Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Emiten Asuransi Tersengat Program Tiga Juta Rumah, Investor Disarankan ini

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 31 January 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Emiten Asuransi Tersengat Program Tiga Juta Rumah, Investor Disarankan ini

KABARBURSA.COM - Emiten asuransi dinilai bakal tersengat sentimen positif dengan adanya program 3 juta rumah dan makan bergizi gratis (MBG). Angin segar ini pun harus dicermati dengan baik oleh para investor.

Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy mengatakan, investor perlu memperhatikan beberapa hal dalam menyambut sentimen positif di industri asuransi. Salah satu yang harus disoroti adalah pertumbuhan premi (Gross Written Premium/GWP).

"Pertama, pertumbuhan premi (Gross Written Premium/GWP) menjadi indikator penting karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menarik dan mempertahankan nasabah," kata Abdul kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Kamis, 30 Januari 2025.

Abdul menjelaskan, pada 2023, pertumbuhan premi industri asuransi jiwa mencapai 9 persen, sementara asuransi umum tumbuh 12 persen. Sementara untuk proyeksi 2025, kata dia, masih akan diperkirakan stabil di kisaran 8-12 persen.

Lalu yang kedua, Abdul menyarankan investor harus memperhatikan rasio klaim (loss ratio) untuk menilai efisiensi perusahaan dalam mengelola risiko.

"Pada 2023, rata-rata rasio klaim asuransi kesehatan adalah 82 persen, dan asuransi properti 68 persen," ungkapnya.

Dan yang terakhir, Abdul bilang, rasio biaya operasional (Expense Ratio) juga menjadi indikator kunci untuk menilai efisiensi operasional perusahaan.

"Idealnya, rasio ini harus di bawah 30 persen, dan pada 2023, rata-rata industri asuransi mencatat 28 persen" pungkasnya.

Prospek Emiten Asuransi 

Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan industri asuransi berpotensi tumbuh dengan adanya program 3 juta rumah dan makan bergizi gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono, mengatakan industri asuransi bisa ikut berkontribusi dalam dua program tersebut.

Ogi menjelaskan, OJK telah melakukan diskusi kepada para pelaku perasuransian mengenai dukungan mereka terhadap program 3 juta rumah dan MBG.

Pernyataan dari OJK tersebut jelas menjadi angin segar bagi industri asuransi tanah air. Lalu, bagaimana proyeksi emiten asuransi terhadap sentimen positif ini?

Abdul mengatakan Program 3 juta rumah dan MBG yang dijalankan oleh pemerintahan Prabowo Subianto memberikan dampak positif tidak hanya pada sektor sosial, tetapi juga pada industri asuransi.

“Program MBG bertujuan meningkatkan kualitas gizi masyarakat, sementara Program 3 Juta Rumah fokus pada penyediaan rumah terjangkau,” ujar dia.

Abdul menilai, kombinasi kedua program tersebut secara tidak langsung mendorong peningkatan kebutuhan akan asuransi kesehatan dan asuransi properti.

Berdasarkan laporan (OJK),  dia menjelaskan peningkatan premi asuransi kesehatan meningkat 16,8 persen pada 1H2024, seiring dengan implementasi program MBG yang menjangkau lebih dari 10 juta penerima manfaat.

“Program ini mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan kesehatan, terutama untuk keluarga dengan anak-anak yang menjadi target utama MBG,” jelasnya.

Di sisi lain, lanjut Abdul, program 3 juta rumah juga berkontribusi pada peningkatan permintaan asuransi properti, yang naik 12 persen pada periode yang sama.

Menurutnya, rumah-rumah yang dibangun melalui program ini memerlukan perlindungan asuransi untuk mengatasi risiko seperti kebakaran, bencana alam, atau kerusakan, sehingga membuka peluang besar bagi perusahaan asuransi.

Di sisi lain, Abdul juga membeberkan dampak jangka panjang program 3 juta rumah terhadap emiten asuransi. Dia menilai, program ini bisa mendongkrak pertumbuhan premi asuransi dan berdampak positif terhadap emiten di sektor ini.

“Tentu saja dengan adanya program ini dapat mendorong akselerasi pertumbuhan premi asuransi properti di tahun 2025 hingga 2030,” ujarnya.

Namun begitu, dia memandang program MBG tidak menjadi penopang yang signifikan untuk industri asuransi kesehatan di Indonesia dalam jangka panjang.

Sebab, kata Abdul, asuransi kesehatan di Indonesia saat ini masih ditopang oleh masyarakat yang tergolong kepada masyarakat berpenghasilan menengah hingga atas.

Tantangan dan Peluang

Sebelumnya diberitakan, Presiden Direktur Lifepal Eko Waluyo mengatakan, penetrasi asuransi di Indonesia meningkat sebesar 2,29 persen pada 2023 menjadi 2,80 persen pada 2024.

Meski terjadi peningkatan yang cukup signifikan, namun masih ada tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah mengejar ketertinggalan dengan negara tetangga.

“Pada 2023, penetrasi Indonesia sudah tertinggal dari negara-negara tetangga. Sebagai perbandingan, tingkat penetrasi asuransi di Malaysia mencapai 4,8 persen dan di Singapura 11,4 persen,” kata Eko dalam keterangannya, Kamis, 19 Desember 2024.

Eko menjelaskan, penyebab ketertinggalan Indonesia dengan negara tetangga adalah karena jumlah asuransi di kedua negara tersebut lebih sedikit. Selain itu, kebijakan wajib asuransi dan kesadaran masyarakat di dua negara tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2023, tingkat literasi masyarakat terhadap kesadaran asuransi hanya 32 persen. Dari jumlah tersebut 16 persennya memutuskan membeli polis asuransi.

“Sebagai negara yang berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), Indonesia menghadapi risiko bencana alam yang sangat tinggi, mulai dari gempa bumi hingga letusan gunung berapi. Di tengah tingginya potensi risiko ini, asuransi seharusnya menjadi salah satu alat utama dalam mengelola dan memitigasi risiko, khususnya bagi yang memiliki aset berharga seperti kendaraan pribadi atau mobil,” ujarnya.

Eko menilai, faktor yang menyebabkan rendahnya penetrasi literasi asuransi adalah karena stigma masyarakat terkait dengan asuransi masih sebagai kebutuhan sekunder. Stigma seperti ini, kata dia, banyak dimiliki oleh masyarakat berpenghasilan rendah sehingga memprioritaskan kebutuhan pokok.

Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap asuransi juga disebabkan karena trauma masyarakat terhadap kasus perusahaan asuransi yang gagal bayar. Kasus ini ramai dibicarakan media sehingga mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap asuransi.

“Kondisi ini memperparah tantangan untuk meningkatkan kesadaran dan kepercayaan masyarakat terhadap pentingnya asuransi,” terangnya.

Lanjutnya, masih ada ruang untuk mendorong perkembangan industri asuransi di Indonesia. Optimisme ini didorong oleh komitmen pemerintah mendorong industri asuransi melalui peta jalan Pengembangan dan Penguatan Perasuransian Indonesia 2023-2027.

Di dalam roadmap tersebut, terdapat empat elemen, yaitu memperkuat daya tahan dan daya saing, mengembangkan elemen kunci dalam ekosistem sektor asuransi, mempercepat transformasi digital, memperkuat regulasi, supervisi dan perizinan.(*)