Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Saham NCKL Merosot, BCA Sekuritas Pangkas Target Harga

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 29 January 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Saham NCKL Merosot, BCA Sekuritas Pangkas Target Harga

KABARBURSA.COM - Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel terus mengalami tekanan di pasar modal. Harganya semakin menjauh dari harga penawaran umum perdana (IPO) yang tercatat pada 12 April 2023.

Hingga penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat, 24 Januari 2025, saham NCKL berada di level Rp705 per saham. Angka tersebut turun drastis sebesar 43,6 persen dari harga IPO di Rp1.250 per saham.

Tekanan ini semakin nyata setelah BCA Sekuritas menurunkan target harga saham NCKL menjadi Rp770 per saham. Padahal sebelumnya BCA Sekuritas optimistis harga saham NCKL berada di level Rp1.200. Revisi ini dilakukan seiring meningkatnya risiko terhadap profitabilitas produk nickel pig iron (NPI) dan high-pressure acid leach (HPAL), di tengah tren pelemahan permintaan nikel global.

Menurut analis BCA Sekuritas Muhammad Fariz, pasar nikel saat ini menghadapi tantangan berat akibat kondisi oversupply yang belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Produksi baja tahan karat di China tetap tinggi, meskipun permintaan terus melemah.

Hal ini kemudian menyebabkan penumpukan stok di berbagai produsen. Situasi ini secara langsung berdampak pada pasokan NPI yang semakin meningkat di pasar, menekan harga nikel global.

BCA Sekuritas pun menyesuaikan asumsi harga rata-rata London Metal Exchange (LME) untuk nikel sepanjang 2024 dari USD18.000 per ton menjadi USD17.062 per ton. Sedangkan untuk NPI, perkiraannya direvisi naik tipis dari USD13.327 per ton menjadi USD13.466 per ton. Proyeksi harga untuk tahun 2025 dan 2026 juga diturunkan secara bertahap, karena tidak adanya ketidakpastian dalam pemulihan sektor ini.

Posisi Pertama Dipegang ANTM

Seiring dengan pelemahan industri nikel, BCA Sekuritas juga merevisi rekomendasi investasinya untuk sektor ini, di mana menempatkan saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebagai prioritas utama, disusul oleh PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan terakhir NCKL.

Di tengah tekanan ini, Harita Nickel telah mengambil langkah strategis untuk menstabilkan harga sahamnya melalui program pembelian kembali (buyback) saham senilai maksimal Rp1 triliun. Perusahaan telah menunjuk PT Harita Kencana Sekuritas sebagai pihak yang akan melaksanakan buyback melalui Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Utama Harita Nickel Roy Arman Arfandy, menjelaskan bahwa keputusan buyback ini telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 27 Juni 2024. Ia menegaskan, harga saham NCKL saat ini masih belum mencerminkan fundamental perusahaan, sehingga aksi buyback ini diharapkan dapat memberikan stabilitas dan menjaga nilai saham di pasar.

Dengan berbagai tekanan eksternal dari pasar global serta langkah-langkah strategis internal yang dilakukan Harita Nickel, para investor akan mencermati bagaimana prospek NCKL ke depan di tengah dinamika industri nikel yang penuh ketidakpastian.

Akuisisi Saham Obi Nikel

Beberapa waktu lalu, NCKL diberitakan resmi mengakuisisi 628.240 saham Obi Nickel Cobalt dengan total nilai Rp2,11 triliun. Harga pembelian per lembar saham mencapai Rp3,37 juta, dan transaksi untuk 10 persen saham Obi Nickel tersebut berhasil diselesaikan pada Jumat, 13 Desember 2024.

Seperti dikutip dari keterbukaan informasi, akuisisi senilai USD140,09 juta ini dilakukan dengan mengambil alih saham dari Li Yuen Pte. Ltd. Langkah ini didorong oleh prospek bisnis Obi Nickel Cobalt yang dinilai menjanjikan. Dengan demikian, NCKL memandang penting untuk menambah porsi kepemilikannya di perusahaan tersebut.

Melalui transaksi ini, NCKL juga berupaya memastikan kelangsungan pasokan bijih nikel bagi entitas asosiasi perseroan. Selain itu, diharapkan kontribusi finansial dari akuisisi ini dapat menciptakan nilai tambah (value creation) yang selaras dengan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

Pascatransaksi, kepemilikan saham NCKL di Obi Nickel Cobalt meningkat menjadi 20 persen dari sebelumnya 10 persen. Dengan demikian, total investasi NCKL di Obi Nickel mencapai Rp3,36 triliun atau setara 1.256.480 saham. Di sisi lain, kepemilikan Li Yuen Pte. Ltd. di Obi Nickel menyusut dari 30 persen menjadi 20 persen, dengan nilai saham yang kini sejajar dengan kepemilikan NCKL.

Obi Nickel sendiri merupakan entitas asosiasi yang sebelumnya dimiliki langsung oleh NCKL dengan porsi saham 10 persen. Selain itu, terdapat hubungan struktural antara kedua perusahaan, di mana komisaris utama NCKL juga menjabat sebagai direktur utama di Obi Nickel.

Laporan Keuangan NCKL

Sebelumnya diberitakan, NCKL mencatatkan kinerja positif sepanjang Januari hingga September 2024. Laba bersih perusahaan mencapai Rp4,84 triliun, tumbuh sebesar 8,52 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023, yang mencatatkan Rp4,46 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, NCKL mencatatkan pendapatan sebesar Rp20,38 triliun, meningkat 17,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp17,3 triliun. Lonjakan pendapatan ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktivitas operasionalnya di tengah tantangan pasar.

Namun, peningkatan pendapatan tersebut diikuti oleh kenaikan signifikan pada beban pokok penjualan. Selama periode Januari-September 2024, beban pokok penjualan tercatat sebesar Rp13,72 triliun, naik 22,83 persen secara tahunan (year-on-year/y-o-y). Akibatnya, laba bruto perusahaan hanya tumbuh sebesar 8,65 persen y-o-y menjadi Rp6,66 triliun hingga akhir Kuartal III-2024.

Dari sisi laba usaha, NCKL membukukan Rp5,8 triliun, naik 7,01 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, laba sebelum pajak penghasilan mencapai Rp6,8 triliun, tumbuh sebesar 4,13 persen y-o-y.

Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan (neto) sebesar Rp792,24 miliar hingga Kuartal III-2024, laba periode berjalan tercatat sebesar Rp6,01 triliun, meningkat 6 persen y-o-y. Dari jumlah tersebut, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp4,84 triliun, lebih tinggi 8,52 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023.

Dari sisi neraca, total ekuitas NCKL per 30 September 2024 tercatat sebesar Rp33,39 triliun, meningkat 17,61 persen dibandingkan posisi per 31 Desember 2023 sebesar Rp28,39 triliun. Sementara itu, total liabilitas perusahaan hingga akhir kuartal III-2024 naik 8,28 persen (year-to-date/ytd) menjadi Rp18,3 triliun.

Kinerja positif ini mencerminkan kemampuan NCKL dalam menjaga pertumbuhan laba meskipun dihadapkan pada peningkatan beban operasional. Strategi pengelolaan biaya yang efisien dan peningkatan pendapatan menjadi kunci keberhasilan perusahaan selama sembilan bulan pertama 2024.(*)