Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

IHSG Ditutup Melemah 92 Poin ke Level 7,073

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 30 January 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
IHSG Ditutup Melemah 92 Poin ke Level 7,073

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 92 poin atau turun 1,29 persen ke level 7,073 pada perdagangan Kamis, 30 Januari 2025.

Merujuk data perdagangan RTI Business, pergerakan IHSG pada hari ini terpantau bervariasi dengan level tertinggi 7,168 dan terendah 7,042.

Pada perdagangan hari ini, volume perdagangan tercatat sebanyak Rp18,459 miliar saham dengan transaksi mencapai Rp12,071 triliun. Adapun frekuensi perdagangan mencapai 1,231,378 kali.

Sementara itu sebanyak 206 saham terpantau menguat, 389 saham melemah, dan 213 saham mengalami stagnan.

Saham INET (35,00 persen) sukses bertengger di posisi teratas top gainer hari ini. Di posisi kedua terdapat saham DOOH (34,26 persen), LION (25,00 persen), WIFI (25,00 persen), dan NOBU (24,79 persen).

Sedangkan saham BSML (-26,06 persen) terpantau berada di posisi pertama jajaran top loser, diikuti DATA (-24,84 persen) di peringkat dua, POLU (-20,95 persen) di posisi tiga, serta LOPI (-10,00 persen) dan EURO (-9,93 persen) yang masing-masing di posisi empat dan lima.

Indeks LQ45 juga terlihat koreksi dengan performa -1,67 persen. Adapun saham yang mengalami koreksi paling dalam di indeks ini adalah ANTM (-6,38 persen).

Dari sisi sektoral, mayoritas saham berada di zona merah. Hanya dua saham yang menguat pada penutupan hari ini yakni non cyclical dan teknologi.

Sentimen Positif The Fed

PT Indo Premier Sekuritas atau IPOT merekomendasikan sejumlah saham di tengah sentimen positif sikap Bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang tetap mempertahankan suku bunga pada kisaran 4,5 persen sampai 4,75 persen.

Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany, mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu ditutup dengan penguatan tipis sebesar 0,16 persen pada level 7.166. Sektor infrastruktur tercatat sebagai penopang utama IHSG dengan penguatan 2,27 persen, sementara sektor properti mengalami penurunan sebesar 2,26 persen. Meskipun asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp919,19 miliar, beberapa sentimen positif muncul, termasuk pengaruh kebijakan suku bunga The Fed yang diprediksi tetap stabil.

“Melihat data ekonomi yang bervariatif, kami yakin The Fed akan memilih untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan mengingat ekonomi AS masih menunjukkan kekuatan yang cukup,” kata Indri dalam keterangan tertulisnya yang diterima kabarbursa.com pada Rabu, 30 Januari 2025.

Pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss lalu, Presiden Amerikat Donald Trump menuntut Organization of the Petroleum Exporting Countries atau OPEC dan Arab Saudi untuk menurunkan harga komoditas minyak dan meminta bank sentral The Fed untuk memangkas suku bunga acuan.

Trump juga memperingatkan untuk para pemimpin bisnis global untuk bersiap menghadapi tarif untuk produk yang dibuat di luar Amerika. Dalam kepemimpinannya ia menyatakan akan membuat otoritas baru yakni External Revenue Service yang khusus dibuat untuk memungut bea masuk dan penerimaan lainnya yang berasal dari luar Amerika Serikat

Trump juga memiliki rencana untuk mengenakan bea masuk sebesar 10 persen atas seluruh barang impor dan bea masuk sebesar 60 persen khusus atas barang yang diimpor dari China.

Selain itu, bea masuk sebesar 25 persen juga akan dikenakan atas barang impor dari Meksiko dan Kanada guna mendorong kedua negara tersebut untuk turut mencegah masuknya imigran gelap ke Amerika

Namun saat ini, Trump mengatakan pemerintahannya sedang membahas bea masuk sebesar 10 persen kepada China karena fentanil dikirim dari negara tersebut ke Amerika Kebijakan tersebut digadang-gadang akan mulai diberlakukan pada tanggal 1 Februari mendatang.

