Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Emas Sentuh ATH Lagi: ANTM, BRMS, ARCI Ambil Ancang-Ancang

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 31 January 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Harga Emas Sentuh ATH Lagi: ANTM, BRMS, ARCI Ambil Ancang-Ancang

KABARBURSA.COM - Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi (all-time high/ATH) setelah mengalami kenaikan sebesar 1,4 persen ke level USD2.796 per troy ounce pada Kamis, 30 Januari 2025.

Lonjakan harga ini didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik dan ancaman kebijakan tarif impor yang akan diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures Phillip Streible, menyatakan bahwa ada kekhawatiran bahwa beberapa pertumbuhan ekonomi mungkin melambat karena kebijakan dan tarif yang ingin diterapkan oleh pemerintahan saat ini.

"Ketika inflasi lebih tinggi dan pertumbuhan lebih rendah, stagflasi menjadi tema ekonomi. Emas cenderung berkinerja sangat baik dalam lingkungan seperti itu," kata Streible.

Rencana tarif yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump dipandang sebagai potensi penyebab inflasi dan risiko perang dagang, yang dapat meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Logam mulia ini telah lama dipandang sebagai lindung nilai terhadap tekanan harga dan ketidakpastian geopolitik.

Analis pasar senior di RJO Futures Bob Haberkorn, juga mengungkapkan pandangannya tentang prospek emas.

"Saya bisa melihat emas mencoba mencapai level USD2.900 pada suatu saat di kuartal pertama; setelah menembus level itu, kita akan menetapkan level baru," Haberkorn.

Ia menambahkan bahwa pada suatu titik tahun ini, emas bisa diperdagangkan di atas USD3.000.

Kenaikan harga emas ini menjadi katalis positif bagi sejumlah emiten pertambangan emas, seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI).

Lantas, ancang-ancang seperti apa yang akan dilakukan oleh emiten-emiten ini?

BRMS Digadang Masuk Indeks MSCI

Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) saat ini sedang memasuki proses pengocokan ulang. Rencananya, pengocokan tersebut dimulai Februari 2025. Saham BRMS digadang-gadang menjadi salah satu saham konglomerat yang akan masuk.

Para fund manager global yang mengelola portofolio investasi besar, menjadikan instrumen ini penting dalam pasar keuangan global.

Salah satu faktor penentu masuknya suatu saham ke dalam Indeks MSCI adalah likuiditas saham itu sendiri, yang mencerminkan seberapa mudah saham diperdagangkan di pasar. Di samping itu, nilai kapitalisasi pasar atau market cap menjadi syarat utama.

Untuk itu, potensi tiga saham tersebut, khususnya BRMS, semakin besar berkat harga saham mereka yang semakin mendekati kriteria yang ditetapkan oleh MSCI. Hal ini diimbangi dengan meningkatnya market cap yang terus menanjak, seiring dengan kenaikan Indeks MSCI World Index yang tercatat 2 persen dalam tiga bulan terakhir.

Harga saham BRMS, yang saat ini diperdagangkan di kisaran Rp400 per saham, menempatkan perusahaan ini dengan market cap keseluruhan sekitar Rp60,75 triliun. Namun, penting untuk dicatat bahwa perhitungan market cap berdasarkan free float atau jumlah saham yang benar-benar diperdagangkan di pasar lebih relevan untuk kebutuhan perhitungan MSCI, dengan BRMS yang memiliki free float sebesar 35 persen.

Berdasarkan perhitungan ini, market cap free float BRMS mencapai Rp21,22 triliun, atau setara dengan sekitar USD1,31 miliar. Dengan estimasi tersebut, harga saham BRMS perlu bertahan di atas Rp485 per saham agar bisa memenuhi kriteria untuk masuk sebagai konstituen dalam MSCI Indonesia Standard Index.

