KABARBURSA.COM - Prospek bank dengan layanan digital diproyeksikan terus bertumbuh seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi dan pergeseran pola transaksi perbankan masyarakat. Perubahan ini didorong oleh preferensi nasabah yang semakin mengutamakan kemudahan dan efisiensi dalam layanan keuangan.
Kemajuan teknologi, termasuk pemanfaatan Artificial Intelligence (AI), juga membuka jalan bagi berbagai inovasi baru di sektor perbankan. AI memungkinkan bank digital menawarkan layanan keuangan yang lebih terpersonalisasi, sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional.
Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC/BBYB), Eri Budiono, menuturkan bahwa masa depan bank digital masih sangat prospektif. "Melihat pesatnya pertumbuhan pengguna layanan perbankan digital sepanjang 2024, kami optimistis tren ini akan terus berkembang. Faktor demografi juga menjadi pendorong utama. Saat ini, Gen Z merupakan kelompok populasi terbesar di Indonesia. Mereka lahir dan tumbuh bersama teknologi, sehingga lebih akrab dengan berbagai inovasi digital," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat 31 Januari 2025.
Eri menambahkan, BNC terus berupaya menghadirkan layanan keuangan yang relevan bagi seluruh segmen nasabah, yang terus mengalami evolusi. Memasuki 2025, strategi perusahaan akan difokuskan pada peningkatan aset melalui commercial banking.
"Selain itu, kami juga akan memperluas akses pemanfaatan direct loan melalui aplikasi neobank. Dengan begitu, lebih banyak nasabah dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk memenuhi berbagai kebutuhan finansial mereka," pungkasnya.
PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC masih optimistis dapat terus mempertahankan kinerjanya yang positif hingga akhir 2024. BNC mencatatkan laba sebesar Rp4,06 miliar hingga kuartal III 2024, yang menunjukkan peningkatan kinerja dibandingkan tahun lalu.
Direktur Utama BBYB Eri Budiono mengatakan, salah satu faktor yang mendukung pencapaian ini adalah upaya BNC untuk meningkatkan efisiensi operasional. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang tercatat sebesar 99,88 persen pada September 2024, menurun signifikan dibandingkan dengan 116,91 persen di periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan upaya BNC untuk menekan biaya dan meningkatkan profitabilitas dalam operasi perbankan digital.
“Hingga akhir tahun 2024, BNC berharap dapat terus mencetak laba dengan mengoptimalkan produk-produk digital yang telah diluncurkan, seperti Neo Pinjam, yang mencatatkan peningkatan penyaluran kredit hingga 152,32 persen dari Januari hingga September 2024,” ujar Eri dalam Ringkasan Public Expose 2024, Selasa, 24 Desember 2024.
Lebih lanjut, kualitas kredit BBYB yang sehat, seperti yang tercermin dari rendahnya angka Non-Performing Loan (NPL). NPL Nett BNC tercatat hanya 0,99 persen hingga akhir September 2024, sementara NPL Gross tercatat sebesar 3,72 persen.
Untuk Neo Pinjam secara spesifik pada periode tersebut memiliki nilai penyaluran yang mencapai Rp217 miliar pada September 2024, dibandingkan dengan Rp86 miliar pada Januari 2024.
Menatap tahun 2025, imbuh Eri, BNC berfokus untuk semakin memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam industri perbankan digital di Indonesia. Salah satu strategi utama yang akan dijalankan adalah pengembangan produk dan fitur baru yang lebih inovatif, seiring dengan kebutuhan nasabah yang terus berkembang. BNC optimis akan terus mengembangkan aplikasi neobank yang kini telah melayani lebih dari 27 juta pengguna di Indonesia.
Salah satu fokus utama di 2025 adalah semakin menekankan pada layanan pinjaman digital seperti Neo Pinjam. Dengan pertumbuhan yang sangat pesat pada produk ini, BNC berencana untuk lebih memperluas cakupan produk pinjaman kepada lebih banyak nasabah, baik individu, UMKM, maupun korporasi.
“Hal ini juga sejalan dengan tren konsumsi digital yang semakin marak di kalangan generasi milenial dan Gen Z, yang lebih memilih layanan berbasis digital tanpa perlu datang ke cabang bank,” tambah Eri.
Selain itu, Direktur Utama BNC itu menjelaskan BBYB akan memperluas kemitraan dengan berbagai sektor industri untuk menciptakan ekosistem perbankan digital yang lebih inklusif dan terintegrasi. Kerja sama ini tidak hanya berfokus pada perluasan jaringan nasabah tetapi juga pada edukasi dan literasi finansial bagi masyarakat Indonesia.
Tantangan terbesar yang akan dihadapi oleh BNC pada 2025 adalah semakin ketatnya persaingan di industri perbankan digital, baik dari bank-bank tradisional yang mulai merambah ke layanan digital, maupun dari fintech yang terus berkembang. Oleh karena itu, BNC perlu terus berinovasi dalam produk dan layanan serta mengutamakan pengalaman pengguna (user experience) untuk mempertahankan nasabah dan menarik lebih banyak pengguna baru.
Namun, ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan BNC di tahun 2025. Pertama, Indonesia masih memiliki potensi pasar yang besar di sektor perbankan digital. Masyarakat yang semakin familiar dengan teknologi memberikan peluang besar untuk produk-produk yang mudah diakses dan memiliki nilai tambah, seperti layanan pembayaran melalui QRIS, tabungan digital, serta pinjaman berbasis aplikasi. Kedua, segmentasi pasar yang lebih terarah dan fokus pada pengguna milenial dan Gen Z yang lebih memilih transaksi digital, memberikan peluang besar bagi BNC untuk terus berkembang.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.