ketat dari kompetitor lokal dan global seperti Shopee dan Grab akan menekan GOTO untuk terus berinovasi sambil menjaga strategi harga agar tetap kompetitif tanpa mengorbankan margin keuntungan.

“Selain itu, menjaga keberlanjutan profitabilitas, terutama mempertahankan EBITDA positif sambil meningkatkan investasi di teknologi dan ekspansi pasar, akan menjadi prioritas yang sulit dicapai,” jelasnya.

Grab Cetak Laba Rp236 Miliar

Kompetitor GoTo, yakni Grab Holdings Ltd., berhasil mencetak laba sebesar USD15 juta atau sekitar Rp236 miliar pada kuartal III 2024 kemarin. Laba ini mengalami pertumbuhan sekitar USD114 juta yoy dari kondisi sebelumnya ketika Grab merugi USD99 juta.

Grab memperoleh laba setelah terjadi peningkatan EBITDA yang disesuaikan oleh perusahaan, peningkatan pendapatan keuangan bersih, dan biaya kompensasi berbasis saham yang lebih rendah sebesar USD53 juta.

[caption id="attachment_27018" align="aligncenter" width="1024"] Tampak seorang penumpang dan pengendara ojek daring Grab tengah berbicara di pinggir jalan. (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji).[/caption]

Hal tersebut sejalan dengan pendapatan Grab yang tumbuh pada kuartal yang sama sebesar USD716 juta, meningkat 17 persen yoy, dari sebelumnya USD615 juta.

Adapun kapitalisasi pasar Grab kini mencapai USD20,58 miliar.

Sementara itu dari lantai bursa, dalam setahun, saham Grab Holdings Ltd., (Nasdaq: GRAB), menunjukkan kinerja impresif dengan lonjakan harga sebesar 59,19 persen. Selama 52 minggu terakhir, saham Grab mencapai titik tertinggi di USD5,72 dan terendah di USD2,98, menunjukkan volatilitas yang cukup signifikan di tengah dinamika pasar teknologi dan startup Asia Tenggara.

Merger dengan Grab, Game Changer buat GOTO?

Saham GoTo Gojek Tokopedia mencatatkan kinerja valuasi yang masih berada di zona negatif, mencerminkan tantangan yang terus dihadapi oleh perusahaan teknologi ini. Namun isu merger dengan Grab dinilai membuat saham GOTO menarik di mata para investor.

Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan optimisme terhadap GOTO semakin kuat. “Sejak awal tahun 2025, saham GOTO telah menguat 18 persen secara year-to-date (ytd), mencerminkan keyakinan pasar terhadap perbaikan kinerja perusahaan,” ujar dia dalam keterangannya kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Selasa, 4 Februari 2025.

Meski begitu, dari lantai bursa pada sesi I perdagangan hari ini, saham GOTO melemah tajam sebesar 5,75 persen ke level Rp82. Penurunan ini terjadi di tengah lonjakan volume transaksi yang mencapai 9,56 miliar saham, jauh di atas rata-rata volume harian sebesar 4,67 miliar saham.

Adapun saham GOTO dibuka di level Rp85, lebih rendah dari penutupan hari sebelumnya di Rp87. Sepanjang sesi perdagangan, harga saham sempat menyentuh level tertinggi di Rp87 dan terendah di Rp81, mendekati batas bawah auto rejection (ARB) di Rp57. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp799,4 miliar dengan total 95.632 lot berpindah tangan.

Lebih jauh, berdasarkan data terbaru, rasio Price to Earnings (PE) GOTO menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan.

PE Ratio tahunan GOTO tercatat di -16,98, sementara PE Ratio trailing twelve months (TTM) berada di -1,15. Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan masih merugi secara signifikan, berbeda jauh dari median PE Ratio IHSG yang tercatat sebesar 7,89. Sementara itu, Forward PE Ratio GOTO bahkan lebih dalam di angka -53,73, menunjukkan ekspektasi pasar terhadap potensi kerugian yang berlanjut di masa depan.

Earnings Yield (TTM) GOTO juga berada di angka negatif -87,19 persen, mempertegas tekanan terhadap profitabilitas perusahaan. Rasio lainnya seperti Price to Sales (TTM) berada di angka 6,13 dan Price to Book Value (PBV) di angka 2,87, menandakan valuasi pasar yang masih cukup tinggi meski kinerja keuangan belum stabil.

Dari sisi arus kas, Price To Cashflow (TTM) tercatat di -84,05, dan Price To Free Cashflow (TTM) berada di -14,66. Hal ini menunjukkan bahwa GOTO masih menghadapi tantangan dalam menghasilkan arus kas positif dari operasionalnya.

Dalam perspektif per saham, Earnings Per Share (EPS) TTM GOTO berada di -71,49, sementara EPS tahunan di -4,83. Revenue per share (TTM) tercatat sebesar 13,38, dengan kas per saham pada kuartal terakhir di angka 17,24. Meskipun memiliki kas yang relatif memadai, free cashflow per share (TTM) masih negatif di -5,59, menandakan kebutuhan perusahaan untuk memperbaiki efisiensi operasional.

Oleh karena itu, jika valuasi PBV naik ke kisaran 2,5–3x karena sentimen merger dan potensi sinergi bisnis, harga saham GOTO bisa bergerak di kisaran Rp100–Rp125.

Sedangkan, menggunakan P/S, harga saham GOTO bisa naik ke kisaran Rp75–Rp90 jika sinergi pasca-merger terlihat menjanjikan.

Berdasarkan pendekatan PBV dan P/S, proyeksi harga saham GOTO akan bergerak di kisaran Rp100–Rp120 jika pasar merespons positif sinergi merger dan valuasi meningkat.

Angka tersebut sesuai dengan perhitungan sisi teknikal Hendra. Ia melihat saham GOTO saat ini berada dalam tren positif dengan resistance kuat di level Rp91. Jika mampu breakout dari level ini, GOTO berpeluang besar menguji level psikologis Rp100. (*)

 

* Reporter Kabarbursa.com Hutama Prayoga ikut berkontribusi pada artikel ini.