KABARBURSA.COM - Setelah sempat gonjang-ganjing gara-gara ancaman tarif Donald Trump, Wall Street akhirnya kembali tenang pada Selasa waktu setempat atau Rabu dini hari WIB. Kali ini, saham-saham teknologi yang jadi jagoan. Salah satunya Palantir Technologies, perusahaan yang lagi naik daun berkat euforia kecerdasan buatan, sukses bikin indeks AS melesat setelah laporan keuangan mereka lebih kuat dari perkiraan.
Dilansir dari AP di Jakarta, Rabu, 5 Februari 2025, S&P 500 naik 0,7 persen setelah sehari sebelumnya jungkir balik akibat kekhawatiran perang dagang. Dow Jones ikut menambah 134 poin (0,3 persen), sementara Nasdaq yang dipenuhi saham teknologi melesat 1,4 persen.
Trump, yang sehari sebelumnya bikin pasar panik, akhirnya setengah mengendurkan tensi dengan menunda penerapan pajak impor terhadap produk Kanada dan Meksiko selama satu bulan. Pengumuman soal Kanada baru keluar setelah jam perdagangan tutup, tapi efeknya tetap terasa keesokan harinya. Wall Street sedikit lega karena ini memperkuat harapan lama mereka: mungkin Trump sebenarnya cuma gertak sambal.
Investor melihat tarif hanyalah alat negosiasi buat Trump, bukan kebijakan permanen. Lagipula, sejarah menunjukkan bahwa Trump cukup sensitif terhadap reaksi pasar modal. Kalau Wall Street babak belur gara-gara perang dagang, kemungkinan besar dia bakal cari cara buat mundur teratur.
Tapi jangan senang dulu. Beberapa analis mengingatkan ancaman tarif Trump tetap harus dianggap serius. Dalam laporan terbaru Bank of America (BofA) Global Research, tim analis yang dipimpin Mark Cabana menyebutkan “pasar saham adalah barometer kebijakan pemerintah AS, dan setiap kebijakan yang merugikan aset berisiko kemungkinan bakal dikoreksi cepat.” Dengan kata lain, lebih baik tetap hati-hati.
Menurut mereka, pelajaran dari drama tarif ini jelas, yakni pemerintahan Trump bersifat transaksional alias belum ada yang benar-benar final sampai keputusan resmi keluar.
Faktanya, Trump tetap melanjutkan pajak 10 persen untuk perusahaan AS yang mengimpor barang dari China. Beijing tak tinggal diam. Pada Selasa krmarin, China langsung membalas dengan mengumumkan tarif balasan serta investigasi antimonopoli terhadap Google.
Namun, tarif baru dari China, termasuk bea 15 persen untuk batu bara dan gas alam cair asal AS, serta 10 persen untuk minyak mentah, alat pertanian, dan mobil bermesin besar, baru akan berlaku Senin pekan depan. Masih ada waktu buat negosiasi antara Trump dan Presiden China Xi Jinping sebelum perang dagang ini benar-benar pecah.
Sebagian analis di Wall Street melihat konflik dagang dengan China beda kasus dibandingkan perselisihan Trump dengan negara lain. Dalam hubungan dagang dengan Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa, Trump kemungkinan besar bakal berusaha cari titik temu. Tapi untuk China, kemungkinan besar dia bakal tetap keras kepala, sama seperti yang dia lakukan di periode pertama.
Analis di Macquarie, Thierry Wizman, berujar, “Untuk sekutu AS, hasil dari semua drama ini lebih cenderung ke arah kompromi, bukan perang tarif.”
Saham Alphabet, induk perusahaan Google, tetap naik 2,5 persen meskipun ada ancaman investigasi dari China. Perusahaan ini baru mengumumkan laporan keuangan setelah jam perdagangan tutup, dan investor tampaknya optimistis.
Di sektor lain, saham-saham yang sempat goyang akibat ancaman tarif Meksiko akhirnya mulai pulih. Industri otomotif yang sebelumnya anjlok—karena sebagian besar produksinya berbasis di Meksiko—hari ini mulai naik. General Motors naik 1,4 persen, sedangkan Ford melompat 2,7 persen.
Salah satu bintang utama di Wall Street adalah Palantir Technologies, yang terbang 24 persen setelah mencatat laba lebih tinggi dari perkiraan analis di kuartal terakhir. Perusahaan yang berbasis di Denver ini juga memberikan proyeksi pendapatan yang melampaui ekspektasi pasar. CEO Alexander Karp bahkan sesumbar bahwa Palantir kini ada di pusat revolusi kecerdasan buatan (AI).
Di sisi lain, tak semua laporan keuangan berbuah manis. Merck, raksasa farmasi, malah ambruk 9,1 persen, meskipun berhasil melampaui ekspektasi laba dan penjualan di kuartal terakhir. Penyebabnya karena pendapatan ke depan kurang menggembirakan, terutama setelah penundaan pengiriman salah satu produk andalannya ke China.
Secara keseluruhan, S&P 500 naik 43,31 poin ke level 6.037,88, Dow Jones bertambah 134,13 poin ke 44.556,04, dan Nasdaq melesat 262,06 poin ke 19.654,02.
Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury sedikit turun setelah laporan terbaru menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS mulai kehilangan sedikit daya dorong terhadap inflasi. Jumlah lowongan kerja di akhir Desember ternyata lebih rendah dari perkiraan ekonom yang bisa diartikan sebagai tanda perlambatan, tapi masih dalam kondisi yang sehat.
Imbal hasil Treasury 10 tahun turun menjadi 4,51 persen dari 4,56 persen pada akhir perdagangan Senin. Sementara itu, Treasury 2 tahun, yang lebih sensitif terhadap ekspektasi suku bunga The Fed, turun menjadi 4,21 persen dari 4,25 persen.(*)