KABARBURSA.COM - Menjelang laporan kinerja kuartal keempat 2024, PT Medikaloka Hermina Tbk, dengan kode saham HEAL, diperkirakan mencatatkan laba bersih sebesar Rp532 miliar pada 2024. Perkiraan catatan ini berada di bawah estimasi konsensus.
Dalam riset yang disampaikan Indo Premier Sekuritas, Senin, 3 Februari 2025, EBITDA HEAL untuk tahun 2024 diperkirakan akan sesuai dengan ekspektasi. Salah satu faktor utama yang mempengaruhinya adalah keikutsertaan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang diprediksi akan mengalami defisit kumulatif pada akhir tahun 2025.
Dengan asumsi tidak ada peningkatan intensitas pendapatan secara kuartalan, pendapatan HEAL untuk tahun 2024 diproyeksikan tumbuh sebesar 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang selaras dengan estimasi konsensus.
Beban operasional diperkirakan tetap stabil dibandingkan kuartal sebelumnya, sehingga EBITDA tahun 2024 diproyeksikan mencapai Rp1,8 triliun. Namun, berdasarkan diskusi dengan perusahaan, terdapat potensi penyisihan piutang yang cukup besar pada kuartal keempat akibat keterlambatan pembayaran dari JKN.
Estimasi penyisihan ini diperkirakan mencapai sekitar Rp60 miliar, yang dapat dibalik kembali setelah pembayaran dilakukan.
Dengan demikian, laba bersih HEAL untuk kuartal keempat diproyeksikan sebesar Rp64 miliar, turun 28 persen secara tahunan, yang membawa total laba bersih tahun 2024 ke Rp532 miliar atau 90 persen dari estimasi konsensus.
Kekhawatiran terhadap potensi defisit JKN masih berada dalam batas yang dapat dikelola, meskipun harga saham HEAL mengalami koreksi sebesar 14,7 persen dalam sebulan terakhir akibat sentimen negatif terhadap risiko gagal bayar JKN.
Hingga kuartal ketiga 2024, JKN masih mencatatkan surplus kumulatif, meskipun Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) memperkirakan bahwa JKN akan mencapai defisit kumulatif pada akhir tahun 2025 jika tidak ada penyesuaian tarif.
Berdasarkan PP Nomor 59 Tahun 2024, pemerintah berencana untuk mengubah tarif JKN paling lambat 30 Juni 2025, yang seharusnya dapat mengatasi defisit tersebut.
Selain itu, piutang HEAL dari JKN tetap berada dalam kondisi yang sehat, dengan rata-rata hari pembayaran sebesar 52 hari pada kuartal ketiga 2024, jauh lebih baik dibandingkan dengan 133 hari pada tahun 2019 ketika JKN mengalami defisit kumulatif.
Dalam menghadapi tahun 2025, HEAL diperkirakan masih menghadapi tren downtrading akibat kondisi makroekonomi yang kurang mendukung. Pendapatan rumah sakit dari pasien JKN mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 22,8 persen secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan dari pasien non-JKN yang hanya sebesar 12 persen.
Hal ini terjadi di tengah kenaikan biaya hidup, termasuk lonjakan harga beras sebesar 16,7 persen secara tahunan. Untuk mengantisipasi peningkatan permintaan, HEAL berencana menambah 900 tempat tidur operasional pada tahun 2025, yang setara dengan 12,1 persen dari total kapasitas operasional tahun 2024.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, proyeksi pendapatan HEAL untuk tahun 2025 direvisi naik sebesar 3 persen menjadi 15,6 persen secara tahunan.
Rekomendasi "BUY" tetap dipertahankan dengan target harga yang direvisi naik menjadi Rp2.050 per saham.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.