Sementara itu, The Fed tidak mengindahkan permintaan Trumps, ia mengumumkan arah kebijakan suku bunga tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya dengan menilai kondisi ekonomi Amerika Serikat yang bervariatif cenderung kuat sebagai pertimbangannya.

Selanjutnya, Bank of Japan memutuskan untuk meningkatkan tingkat suku bunga acuan ke level 0,5 persen. Aksi Bank of Japan dalam meningkatkan suku bunga acuannya kali ini tidak begitu memberikan dampak yang signifikan sebab para pelaku pasar sudah memprediksi dan bersiap akan hal tersebut.

Dari sentimen domestik, kata Indri, ada juga sentimen positif mengalir untuk sektor energi sebab pemerintah telah memutuskan untuk menaikkan harga gas HGBT ke level USD7/MMbtu yang sebelumnya USD6/MMbu untuk tahun lalu.

“Sentimen ini memberikan pengaruh positif terhadap sektor energi, dan kami melihat potensi penguatan di saham-saham terkait,” ucap dia.

Menurut dia ada empat sentimen yang yang wajib diperhatikan para trader dalam kondisi seperti ini yakni Indeks PMI Manufaktur China, Pergerakan Suku Bunga The Fed, Rebalancing Indeks LQ45 dan IDX30 dan Laporan Keuangan Emiten.

DI sisi lain Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta memberikan tanggapannya soal keputusan Federal Reserve (The Fed) yang memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan, Fed Funds Rate (FFR), di kisaran 4,25 persen sampai 4,50 persen. Terjadi perbedaan pendapat antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Ketua The Fed, Jerome Powell.

Menurut dia keputusan tersebut sesuai dengan perkiraan pasar sebelumnya. Namun, meskipun tidak ada perubahan langsung pada suku bunga, Nafan menyoroti reaksi negatif yang muncul di pasar AS, terutama dipicu oleh pernyataan Powell.

Beri Tekanan Tambahan

Powell telah menegaskan bahwa The Fed tidak terburu-buru dalam memangkas suku bunga memberikan tekanan tambahan terhadap sentimen pasar, mengingat proyeksi pertumbuhan ekonomi yang masih rentan terhadap inflasi.

“Pernyataan Powell yang mengindikasikan bahwa The Fed tidak akan melakukan pelonggaran moneter dalam waktu dekat semakin memperburuk kecemasan pasar, khususnya setelah inflasi menunjukkan tren kenaikan, dengan data terbaru menunjukkan angka inflasi mendekati 3 persen,”ucap dia.

Apalagi agenda ekonomi Trump, yang dapat mencakup pajak impor (trade war) yang kemudian dapat dibebankan kepada konsumen, tentunya memiliki efek inflasi, sehingga membuat The Fed semakin mengurangi perlunya pemangkasan suku bunga. Agenda ekonomi Trump ini menyebabkan ketidakpastian yang tercermin dari adanya gejolak dalam pasar obligasi.

Selain faktor internal ekonomi Amerika Serikat, dia menilai adanya ketegangan perdagangan yang dipicu oleh kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump, juga berpotensi memperburuk inflasi domestik, turut mempengaruhi arah kebijakan moneter.

“Apalagi, dengan adanya ketegangan perdagangan yang mengarah pada tarif impor yang lebih tinggi, konsumen diperkirakan akan menanggung beban lebih besar, yang akan berdampak pada inflasi,”tutur dia.

Padahal Trump terus mendesak Powell untuk terus memangkas suku bunga guna memacu pertumbuhan ekonomi AS.

Nafan memprediksi bahwa hubungan antara Gedung Putih dan The Fed mungkin akan kembali mengalami ketegangan, mengingat Trump begitu mendorong penurunan suku bunga yang lebih agresif.

“Potensi ketegangan antara The Fed dan White House bisa menambah ketidakpastian pasar yang selama ini sudah cukup volatile,” kata dia.

Dengan proyeksi inflasi yang meningkat dan ketidakpastian ekonomi global, Nafan menyarankan agar investor lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan di pasar obligasi dan saham, serta tetap memperhatikan langkah-langkah kebijakan dari The Fed yang akan sangat mempengaruhi arah pasar ke depannya.(*)