Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BBNI Cetak Laba Rp21,5 Triliun Sepanjang 2024

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 29 January 2025 | Penulis: Deden Muhammad Rojani | Editor: Redaksi
BBNI Cetak Laba Rp21,5 Triliun Sepanjang 2024

KABARBURSA.COM – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencatat laba bersih mencapai Rp21,5 triliun pada tahun 2024, meningkat dari Rp20,9 triliun pada tahun sebelumnya.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, pertumbuhan ini didorong oleh transformasi digital yang mempercepat peningkatan tabungan sebesar 11 persen secara tahunan (YoY), dari Rp232 triliun pada 2023 menjadi Rp258 triliun pada 2024.

Royke menegaskan bahwa pencapaian ini menjadi momentum penting dalam menghadapi tantangan ekonomi ke depan.

“Pencapaian yang kami raih pada 2024 menjadi momentum penting untuk menghadapi masa depan. Kami optimis bahwa dengan terus berinovasi dan fokus pada kebutuhan nasabah, BNI akan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Royke dalam siaran persnya, Rabu 29 Januari 2025.

Sebagai salah satu pilar utama perbankan nasional, BNI berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Strategi ekspansi bisnisnya selaras dengan program Asta Cita pemerintah, yang mencakup pengembangan infrastruktur, ketahanan energi dan pangan, pemberdayaan UKM, hilirisasi industri, serta program perumahan nasional.

Wakil Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan, menjelaskan bahwa inovasi digital berperan besar dalam pertumbuhan bisnis BNI sepanjang 2024. Total Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp805,5 triliun, dengan pertumbuhan nilai tabungan yang hampir dua kali lipat pada semester kedua 2024 setelah peluncuran aplikasi wondr by BNI.

“Fokus pada transformasi digital yang kami lakukan sepanjang 2024 memberikan kontribusi positif terhadap kinerja BNI secara keseluruhan. Kami percaya profitabilitas BNI akan berkelanjutan dengan berfokus pada pendanaan berbiaya murah,” ujar Putrama.

Aplikasi wondr by BNI, yang dirilis pada 5 Juli 2024, telah mencapai 5,3 juta pengguna hingga akhir Desember 2024. Tingkat aktivitas pengguna lebih dari dua kali lipat dibandingkan aplikasi sebelumnya, BNI Mobile Banking. Sepanjang kurang dari enam bulan sejak diluncurkan, transaksi melalui wondr by BNI mencapai Rp191 triliun dengan total 195 juta transaksi.

Transformasi digital ini juga berkontribusi pada peningkatan pendapatan non-bunga (non-interest income) sebesar 11,9 persen YoY, mencapai Rp24,04 triliun.

Selain pertumbuhan segmen ritel, layanan perbankan wholesale melalui BNIdirect juga menunjukkan hasil positif. Fitur terbaru single sign-on memungkinkan nasabah bisnis mengakses berbagai layanan perbankan melalui satu platform terintegrasi.

Pada akhir 2024, nilai transaksi melalui BNIdirect meningkat 23,3 persen YoY menjadi Rp7.931 triliun, dengan jumlah transaksi melonjak 36,5 persen YoY menjadi 1,2 miliar transaksi. Pengguna BNIdirect juga meningkat 15 persen YoY, mencapai 173 ribu pengguna.

Dalam upaya meningkatkan proporsi rekening giro transaksional, BNI berhasil menaikkan rasio Current Account Saving Account (CASA) menjadi 72 persen dari total rekening giro, dibandingkan 66 persen pada 2023.

Transformasi digital juga menyentuh optimalisasi jaringan kantor cabang. Hingga akhir 2024, sebanyak 247 outlet telah mengadopsi format baru berbasis digital untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan produktivitas outlet.

Pemulihan Ekonomi Nasional

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, mengungkapkan bahwa kinerja intermediasi BNI tetap tumbuh positif seiring dengan pemulihan ekonomi nasional. Kredit BNI tumbuh 11,6 persen YoY menjadi Rp775,87 triliun dari Rp695,09 triliun pada 2023.

Pertumbuhan kredit ini didorong oleh segmen korporasi yang meningkat 17,6 persen dan segmen konsumer yang tumbuh 14,5 persen. Perusahaan anak BNI juga mencatatkan pertumbuhan kredit signifikan sebesar 79,7 persen YoY dengan profitabilitas yang tetap terjaga.

Ekspansi kredit dilakukan secara hati-hati, terlihat dari penurunan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan atau NPL) menjadi 2 persen, sementara rasio Loan at Risk (LaR) dan Credit Costmasing-masing turun menjadi 10,3 persen dan 1,1 persen.

“Meskipun kualitas aset kami kuat, BNI tetap berhati-hati dan bertumbuh secara konservatif di tengah ketidakpastian global,” ujar Novita.

Dengan pertumbuhan kredit yang sehat dan efisiensi operasional, pendapatan sebelum pencadangan atau Pre-Provisioning Income (PPOP) mencapai Rp34,83 triliun sepanjang 2024.

BNI juga mendapatkan tambahan likuiditas dari Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia sebesar 2,6 persen pada 2024.

“Insentif KLM tersebut memungkinkan kami untuk tetap mencatat pertumbuhan kredit yang sehat dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) di level 96 persen,” jelas Novita.

Dengan pertumbuhan kredit yang seimbang dan DPK yang kuat, BNI mampu menjaga rasio Net Interest Margin (NIM) di level 4,2 persen sepanjang 2024. Selain itu, pendapatan bunga bersih (Net Interest Income atau NII) terus tumbuh, mencapai Rp40,48 triliun.

Perusahaan anak BNI juga menunjukkan kontribusi yang lebih besar terhadap kinerja konsolidasi. BNI Finance mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 88 persen YoY, sementara hibank tumbuh 76 persen YoY pada 2024.

Kerja sama joint financing antara BNI dan BNI Finance, serta penguatan ekosistem UMKM melalui hibank, menjadi sumber pertumbuhan baru yang berkontribusi pada pencapaian kinerja perusahaan.

Direktur Risk Management BNI David Pirzada, menegaskan bahwa BNI terus mengimplementasikan langkah-langkah keberlanjutan dalam operasional dan pembiayaan.

“Dalam manajemen risiko, kami telah melaksanakan Climate Risk Stress Test (CRST) sesuai panduan Climate Risk Management System (CRMS) dari OJK. Tahun 2024, penerapan CRST mencakup 50 persen portofolio kredit di enam sektor industri utama dan mortgage, dan akan meningkat hingga 100 persen pada tahun ini,” ujar David.

BNI juga menerapkan Solid Waste Management di Kantor Pusat sebagai langkah menuju Zero Waste to Landfill (ZWTL).

Dalam aspek pembiayaan, portofolio Sustainable Finance BNI mencapai Rp190,5 triliun atau 25 persen dari total kredit, dengan Rp73,4 triliun dialokasikan untuk pembiayaan hijau dan Rp117 triliun untuk UMKM.

“BNI berkomitmen menjadi mitra strategis bagi debitur dalam mendukung transisi hijau, salah satunya melalui pembiayaan Sustainability Linked Loan (SLL) yang pada Desember 2024 mencapai Rp6 triliun,” ungkap David.

BNI juga aktif dalam edukasi keberlanjutan bagi debitur melalui program BNI ESG Sustainability & Transition (BEST) Event dan Technical Assistance Workshop.

“Upaya ini merupakan langkah nyata BNI untuk menciptakan dampak positif yang berkelanjutan, baik dari sisi operasional internal maupun dukungan kepada mitra bisnis,” tutup David.(*)