KABARBURSA.COM - PT Adaro Andalan Indonesia Tbk atau dalam kode saham AADI menjadi salah satu saham yang direkomendasikan PT Indo Premier Sekuritas atau IPOT untuk diserok pada perdagangan pekan ini, 3 sampai 7 Januari 2025.
Adaro didirikan pada tahun 2004, merupakan perusahaan induk yang memiliki aset-aset di sektor batu bara termal, logistik, pertanahan, investasi, dan ketenagalistrikan. Dilansir dari laman resminya, www.adaroindonesia.com pada Senin, 3 Januari 2025, wilayah operasional perusahaan mencakup Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Tengah.
Sementara, model bisnis perusahaan mencerminkan rantai pasokan yang terintegrasi dari tambang, logistik, hingga pembangkit listrik, dengan tambang batu bara sebagai titik awal operasi dan pembangkit listrik sebagai titik akhir integrasinya.
AADI resmi melantai ke Bursa Efek Indonesia di 5 Desember 2024. Dalam penawaran umum perdana saham atau IPO. Ia menjual 778,68 juta saham biasa dengan nilai nominal Rp3.125 per saham dan menghasilkan dana sebesar Rp4,32 triliun.
Saham AADI saat ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan bahkan dua kali lipat jika dibandingkan penawaran perdananya. Selain itu, saham ini masuk kategori incaran investor karena keuntungan masih dianggap menjanjikan.
Lalu bagaimana kinerja keuangannya.
Dilansir dari Stockbit pada Senin di Jakarta 3 Januari 2024 kinerja keuangan AADI mencatat pendapatan sebesar Rp14,081 miliar pada kuartal kedua tahun 2024.
Angka ini mengalami penurunan sebesar 10,81 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba kotor juga mengalami penurunan sebesar 24,24 persen secara tahunan, meskipun laba bersih justru meningkat sebesar 32,43 persen dibandingkan kuartal kedua tahun 2023.
Dari sisi profitabilitas, margin laba kotor pada kuartal terakhir tercatat sebesar 29,26 persen, sementara margin laba operasi mencapai 35,55 persen. Margin laba bersih menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu 32,33 persen.
Dari aspek valuasi, rasio harga terhadap laba atau price to earnings ratio berdasarkan laba yang diannualisasi berada di level 2,53 kali, sedangkan rasio harga terhadap laba ke depan atau forward price to earnings ratio tercatat sebesar 6,16 kali. Rasio harga terhadap nilai buku atau price to book value tercatat sebesar 1,82 kali, yang mencerminkan valuasi yang masih relatif menarik.
Dari sisi likuiditas, perseroan mencatat rasio lancar atau current ratio sebesar 1,23 kali dan rasio cepat atau quick ratio sebesar 1,18 kali, yang mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sementara itu, rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio berada di level 0,37 kali, dengan total liabilitas terhadap ekuitas sebesar 1,14 kali.
Total aset perseroan per akhir kuartal kedua 2024 tercatat sebesar Rp89.069 miliar, dengan total ekuitas sebesar Rp39.068 miliar. Sementara itu, total liabilitas perusahaan mencapai Rp44,462 miliar, dengan total utang sebesar Rp14.593 miliar, yang terdiri dari utang jangka pendek sebesar Rp12,542 miliar dan utang jangka panjang sebesar Rp2,051 miliar. Posisi kas yang cukup kuat dengan saldo kas sebesar Rp17,706 miliar membuat perusahaan mencatat posisi utang bersih negatif sebesar Rp3,113 miliar, yang berarti perusahaan memiliki lebih banyak kas dibandingkan dengan total utangnya.
Dari sisi arus kas, perusahaan mencatat arus kas bebas atau free cash flow pada kuartal kedua tahun ini sebesar Rp7,826 miliar, yang menunjukkan likuiditas yang solid dalam mendukung operasional dan strategi pertumbuhan ke depan.
Dalam hal performa saham, harga saham AADI mengalami kenaikan sebesar 16,56 persen dalam satu bulan terakhir dan telah meningkat sebesar 7,96 persen sejak awal tahun 2024. Saat ini, kapitalisasi pasar perusahaan tercatat sebesar Rp71,250 miliar dengan nilai enterprise sebesar Rp73,677 miliar.(*)