Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Memahami Cara DeepSeek Ancam Dominasi Kecerdasan Buatan AS

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 29 January 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Memahami Cara DeepSeek Ancam Dominasi Kecerdasan Buatan AS

KABARBURSA.COM - DeepSeek, sebuah perusahaan yang didirikan pada 2023 oleh perusahaan investasi High Flyer yang berfokus pada dana lindung nilai (hedge fund), meluncurkan model bahasa besar (Large Language Model/LLM) terbaru mereka yang bersifat gratis dan berbasis sumber terbuka (open-source), bernama R1, pada akhir Desember.

Berdasarkan pernyataan resmi perusahaan, pengembangan model ini hanya memerlukan biaya kurang dari USD6 juta (RpRp97,03 miliar, kurs Rp16.172 per USD) dan diselesaikan dalam waktu dua bulan. Sebagai perbandingan, perusahaan teknologi besar di Amerika Serikat yang dikenal sebagai hyperscaler —istilah yang merujuk pada perusahaan dengan infrastruktur komputasi skala besar untuk mendukung layanan berbasis cloud dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI)— telah mengalokasikan investasi hingga miliaran dolar untuk membangun ekosistem AI mereka.

Menariknya, meskipun dibuat dengan biaya lebih rendah, LLM asal China ini mampu mengungguli beberapa model AI terkemuka di pasaran, seperti GPT-4o milik OpenAI, Gemini 2.0 Flash dari Google, Claude 3.5 Sonnet yang dikembangkan oleh Anthropic, dan Llama 3.1 milik Meta. Model R1 menunjukkan performa yang lebih baik terutama dalam menyelesaikan soal matematika dan pemrograman yang kompleks.

Pada Senin, 27 Januari 2025, aplikasi DeepSeek AI Assistance berhasil melampaui ChatGPT o1 dan menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di Apple App Store. Namun, perusahaan memutuskan untuk membatasi pendaftaran pengguna baru pada hari yang sama karena mengalami serangan siber dalam skala besar terhadap layanannya.

Dalam pengembangan model LLM ini, DeepSeek menggunakan chip AI Nvidia H800, yang merupakan versi kurang canggih dibandingkan chip terbaru Nvidia. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah AS yang memperketat ekspor chip AI ke China, sehingga hanya mengizinkan pengiriman produk dengan spesifikasi lebih rendah. Menurut laporan Bloomberg, Nvidia menggambarkan pencapaian DeepSeek sebagai "kemajuan AI yang luar biasa" dan menegaskan bahwa proyek tersebut masih sesuai dengan regulasi kontrol ekspor yang diterapkan oleh pemerintah AS.

Selain itu, Nvidia menekankan bahwa meskipun DeepSeek telah mengembangkan model AI sendiri, pengoperasian model AI dalam skala besar masih sangat bergantung pada produk hardware dari Nvidia.

Nilai Nvidia Merosot

Dalam laporan Reuters, kemunculan model kecerdasan buatan berbiaya rendah dari China akan mengancam dominasi pemimpin AI saat ini seperti Nvidia, sehingga menghapus nilai pasar chipmaker tersebut sebesar USD592,7 miliar.

Hal ini menyebabkan indeks Nasdaq yang padat teknologi turun 3,1 persen pada Senin, 27 Januari 2025. Nvidia menjadi penekan terbesar pada Nasdaq dengan sahamnya anjlok hampir 17 persen, mencatat kerugian nilai pasar satu hari terbesar dalam sejarah saham Wall Street, menurut data LSEG.

Kerugian nilai pasar Nvidia pada Senin lebih dari dua kali lipat dari rekor sebelumnya yang dicatat oleh Nvidia pada September lalu. Broadcom Inc, produsen chip lainnya, menjadi penekan terbesar kedua dengan penurunan 17,4 persen, diikuti oleh Microsoft yang turun 2,1 persen dan Alphabet, induk Google, yang anjlok 4,2 persen.

“Jika benar DeepSeek adalah ‘perangkap tikus yang lebih baik’, ini dapat mengganggu narasi AI yang selama dua tahun terakhir telah mendorong pasar,” kata Brian Jacobsen, kepala ekonom di Annex Wealth Management.

Jacobsen menambahkan bahwa hal ini dapat mengurangi permintaan chip, kebutuhan pembangunan pusat data besar-besaran, serta konsumsi daya.

Hype AI dalam 18 bulan terakhir telah menarik aliran modal besar ke ekuitas, meningkatkan valuasi, dan mendorong pasar saham ke level tertinggi baru.

Analis Deutsche Bank, Adrian Cox, menulis bahwa DeepSeek “menabur keraguan pada pendekatan ‘lebih besar lebih baik’ yang telah mendominasi perlombaan AI hingga saat ini.”

Namun, Cox menambahkan bahwa, “AI yang lebih murah kemungkinan akan berarti lebih banyak AI, dengan ledakan penggunaan dalam kehidupan nyata karena tersedia dalam berbagai bentuk di berbagai perangkat.”

Potensi Perang Dagang Baru antara AS dan China

Presiden AS, Donald Trump, menanggapi kemajuan yang dicapai oleh DeepSeek dengan menyebutnya sebagai sebuah "peringatan" bagi perusahaan teknologi Amerika. Ia menekankan pentingnya bagi AS untuk "sepenuhnya fokus pada persaingan" di sektor kecerdasan buatan (AI).

Meski demikian, Trump tetap optimistis bahwa perusahaan teknologi AS akan mampu mempertahankan dominasinya dalam industri ini.

Kembalinya Trump ke panggung politik kembali memunculkan kekhawatiran mengenai kemungkinan perang dagang jilid dua antara AS dan China. "Setidaknya untuk saat ini, jelas bahwa perkembangan hari ini telah mendorong adanya pemikiran ulang mengenai 'perdagangan AI' serta risiko eskalasi ketegangan dagang antara kedua negara," ujar analis pasar Kyle Rodd.

Hingga saat ini, Trump belum menerapkan tarif 60 persen atas impor dari China seperti yang ia janjikan selama kampanye. Sebagai gantinya, pemerintah AS masih dalam tahap evaluasi, dengan hasil kajian yang diperkirakan akan diumumkan pada 1 April. (*)