Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Emiten Anak Tommy Soeharto Sambut Katalis Positif Industri Golf 2025

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 29 January 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Emiten Anak Tommy Soeharto Sambut Katalis Positif Industri Golf 2025

KABARBURSA.COM - PT Intra GolfLink Resorts Tbk (GOLF) kini berada di jalur ekspansi yang menjanjikan untuk menyambut peluang di industri golf pada 2025. Perusahaan yang dimiliki oleh Darma Mangkuluhur Hutomo, putra dari Tommy Soeharto (Hutomo Mandala Putra), telah menjalani transformasi signifikan untuk menjadi pemain utama di sektor ini.

Merujuk pada riset dari Trimegah Sekuritas Indonesia, Intra GolfLink Resorts diproyeksikan mengalami pertumbuhan pendapatan yang signifikan berkat pesatnya perkembangan industri golf, dengan dua katalis utama yakni lapangan golf dan restoran. Sementara segmen properti yang dimiliki oleh GOLF juga berkontribusi dalam peningkatan revenue perusahaan.

Prospek Industri Golf

Berdasarkan data dari Asosiasi Golf Indonesia, yang dikutip oleh Trimegah Sekuritas Indonesia, jumlah pemain golf tercatat meningkat tajam dari 52.000 pada 2020 menjadi 170.000 pada 2023, dengan mencatatkan CAGR (Compound Annual Growth Rate) sebesar 80 persen dalam dua tahun terakhir.

"Lonjakan ini disebabkan oleh dampak pandemi COVID-19, di mana pembatasan aktivitas dalam ruangan menyebabkan apresiasi yang lebih tinggi terhadap manfaat fisik dan mental rekreasi luar ruangan. Golf, olahraga luar ruangan yang kondusif untuk menjaga jarak sosial, muncul sebagai pilihan menarik untuk bersosialisasi dan berolahraga sambil mematuhi protokol keamanan," tulis riset yang disusun oleh analis Trimegah Sekuritas Indonesia Kharel Devin Fielim dan Alberto Jonas Kusuma, dikutip Rabu, 29 Januari 2025.

Meskipun peningkatan partisipasi golf yang signifikan terjadi di Indonesia, masih ada kesenjangan yang cukup besar dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Thailand. Misalnya, Malaysia memiliki sekitar 500 ribu pegolf setiap tahun, menarik 500 ribu wisatawan golf per tahun, dan memiliki 178 lapangan golf. Hal ini menunjukkan bahwa Malaysia memiliki hampir tiga kali lebih banyak pegolf dan dua kali lipat wisatawan golf tahunan dibandingkan dengan Indonesia.

"Hal ini menunjukkan bahwa ada potensi pertumbuhan yang signifikan dalam industri golf Indonesia, terutama karena pemerintah bertujuan untuk memperkuat industri ini melalui pariwisata golf," sambung riset itu.

Kementerian Pariwisata, yang sebelumnya dipimpin oleh Sandiaga Uno, berencana menambah 25 lapangan golf baru pada 2025, dengan fokus pada lima destinasi prioritas. Strategi ekspansi ini diharapkan dapat menarik total 66 juta pemain golf global pada 2023, yang akan meningkatkan industri pariwisata nasional serta memberikan efek ganda yang besar bagi Indonesia.

Selain itu, pasar peralatan golf di Indonesia diproyeksikan tumbuh signifikan dengan ukuran pasar mencapai USD1,9 juta (Rp29,4 miliar) pada 2026, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 22,2 persen selama enam tahun, berkat permintaan yang semakin tinggi terhadap peralatan golf berkualitas, seperti yang diproyeksikan oleh Reportlinker.

"Peningkatan minat pada aktivitas rekreasi, ditambah dengan peningkatan aksesibilitas, kemajuan teknologi, dan keselarasan dengan nilai-nilai lingkungan dan sosial, adalah faktor utama dibalik meningkatnya popularitas golf di Indonesia," jelasnya.

Ekspansi di Bali dan Proyek Properti Unggulan

GOLF telah mengidentifikasi Bali sebagai lokasi strategis untuk memperluas kehadirannya. Salah satu langkah terbarunya adalah rencana pembangunan hotel butik mewah bintang enam dan villa golf di New Kuta Golf Bali, Jimbaran. Pengembangan ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman bermain golf yang lengkap, memadukan fasilitas kelas dunia dengan layanan hotel premium.

Tidak hanya itu, kerja sama dengan PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) untuk mengembangkan Sequoia Hills di Sentul semakin memperkuat portofolio GOLF. Proyek ini menawarkan hunian berkelas di kawasan Bogor-Sentul, dengan akses mudah ke stasiun LRT yang akan datang. Keberhasilan klaster pertama seperti Earthville dan Leroy dengan tingkat serapan hampir 100 persen menunjukkan permintaan yang tinggi terhadap properti tersebut.

“Dengan tingkat serapan yang luar biasa untuk klaster pertama Sequoia Hills, kami percaya proyek ini akan terus berkembang dan mencatatkan kinerja yang kuat,” ujar Fielim dan Kusuma.

Proyeksi Pendapatan yang Kuat

Sejalan dengan ekspansi dan inovasi yang terus dilakukan, pendapatan GOLF diproyeksikan akan tumbuh pesat. Berdasarkan estimasi Trimegah Sekuritas Indonesia, perusahaan ini diperkirakan mengalami pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 70,5 persen selama tiga tahun ke depan, didorong oleh peningkatan pendapatan dari lapangan golf dan restoran serta sektor properti. Fielim menambahkan, “Kami mengharapkan pendapatan GOLF akan mencapai Rp106 miliar pada 2026, meningkat signifikan dari Rp60 miliar pada 2023."

Peningkatan pendapatan ini juga akan didukung oleh proyek-proyek properti yang kuat, termasuk hotel mewah di Bali dan pengembangan perumahan premium di Sentul. GOLF diperkirakan akan menikmati margin yang solid dan tetap mempertahankan posisi kas bersih yang sehat.

Tantangan dan Risiko

Namun, seperti halnya industri lainnya, GOLF juga menghadapi tantangan. Beberapa risiko utama yang perlu diwaspadai termasuk penurunan minat terhadap golf, tingginya ekspektasi pasar terhadap tingkat serapan dan penjualan properti, serta potensi keterlambatan dalam serah terima unit residensial. Kusuma mengingatkan, “Risiko ini harus dipantau, namun dengan strategi efisiensi biaya dan pemasaran yang tepat, kami yakin GOLF dapat menghadapinya dengan baik.”

Secara keseluruhan, GOLF memiliki potensi pertumbuhan yang sangat menarik di masa depan, dengan kombinasi lapangan golf premium, properti mewah, dan kemitraan strategis yang memperkuat posisi mereka di pasar. "Industri golf Indonesia akan terus berkembang seiring dengan peningkatan permintaan, dan GOLF siap meraih manfaat dari tren ini,” tutup tim riset Trimegah Sekuritas Indonesia. (*)