Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Tanggapan Analis soal IHSG dan Saham Perbankan Saham Loyo

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 30 January 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Redaksi
Tanggapan Analis soal IHSG dan Saham Perbankan Saham Loyo

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hari ini pada Kamis, 30 Januari 2025 dibuka mengalami pelemahan pada sesi perdagangan.

Dimulai dari pembukaan di level 7.166 atau turun 0,92 poin di pagi hari pukul 09.00 WIB. Kemudian pada pukul 11.59 WIB terjadi penurunan ke level 7.068.

Perdagangan hari ini merupakakan hari pertama setelah libur panjang dari Sabtu 25 Januari 2025 lalu hingga 29 Januari 2025 lalu.

Selain IHSG, sejumlah saham perbankan juga mencatatkan penuruan. Berdasarkan laporan perdagangan di Stockbit. saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami tekanan signifikan.

Saham BBCA turun sebesar 125 poin atau 1,34 persen ke level 9.225. Tekanan serupa juga dialami BBRI, yang melemah 90 poin atau 2,15 persen ke posisi 4.100. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ikut terkoreksi, turun 25 poin atau 0,41 persen ke level 6.100.

Sementara, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) justru mencatatkan kenaikan tipis. BNI mencatatkan kenaikan 20 poin atau 0,43 persen ke posisi 4.630.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan penurunan IHSG dan sejumlah saham perbankan itu masih masuk kategori wajar. Bukan karena libur panjang atau soal Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mulai menahan laju pemangkasan suku bunga.

Menurut dia fluktuasi setelah libur panjang merupakan hal yang wajar.

"Itu bukan turun, just a normal correction," kata Nafan kepada Kabarbursa.com di Jakarta pada Kamis, 30 Januari 2025.

Nafan juga memberikan tanggapannya soal keputusan Federal Reserve (The Fed) yang memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan, Fed Funds Rate (FFR), di kisaran 4,25 persen sampai 4,50 persen. Terjadi perbedaan pendapat antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Ketua The Fed, Jerome Powell.

Menurut dia keputusan tersebut sesuai dengan perkiraan pasar sebelumnya. Namun, meskipun tidak ada perubahan langsung pada suku bunga, Nafan menyoroti reaksi negatif yang muncul di pasar AS, terutama dipicu oleh pernyataan Powell.

Powell telah menegaskan bahwa The Fed tidak terburu-buru dalam memangkas suku bunga memberikan tekanan tambahan terhadap sentimen pasar, mengingat proyeksi pertumbuhan ekonomi yang masih rentan terhadap inflasi.

"Pernyataan Powell yang mengindikasikan bahwa The Fed tidak akan melakukan pelonggaran moneter dalam waktu dekat semakin memperburuk kecemasan pasar, khususnya setelah inflasi menunjukkan tren kenaikan, dengan data terbaru menunjukkan angka inflasi mendekati 3 persen,"ucap dia.

Apalagi agenda ekonomi Trump, yang dapat mencakup pajak impor (trade war) yang kemudian dapat dibebankan kepada konsumen, tentunya memiliki efek inflasi, sehingga membuat The Fed semakin mengurangi perlunya pemangkasan suku bunga. Agenda ekonomi Trump ini menyebabkan ketidakpastian yang tercermin dari adanya gejolak dalam pasar obligasi.

Selain faktor internal ekonomi Amerika Serikat, dia menilai adanya ketegangan perdagangan yang dipicu oleh kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump, juga berpotensi memperburuk inflasi domestik, turut mempengaruhi arah kebijakan moneter.

"Apalagi, dengan adanya ketegangan perdagangan yang mengarah pada tarif impor yang lebih tinggi, konsumen diperkirakan akan menanggung beban lebih besar, yang akan berdampak pada inflasi,"tutur dia.

Padahal Trump terus mendesak Powell untuk terus memangkas suku bunga guna memacu pertumbuhan ekonomi AS.

Nafan memprediksi bahwa hubungan antara Gedung Putih dan The Fed mungkin akan kembali mengalami ketegangan, mengingat Trump begitu mendorong penurunan suku bunga yang lebih agresif.

"Potensi ketegangan antara The Fed dan White House bisa menambah ketidakpastian pasar yang selama ini sudah cukup volatile," kata dia.

Dengan proyeksi inflasi yang meningkat dan ketidakpastian ekonomi global, Nafan menyarankan agar investor lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan di pasar obligasi dan saham, serta tetap memperhatikan langkah-langkah kebijakan dari The Fed yang akan sangat mempengaruhi arah pasar ke depannya.

IHSG Dibuka Melemah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah sebesar 38 poin atau turun 0,54 persen ke level 7,127 pada perdagangan Kamis, 30 Januari 2025.

Pada pembukaan pagi ini, sebanyak 156 saham terpantau berada di zona hijau, 117 saham melemah, dan 288 saham mengalami stagnan.

Sementara merujuk data perdagangan Stockbit, MITI (26,00 persen) berada di posisi teratas jajaran top gainer. Peringkat kedua terdapat LINK (24,68 persen), diikuti CBUT (21,21 persen), LION (17,42 persen), dan NOBU (15,38 persen).

Adapun dari sisi top loser,  WIDI (-6,25 persen) terpantau menjadi saham yang terkoreksi paling dalam di pembukaan pagi ini. RCCC (-5,06 persen) ada di posisi kedua, diikuti DGNS (-4,26 persen), BBSI (-3,60 persen), dan POLU (-3,56 persen).

Sejumlah Saham Rekomendasi

Di sisi lain, Reliance Sekuritas memproyeksikan IHSG akan bergerak pada kisaran support pada level 7,095 dan resistance pada level 7,242 dengan kecenderungan melemah.

“Secara teknikal, candle IHSG membentuk bearish harami, di bawah MA5 namun di atas MA20, serta indikator Stochastic dead cross. Ini mengartikan IHSG akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan melemah,” tulis Reliance dalam risetnya.

Reliance sendiri memiliki sejumlah saham yang menjadi rekomendasi hari ini seperti MAPA, BSDE, MMIX, dan SSIA.

Sementara diberitakan sebelumnya, Muhammad Wafi dari RHB Sekuritas Indonesia, memberikan gambaran yang menarik tentang pergerakan pasar, khususnya IHSG dan beberapa saham shariah-compliant.

Menurut risetnya, IHSG terlihat tengah menjalani fase koreksi setelah mencapai resistance pada garis MA200. Indeks saham ini juga mengalami breakdown pada support garis MA50 dengan volume yang relatif rendah.

Di bawah garis MA50, IHSG berpotensi melanjutkan koreksinya dan menguji level support di garis MA20. Namun, jika IHSG mampu breakout dan melewati garis MA50, hal ini bisa membuka peluang bagi indeks untuk rebound dan menguji resistance di sekitar level MA200.

Beralih pada beberapa saham shariah-compliant yang menjadi sorotan, ada beberapa rekomendasi menarik.(*)