Tanggal cutoff, yang merupakan batas waktu untuk perhitungan market cap sebelum rebalancing Indeks MSCI, berakhir sembilan hari sebelum setiap akhir bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Artinya, saat rebalancing dilakukan bulan depan, cutoff perhitungan market cap sudah hampir mendekati tanggal tersebut.

Jika harga saham BRMS berhasil bertahan atau menguat di atas Rp485 per saham menjelang cutoff, peluang perusahaan ini untuk masuk dalam Indeks MSCI semakin terbuka lebar.

ANTM Dapat Angin Segar dari Bijih Nikel

Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diprediksi akan bergerak positif imbas beberapa sentimen dari dalam dan luar negeri.

Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy, menjelaskan saham ANTM bakal menerima angin segar setelah pemerintah berencana mengurangi kuota produksi bijih nikel dari 272 juta ton menjadi 150 juta ton pada tahun 2025.

“Jika pengurangan kuota tersebut direalisasikan pada tahun ini, maka akan menjadi katalis positif bagi ANTM sebagai emiten produsen Ferronickel dan bijih nikel,” kata Abdul saat dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta, Senin, 20 Januaril 2025.

Abdul juga menyebut, saat ini harga emas sedang rally karena kekhawatiran para investor terhadap kebijakan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang membuka potensi terjadinya perang dagang antara AS dan China.

Jika harga emas melonjak, naik terus-menerus, kata dia, tentunya menjadi katalis positif bagi ANTM selaku emiten yang menjadi market leader di industri emas Indonesia.

“Sehingga, untuk awal tahun 2025, ANTM masih menarik dari segi proyeksi harga komoditas sebagai sentimen pendukung kenaikan saham ANTM,” ujar Abdul.

Namun begitu, Abdul juga membeberkan beberapa risiko yang harus dicermati para investor. Pertama, adalah fluktuasi harga komoditas, terutama emas dan nikel.

Dia bilang, meskipun harga emas diproyeksikan tetap solid, volatilitas di pasar global dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan.

“Sementara itu, perubahan harga nikel di pasar internasional juga menjadi faktor risiko yang signifikan,” ucap Abdul.

Risiko kedua, menurut Abdul, adalah kebijakan pemerintah, terutama terkait regulasi ekspor dan produksi mineral yang dapat berdampak pada operasi dan profitabilitas perusahaan.

ARCI Catatkan Kenaikan Saham Signifikan dalam Sebulan

Performa saham ARCI dalam sebulan terakhir tampak menawan. Pada perdagangan hari ini, saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) menunjukkan kenaikan yang stabil, dengan harga ditutup pada level Rp258, naik Rp4 atau sekitar 1,57 persen dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya di Rp254.

Selama sesi perdagangan, saham ini mencatatkan pergerakan yang cukup signifikan, mencapai titik tertinggi di Rp274 dan terendah di Rp256, dengan volume perdagangan mencapai 44 ribu lot dan nilai transaksi total sekitar Rp1,2 miliar.

Meskipun harga saham mengalami fluktuasi, tren positif tercermin dalam data performa jangka pendek.

Dalam satu minggu terakhir, saham ARCI tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,78 persen dengan volume transaksi yang cukup sehat, mencapai 4,4 juta saham, sedangkan rata-rata volume harian selama seminggu berada di angka 2,01 juta saham.

Kenaikan juga terlihat dalam periode sebulan terakhir, di mana saham ARCI mengalami lonjakan sebesar 5,74 persen. Dengan volume perdagangan bulanan yang mencapai 4,4 juta saham, saham ARCI terus menarik perhatian pasar dengan rata-rata volume perdagangan harian yang stabil.

Secara keseluruhan, saham ARCI menunjukkan performa yang menarik, didorong oleh minat beli yang terus bertumbuh di tengah pasar yang dinamis. Investor akan terus memantau perkembangan perusahaan dan kondisi pasar yang dapat mempengaruhi harga saham dalam waktu dekat.(*)