KABARBURSA.COM – Pelemahan ekonomi yang mengakibatkan penurunan penjualan mobil secara nasional tidak membuat merek asal China ikut terdampak. Penurunan daya beli masyarakat hanya berdampak kepada merek asal Eropa, Jepang dan Korea Selatan (Korsel).
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), industri otomotif sedang lesu akibat penurunan penjualan mobil. Penjualan mobil di Indonesia secara wholesales (dari pabrikan ke dealer) pada tahun 2024 sebesar 865.723 unit atau turun 13,9 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 1.005.802 unit.
Sedangkan untuk penjualan ritel (dari dealer ke konsumen) sebesar 889.680, turun 10,9 persen jika dibandingkan tahun lalu yang mencapai 998.059.
Sementara penjualan mobil China terus meningkat signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu. Peningkatan ini terjadi karena dua hal, yakni bertambahnya jumlahnya merek asal Tiongkok yang masuk ke Indonesia.
Kemudian, peningkatan juga terjadi karena memang penjualan untuk beberapa merek China seperti halnya Chery meningkat lebih dari 100 persen. Penjualan brand asal Provinsi Anhui, China ini berhasil meningkat sebesar 118,3 persen atau sebanyak 8.626 unit.
Brand asal Negeri Tirai Bambu lainnya yang penjualannya berhasil meningkat lebih dari 100 persen adalah Morris Garage (MG). Tercatat, penjualan MG meningkat sebesar 257,3 persen atau sebesar 4.123 unit. Begitu juga dengan merek Seres juga meningkat sebesar 172 persen atau sebanyak 98 unit.
Meski tidak sebesar penjualan mobil Jepang dan mobil Korsel, peningkatan penjualan kedua merek tersebut tergolong tinggi. Secara keseluruhan, pada tahun 2024, penjualan retail seluruh mobil China di Indonesia sebesar 54.808.
Wuling : 25.067 unit
BYD : 13.964
Chery : 8.626
Morris Garage : 4.123
DFSK : 1.097
AION : 960
Tank : 600
BAIC : 198
Seres : 98
Haval : 75
Sementara untuk penjualan pada tahun 2023, dengan jumlah brand yang lebih sedikit, mobil China berhasil terjual sebesar 32.732 unit.
Wuling : 25.992 unit
Chery : 3.952
Morris Garage : 1.154
DFSK : 1.598
Seres : 36
Agar lebih adil dalam membandingkan peningkatan penjualan mobil China, penjualan merek Wuling, Chery, MG, DFSK dan Seres pada tahun 2024 sebesar 37.914 unit. Artinya tetap ada peningkatan sebesar 13,66 persen tanpa merek baru seperti BYD, Aion, Tank, Baic dan Haval.
Penjualan mobil China meroket di Indonesia, namun ada beberapa merek yang penjualannya turun, seperti halnya Wuling. Meski penjualannya lebih tinggi dibandingkan dengan merek China lainnya, namun penjualan retail pada tahun ini turun tipis, yakni 3,6 persen (year-on-year/yoy). Bahkan penjualan DFSK turun lebih parah, yakni 31,4 persen.
Mobil Jepang Bakal Tergeser
Menanggapi peningkatan penjualan mobil China di Tanah Air, pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu menilai, mobil-mobil China (di samping masuknya berbagai brand mesin HEv dan PHEV di 2025) khususnya BEV, memiliki peluang yang cukup besar untuk terus tumbuh.
“Mobil-mobil China memiliki peluang besar untuk melanjutkan dominasinya di Indonesia, terutama di segmen entry-level meski kondisi ekonomi melemah,” kata Yannes kepada kabarbursa.com, Selasa, 28 Januari 2025.
Menurutnya, ada beberapa penyebab mobil China mampu mendominasi di Indonesia dibandingkan mobil Jepang, Eropa dan Korsel. Keunggulan utama dari mobil China adalah dari segi harganya yang kompetitif dan cocok untuk dibeli ketika kondisi ekonomi sedang sulit.
Sementara untuk harga mobil merek asal Eropa, Jepang dan Korsel masih tergolong tinggi untuk konsumen di Indonesia. Terlebih lagi untuk brand Eropa yang lebih banyak untuk konsumen menengah ke atas. Sedangkan merek Jepang dan Korsel harganya tetap tinggi dengan fitur yang relatif hampir sama dengan mobil China.
“Harga kompetitif, strategi pemasaran agresif, dan beragam varian produk dengan berbagai fitur canggih harga terjangkau dan mutu produk yang semakin baik menjadi kekuatan utama mereka dalam mengambil segmen pasar Rp200-500 juta yang paling besar segmennya di Indonesia saat ini,” jelasnya.
Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menilai, produsen mobil China mampu menawarkan electric vehicle (EV) dengan harga terjangkau, sesuai kebutuhan pasar Indonesia. Menurutnya, pelemahan ekonomi yang berakibat kepada penurunan penjualan masyarakat dan tergerusnya kelas menengah mengubah preferensi dan terjadi pergeseran kelompok pembeli.
"Dengan pergeseran kelompok pembeli dari baby boomers ke milenial dan Gen Z dengan preferensinya yang lebih pro tech dan environment dan didukung oleh ekosistem pengisian daya yang memadai akan memiliki keunggulan kompetitif signifikan. Jika langkah ini dilakukan dengan cepat, dominasi merek Jepang di pasar otomotif Indonesia bukan tidak mungkin akan tergeser dalam beberapa tahun ke depan,” kata Yannes. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.