Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BEI Umumkan Penetapan Periode Kontrak IDX30

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 02 February 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Redaksi
BEI Umumkan Penetapan Periode Kontrak IDX30

KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia atau BEI mengumumkan penetapan periode kontrak berjangka untuk Indeks Efek IDX30 pada Februari 2025. Ada tiga jenis yang diumumkan.

Dilansir dari keterbukaan informasi pada Minggu, 2 Januari 2025, BEI merilis pengumuman resmi No. Peng-00022/BEI.POP/01-2025 pada 31 Januari 2025 perihal kontrak berjangka baru, yang ditandatangani resmi oleh Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI, Pande Made Kusuma Ari A, serta Kepala Unit Pengelolaan Data Efek dan Parameter Perdagangan BEI, Rendy Ridwansyah.

"Sesuai dengan Peraturan Perdagangan PT Bursa Efek Indonesia No. II-E Tentang Perdagangan Kontrak Berjangka, BEI memperkenalkan kontrak berjangka baru bertipe IDX30J5 dengan harga spot 426,50," tulis manajemen BEI.

IDX30 adalah indeks yang mencatatkan 30 saham perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar dan likuiditas tinggi yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks ini dirancang untuk memberikan gambaran mengenai kinerja pasar saham Indonesia yang mewakili sektor-sektor unggulan di pasar modal.

Dengan memilih saham-saham yang memiliki performa baik dan stabil, IDX30 menjadi salah satu barometer penting bagi investor dan pelaku pasar untuk melihat kondisi ekonomi serta tren saham di Indonesia.

Berikut adalah rincian kontrak berjangka yang akan berlaku pada bulan Februari 2025.

1. IDX30G5 – Seri Kontrak Berjangka Indeks Efek IDX30 Februari 2025 (Tetap)

2. IDX30H5– Seri Kontrak Berjangka Indeks Efek IDX30 Maret 2025 (Tetap)

3. IDX30J5 – Seri Kontrak Berjangka Indeks Efek IDX30 April 2025 (Baru).

Selain itu, dengan diterbitkannya pengumuman ini, kontrak berjangka IDX30F5 yang memiliki tanggal jatuh tempo pada 31 Januari 2025, tidak akan diperdagangkan lagi mulai tanggal tersebut.

Pengumuman tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas kepada para pelaku pasar mengenai perubahan dan penetapan periode kontrak berjangka IDX30.

Dilansir dari laporan Stockbit pada Minggu, 2 Februari 2025 daftar perusahaan terbaru yang termasuk dalam indeks IDX30 untuk periode Agustus 2022 hingga Januari 2023 sebagai berikut. Namun, daftar perusahaan ini bisa berubah sewaktu-waktu tergantung pada kebijakan BEI.

1. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)

2. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)

3. PT Bank Jago Tbk (ARTO)

4. PT Astra International Tbk (ASII)

5. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

6. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

7. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

8. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

9. PT Barito Pacific Tbk (BRPT)

10. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)

11. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

12. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)

13. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)

14. PT Harum Energy Tbk (HRUM)

15. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)

16. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)

17. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

18. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP)

19. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)

20. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

21. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)

22. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

23. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)

24. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)

25. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

26. PT Timah Tbk (TINS)

27. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)

28. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)

29. PT United Tractors Tbk (UNTR)

30. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Triliunan Rupiah dari Delapan IPO 

Bursa Efek Indonesia atau BEI merilis kegiatan perusahaan selama Januari 2025, dengan delapan perusahaan telah resmi melantai di bursa sepanjang awal tahun 2025. Dari pencatatan ini, total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp3,70 triliun.

Sementara itu, pipeline pencatatan saham menunjukkan masih ada 18 perusahaan yang sedang dalam proses untuk melantai di BEI.

Berdasarkan klasifikasi aset merujuk pada peraturan Otoritas Jasa Keuangan atau POJK Nomor 53/POJK.04/2017. Dalam laporan itu dijelaskan mayoritas perusahaan dalam pipeline ini memiliki aset skala besar di atas Rp250 miliar, dengan rincian 17 perusahaan aset skala besar, satu perusahaan aset skala menengah, dan tidak ada perusahaan dengan aset skala kecil.

Dari segi sektor, pipeline pencatatan saham ini didominasi oleh sektor consumer non-cyclicals dengan enam perusahaan, diikuti oleh sektor industrials sebanyak tiga perusahaan. Sektor basic materials, energy dan healthcare masing-masing memiliki dua perusahaan, sedangkan sektor consumer cyclicals, financials dan transportation & logistic masing-masing memiliki satu perusahaan. Sektor infrastructures, properties & real estate, serta technology tidak memiliki perusahaan dalam pipeline IPO saat ini.

Selain pencatatan saham, instrumen investasi lain seperti efek beragun aset (EBUS) dan obligasi juga terus berkembang. Hingga saat ini, sudah terdapat delapan emisi dari tujuh penerbit EBUS dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp8,6 triliun.

Adapun pipeline penerbitan efek ini mencakup 18 emisi dari 14 penerbit dengan klasifikasi sektor sebagai berikut, tiga perusahaan dari sektor basic materials, satu perusahaan dari sektor consumer cyclicals, satu perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, empat perusahaan dari sektor energy, empat perusahaan dari sektor financials dan satu perusahaan dari sektor infrastructures.

Sektor healthcare, industrials, properties & real estate, technology serta transportation & logistic tidak memiliki perusahaan dalam pipeline.

Hal ini menunjukkan bahwa sektor keuangan dan energi masih menjadi pilar utama dalam penerbitan efek beragun aset di tahun ini.

Sementara itu, per 31 Januari 2025, belum ada perusahaan yang menerbitkan rights issue di tahun ini. Kendati demikian, pipeline rights issue BEI masih mencatat tujuh perusahaan yang tengah dalam proses penerbitan. Dari segi sektor, pipeline ini didominasi oleh sektor basic materials dengan tiga perusahaan, disusul oleh sektor energy dan healthcare, masing-masing dengan dua perusahaan.

Secara keseluruhan, pipeline Bursa Efek Indonesia di tahun 2025 masih menunjukkan potensi yang kuat dalam mendukung pertumbuhan pasar modal Indonesia. Dengan antusiasme yang tinggi dari berbagai sektor, diharapkan realisasi pencatatan saham, efek, dan aksi korporasi lainnya dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.(*)