Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Asing Ramai-Ramai Jual ASII, ini Kata Analis

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 29 January 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Asing Ramai-Ramai Jual ASII, ini Kata Analis

KABARBURSA.COM - PT Astra International Tbk (ASII), salah satu raksasa industri otomotif Indonesia, tengah menghadapi tantangan besar di pasar modal. Tekanan terhadap saham ASII semakin terasa setelah sejumlah fund manager global mengurangi kepemilikan mereka di tengah tren penurunan penjualan mobil dan menyusutnya pangsa pasar perusahaan sepanjang 2024.

Eksodus Fund Manager Asing

Fund manager global terkemuka, seperti BlackRock Inc., Franklin Resources Inc., dan Dimensional Fund Advisors LP., dilaporkan melakukan aksi jual besar-besaran atas saham Astra dalam beberapa pekan terakhir.

BlackRock melepas 12,29 juta saham pada pekan lalu, menyisakan 1,04 miliar saham atau setara 2,59 persen dari total modal disetor perusahaan. Sementara itu, Franklin Resources mengurangi kepemilikannya sebanyak 13,1 juta saham, sehingga kini hanya memiliki 109,4 juta saham (0,27 persen).

Dimensional Fund Advisors pun tak ketinggalan, menjual 2,41 juta saham dan menyisakan kepemilikan sebesar 247,46 juta saham (0,61 persen).

Tak hanya mereka, Credit Agricole Group juga mencatatkan aksi jual dengan melepas 1,37 juta saham ASII. UBS AG, perusahaan investasi asal Swiss, turut menjual sebanyak 1,18 juta saham. Manulife Financial Corp. juga mengurangi kepemilikannya dengan menjual 735 ribu saham, sehingga kini memegang 38,2 juta saham (0,09 oersen), serta menambah penjualan 265 ribu saham lainnya sehingga total kepemilikannya turun menjadi 34,1 juta saham (0,08 persen).

Langkah yang diambil oleh para fund manager ini menimbulkan tekanan terhadap harga saham ASII, yang mengalami tren pelemahan sejak awal tahun. Meskipun demikian, para analis masih mempertahankan pandangan optimis terhadap prospek jangka panjang saham Astra.

Penurunan Penjualan Mobil dan Pangsa Pasar

Astra International memang sedang menghadapi tantangan dalam penjualan kendaraan sepanjang 2024. Berdasarkan laporan terbaru, penjualan mobil Astra sepanjang Januari hingga Desember 2024 mencapai 482.964 unit. Angka ini mengalami penurunan sebesar 13,87 oerseny dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana penjualan mencapai 560.717 unit.

Tren negatif ini juga berlanjut pada bulan Desember, di mana Astra hanya berhasil menjual 42.158 unit mobil, turun 11,54 persen dibandingkan Desember 2023 yang mencatatkan 47.659 unit. Kendati demikian, Astra masih mempertahankan dominasinya di pasar otomotif Indonesia dengan pangsa pasar 53 persen, meskipun angka ini menyusut dari 56 persen pada November.

Melemahnya permintaan di industri otomotif turut memberikan tekanan pada harga saham Astra. Sejak awal 2025, saham ASII tercatat mengalami koreksi hampir 1 persen. Hal ini menunjukkan dampak dari sentimen negatif ini.

Optimisme Analis dan Potensi Kenaikan Harga

Meskipun investor besar melakukan aksi jual, mayoritas analis tetap mempertahankan rekomendasi beli (buy) untuk saham Astra. Berdasarkan konsensus yang dihimpun Bloomberg, sebanyak 26 analis atau sekitar 78,8 persen dari total memberikan rekomendasi beli terhadap saham ASII. Sementara itu, enam analis memilih untuk menahan (hold), dan hanya satu yang merekomendasikan jual (sell).

Target harga saham ASII dalam 12 bulan ke depan diperkirakan mencapai Rp5.821 per saham. Jika dibandingkan dengan harga saham saat ini yang berada di level Rp4.870 per saham, terdapat potensi kenaikan sebesar 19,5 persen.

Beberapa analis terkemuka turut memperkuat optimisme ini. Richard Jerry, analis dari BRI Danareksa Sekuritas, mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp5.900 per saham. Sementara itu, Stevanus Juanda dari UOB KayHian menargetkan harga saham ASII di angka Rp6.000 per saham.

Ariyanto Jahja dari Macquarie juga memberikan rekomendasi serupa dengan menyematkan rating "Outperform" dan target harga Rp5.750 per saham.

Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Jangka Panjang

Eksodus sejumlah fund manager global dari saham Astra International memang menjadi sinyal waspada bagi investor, terlebih di tengah tekanan terhadap sektor otomotif akibat penurunan penjualan dan pangsa pasar. Namun, prospek jangka panjang masih tetap menjanjikan. Hal ini didukung oleh dominasi Astra di industri otomotif nasional dan optimisme dari para analis yang memberikan rekomendasi beli dengan potensi kenaikan harga yang signifikan.

Bagi investor jangka panjang, pelemahan harga saham ASII saat ini bisa menjadi peluang menarik untuk mengakumulasi saham dengan valuasi yang lebih murah. Dengan fundamental yang kuat dan strategi bisnis yang solid, Astra masih memiliki ruang untuk bangkit dan kembali menjadi pilihan utama di pasar modal Indonesia.

Namun begitu, investor tetap harus waspada dengan memperhatikan beberapa hal. Misalnya saja tekanan dari luar maupun internal, fundamental perusahaan, kinerja keuangannya, dan hal lain yang terkaitt. Dengan begitu, investor dari terhindari dari investasi asing yang menyebabkan kerugian besar.(*)