Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Saham Teknologi Bangkit, Wall Street Kembali Sumringah

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 29 January 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Saham Teknologi Bangkit, Wall Street Kembali Sumringah

KABARBURSA.COM - Setelah sehari sebelumnya babak belur, saham teknologi kembali menguasai Wall Street pada Selasa waktu Amerika atau Rabu, 29 Januari 2025 dini hari WIB. Capaian ini membuat indeks saham utama di AS melaju kencang.

Dilansir dari AP di Jakarta, 29 Januari 2025, indeks S&P 500 naik 0,9 persen atau menutup lebih dari setengah kerugian yang diderita sehari sebelumnya. Dow Jones Industrial Average ikut menguat dengan tambahan 136 poin atau 0,3 persen, sementara Nasdaq Composite melesat 2 persen setelah sehari sebelumnya anjlok 3,1 persen.

Yang paling jadi sorotan adalah Nvidia, perusahaan yang selama ini jadi simbol kegilaan pasar terhadap AI. Sahamnya sempat terjun bebas hampir 17 persen sehari sebelumnya—penurunan terburuk sejak crash akibat COVID-19 tahun 2020. Namun, kali ini Nvidia bangkit lagi dengan kenaikan 8,8 persen. Saham teknologi lain yang berkaitan dengan AI juga mulai stabil, seperti Broadcom yang naik 2,6 persen dan Constellation Energy yang bertambah 1,4 persen setelah sehari sebelumnya anjlok hampir 21 persen.

Tapi ada satu faktor baru yang membuat euforia AI sedikit goyah. DeepSeek, perusahaan asal China, mengklaim telah mengembangkan model AI yang bisa menyaingi raksasa AI asal AS dengan biaya jauh lebih murah. Jika benar, hal ini bisa berarti bahwa belanja besar-besaran untuk chip AI dan infrastruktur data center tidak akan sebesar yang sebelumnya diperkirakan.

Saham-saham berbasis AI memang menjadi primadona Wall Street dalam beberapa tahun terakhir. Tren angkanya naik gila-gilaan karena ekspektasi bahwa belanja teknologi ini akan terus meningkat. Namun, muncul pertanyaan, apakah valuasi mereka sudah terlalu tinggi dan naik terlalu cepat?

Ekonom senior di BNP Paribas, James Egelhof, menilai dampak teknologi AI murah ini belum tentu negatif bagi pasar. Menurutnya, jika biaya menggunakan AI semakin rendah, adopsinya justru bisa lebih cepat. “Ini bisa mempercepat investasi di software AI, yang mungkin bisa menutupi atau bahkan melampaui perlambatan investasi di data center dan perangkat keras,” katanya.

Di luar sektor teknologi, saham-saham lain bergerak dengan dinamika yang cukup beragam. Royal Caribbean mencetak kenaikan 12 persen setelah melaporkan laba kuartal IV 2024 yang lebih tinggi dari ekspektasi analis. Perusahaan kapal pesiar itu diuntungkan oleh lonjakan pemesanan tiket yang dilakukan mendadak atau lebih dekat dengan waktu keberangkatan. Mereka juga memberikan proyeksi laba untuk kuartal pertama 2025 yang lebih tinggi dari perkiraan pasar.

Sementara itu, JetBlue Airways justru anjlok 25,7 persen, meskipun kerugian kuartalannya ternyata lebih kecil dari yang diprediksi analis. Penyebabnya? Perusahaan memproyeksikan biaya operasional di luar bahan bakar akan naik lebih cepat dibanding pertumbuhan pendapatan, membuat investor langsung bereaksi negatif.

Pasar masih menunggu laporan keuangan dari beberapa raksasa teknologi yang akan keluar dalam minggu ini, seperti Apple, Meta Platforms, Microsoft, dan Tesla. Dengan begitu banyak faktor yang bisa menggerakkan pasar, roller coaster di Wall Street sepertinya masih jauh dari kata selesai.

Sementara itu, di pasar obligasi, yang belakangan jadi dalang utama naik-turunnya Wall Street, yield Treasury 10 tahun tetap stabil di 4,53 persen. Dalam beberapa bulan terakhir, yield ini terus merangkak naik seiring pasar mengurangi ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed tahun ini. Ekonomi AS masih cukup solid, tapi kekhawatiran soal tarif dan kebijakan Donald Trump yang bisa memicu inflasi terus membayangi pasar.

Laporan terbaru tentang tingkat kepercayaan konsumen AS ternyata lebih lemah dari ekspektasi para ekonom. Tapi pasar obligasi menanggapi laporan ini dengan santai. Semua mata kini tertuju pada pengumuman suku bunga The Fed pada Rabu hari ini.

Ekspektasi umumnya, The Fed akan tetap mempertahankan suku bunga acuan. Jika benar demikian, ini akan menjadi pertemuan pertama sejak September di mana The Fed tidak lagi memangkas suku bunga untuk mendorong ekonomi.

Pasar Saham Asia-Eropa Campur Aduk

Di luar AS, bursa saham di Eropa dan Asia bergerak dengan arah yang beragam. Indeks Nikkei 225 Jepang turun 1,4 persen, dipicu oleh penurunan saham SoftBank Group Corp. yang ambruk 5,2 persen.

Sementara itu, drama di Fuji Media Holdings kembali menyita perhatian pasar. Saham Fuji Media justru naik 3 persen setelah konferensi pers maraton selama lebih dari 10 jam, di mana dua eksekutif puncaknya akhirnya mengundurkan diri untuk bertanggung jawab atas skandal seks yang mengguncang perusahaan.

Dalam beberapa bulan terakhir, saham Fuji Media memang naik-turun tak karuan setelah majalah Jepang ramai memberitakan “masalah” yang melibatkan seorang pembawa acara wanita dengan seorang bintang pria ternama. Sang aktor kini telah mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia hiburan.(*)