Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Merger GoTo dan Grab Dibahas Lagi, Akankah Terjadi Tahun ini?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 04 February 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Merger GoTo dan Grab Dibahas Lagi, Akankah Terjadi Tahun ini?

KABARBURSA.COM - Kabar mengenai percepatan pembicaraan merger antara Grab Holdings (Singapura) dan GoTo Group (Indonesia) menandai babak baru dalam industri layanan transportasi dan teknologi di Asia Tenggara.

Kedua perusahaan raksasa ini telah lama bersaing untuk mendominasi pasar yang luas dengan lebih dari 650 juta konsumen. Namun, tekanan finansial yang terus meningkat dan tantangan dalam mencapai profitabilitas membuat keduanya semakin mempertimbangkan langkah strategis untuk bergabung.

Diskusi mengenai merger ini semakin intensif dalam beberapa pekan terakhir, dengan target kesepakatan tercapai pada 2025.

Meski kedua perusahaan telah membahas kemungkinan penggabungan selama beberapa tahun, berbagai faktor seperti perbedaan strategi, tekanan regulasi, dan potensi dampak antimonopoli menjadi hambatan utama yang menghambat tercapainya kesepakatan.

Namun, perubahan kondisi pasar dan kebutuhan untuk menekan biaya operasional tampaknya mempercepat pembicaraan yang sebelumnya berjalan lambat.

Baik Grab maupun GoTo telah berupaya mengoptimalkan keuangan mereka setelah melakukan debut di pasar saham dalam beberapa tahun terakhir. Grab, yang mendapat dukungan dari Uber Technologies, telah melakukan ekspansi dengan mengakuisisi jaringan supermarket di Malaysia serta aplikasi reservasi di Singapura.

Sementara itu, GoTo yang didukung oleh SoftBank Group, telah melakukan restrukturisasi besar dengan melepas kendali atas divisi e-commerce mereka kepada TikTok dalam transaksi senilai USD1,5 miliar pada tahun lalu. Langkah-langkah ini mencerminkan upaya masing-masing perusahaan untuk meningkatkan efisiensi sebelum kemungkinan merger terjadi.

Dari segi pergerakan saham, kabar terkait pembicaraan merger ini turut memberikan dampak signifikan terhadap kinerja pasar. Saham GoTo melonjak hingga 6,2 persen di Jakarta, mendorong kenaikan lebih dari 20 persen sejak awal tahun.

Sebaliknya, saham Grab mengalami penurunan sekitar 4 persen di New York sepanjang 2025. Jika merger benar-benar terjadi, maka perusahaan gabungan ini berpotensi memiliki valuasi pasar mendekati USD25 miliar, menjadikannya salah satu entitas teknologi terbesar di Asia Tenggara.

Namun, tantangan eksternal tetap menjadi faktor yang harus diperhitungkan. Pertumbuhan bisnis kedua perusahaan telah melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, seiring dengan perubahan pola belanja konsumen yang lebih berhati-hati akibat inflasi dan suku bunga tinggi.

Permintaan layanan transportasi dan pengantaran makanan juga tidak sekuat sebelumnya, sehingga menghambat ekspansi yang lebih agresif.

Keputusan untuk menggabungkan dua kekuatan besar ini tentu akan menjadi titik balik dalam lanskap bisnis digital di Asia Tenggara. Jika berhasil, merger ini dapat mengurangi persaingan yang selama ini menekan margin keuntungan, sekaligus menciptakan perusahaan yang lebih kuat secara finansial dan operasional.

Namun, tanpa kesepakatan yang matang dan strategi yang tepat, potensi hambatan regulasi dan tantangan dalam integrasi bisnis bisa menjadi kendala serius bagi kedua perusahaan di masa depan.

Valuasi Lebih dari USD7 Miliar

Sementara itu, mengutip hasil riset analis Stockbit Sekuritas Edi Chandren, Selasa, 4 Februari 2025, perkembangan terbaru di industri teknologi Asia Tenggara menunjukkan bahwa Grab Holdings Ltd. (Nasdaq: GRAB) tengah mempertimbangkan langkah strategis untuk mengakuisisi GoTo Gojek Tokopedia (IDX: GOTO).

Laporan dari Bloomberg mengungkapkan bahwa dalam skenario yang sedang dibahas, valuasi akuisisi ini diperkirakan melebihi USD7 miliar, dengan penawaran harga saham lebih dari Rp100 per lembar. Angka ini mencerminkan kenaikan sekitar 13,6 persen dibandingkan harga saham GOTO yang saat ini berada di level Rp88 per lembar.

Baik Grab maupun GoTo belum memberikan pernyataan resmi terkait laporan ini. Juru bicara GoTo menolak berkomentar, sementara perwakilan Grab juga belum memberikan tanggapan atas rumor yang berkembang.

Namun, kabar ini muncul hanya beberapa hari setelah DealStreetAsia mengungkapkan bahwa kedua perusahaan telah mempercepat pembicaraan merger, dengan target kesepakatan yang diharapkan tercapai pada 2025.

Rencana penggabungan antara dua raksasa ride-hailing dan e-commerce ini sebenarnya bukanlah hal baru. Sejak beberapa tahun lalu, diskusi mengenai merger telah dilakukan, didorong oleh tujuan utama untuk menekan biaya operasional serta meredam tekanan kompetisi di kawasan Asia Tenggara.

Namun, pembicaraan ini menghadapi berbagai hambatan, termasuk perbedaan strategi bisnis serta tantangan dari regulasi anti-monopoli di beberapa negara tempat kedua perusahaan beroperasi.

Jika akuisisi ini terealisasi, dampaknya akan signifikan terhadap lanskap industri digital di Asia Tenggara. Gabungan kedua perusahaan berpotensi menciptakan entitas yang lebih dominan, dengan jangkauan layanan yang lebih luas mencakup transportasi, logistik, layanan keuangan digital, dan e-commerce.

Namun, potensi monopoli juga menjadi perhatian utama regulator, terutama di pasar seperti Indonesia dan Singapura, di mana baik Grab maupun GoTo memiliki pangsa pasar yang besar.

Di sisi lain, akuisisi ini juga dapat menjadi solusi bagi tantangan keuangan yang selama ini dihadapi oleh kedua perusahaan.

Sejak melantai di bursa, baik Grab maupun GoTo masih berjuang untuk mencapai profitabilitas di tengah ketatnya persaingan dan perlambatan pertumbuhan akibat faktor ekonomi makro, seperti inflasi dan suku bunga tinggi. Dengan strategi konsolidasi, efisiensi biaya bisa ditingkatkan, sehingga mempercepat pencapaian laba bagi perusahaan gabungan.

Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa pembicaraan ini tidak akan menghasilkan kesepakatan final. Seperti yang diungkapkan oleh sumber Bloomberg, negosiasi masih berlangsung dan masih terdapat berbagai faktor yang dapat menghambat jalannya transaksi.(*)