KABARBURSA.COM - Saham PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) direkomendasikan di tengah potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) mengalami pertumbuhan.
Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy, mengatakan proyeksi kinerja emiten yang fokus pada sektor EBT hingga kuartal I 2025 akan terus mengalami pertumbuhan signifikan.
Dia menjelaskan kondisi tersebut sejalan dengan target pemerintah yang berupaya menarik investasi antara Rp1.900 triliun hingga Rp2.200 triliun pada tahun ini.
Abdul menuturkan Stocknow.id memiliki rekomendasi sejumlah saham di sektor EBT, salah satunya adalah ESSA. Lantas, bagaimana kinerja saham ESSA?
Merujuk data perdagangan Stockbit, Senin, 27 Januari 2025, ESSA mencatatkan kinerja kurang memuaskan dalam satu pekan terakhir dengan performa -0,58 persen.
Meski begitu, performa keuangan ESSA menunjukkan stabilitas yang baik berdasarkan data terbaru dalam laporan kuartalan.
Dari sisi solvabilitas, ESSA mempertahankan posisi likuiditas yang baik dengan current ratio sebesar 1,95 dan quick ratio mencapai 1,73. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimiliki.
Sementara itu, debt to equity ratio berada pada level rendah sebesar 0,28, mengindikasikan beban utang yang terkendali.
Dari segi profitabilitas, ESSA berhasil mencatatkan Return on Assets (ROA) sebesar 8,46 persen dan Return on Equity (ROE) di angka 14,54 persen.
Laba kotor juga menunjukkan margin yang kuat, dengan Gross Profit Margin mencapai 37,76 persen, sedangkan Operating Profit Margin berada di level 30,78 persen.
Tidak ketinggalan, Net Profit Margin tercatat sebesar 17,09 persen, mencerminkan efisiensi operasional perusahaan dalam menghasilkan laba bersih.
Dengan kinerja keuangan yang positif ini, ESSA memperlihatkan potensi untuk terus memberikan kontribusi signifikan kepada pemegang sahamnya sekaligus mempertahankan stabilitas bisnis di masa depan.
Beberapa waktu lalu ESSA mulai mengepakkan sayapnya di bisnis produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF). Bisnis tersebut dijalankannya melalui dua anak usaha, yaitu PT ESSA Sustainable Indonesia (ESI) dan PT ESSA SAF Makmur (ESM).
Presiden Direktur dan CEO ESSA Kanishk Laroya mengatakan, ESSA sedang mendayagunakan keahlian di bidang energi dan kimia.
Perusahaan memposisikan ESSA di garis depan revolusi penerbangan ramah lingkungan dengan menargetkan diri menjadi salah satu pabrik bersertifikasi ISCC CORSIA pertama di Indonesia.
Dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 23 Desember 2024, Laroya menjelaskan, langkah perusahaan memfokuskan diri pada bisnis SAF ini sejalan dengan komitmen untuk membawa Indonesia dalam solusi energi ramah lingkungan.
Dengan semakin meningkatnya tuntutan bagi industri penerbangan global untuk mengurangi emisi CO2 yang terus meningkat, proyek SAF yang digarap ESSA ini diharapkan bisa membawa perubahan global di sektor yang terus berkembang.
Sementara, anak usaha ESEA, yakni ESM akan menjadi fasilitas manufaktur greenfield berteknologi termutakhir yang akan didirikan di Jawa Tengah dengan kapasitas produksi ±150.000 MT per tahun. Adapun operasi komersial diharapkan dimulai di antara Kuartal IV 2027 dan Kuartal I 2028.
Prospek Energi Baru Terbarukan (EBT) diproyeksikan positif. Namun begitu, analis memperkirakan sektor ini masih memiliki sejumlah tantangan di tahun 2025
Abdul Haq Alfaruqy mengatakan, rintangan utama yang akan dihadapi EBT di Indonesia adalah kesadaran masyarakat yang belum bisa melihat potensi dari sektor ini.
"Saat ini kesadaran masyarakat masih minim terhadap potensi EBT terhadap dampak positif jangka panjang yang akan dirasakan," kata dia kepada Kabarbursa.com di Jakarta dikutip Sabtu, 25 Januari 2025.
Selain itu, Abdul menyampaikan keberlanjutan subsidi untuk bahan bakar fosil dari pemerintah juga turut menghambat pengembangan energi terbarukan dan menciptakan ketergantungan berlebihan pada energi fosil.
"Kesenjangan dari segi pendaaan menjadi salah satu faktor utama tantangan bagi pemerintah untuk merealisasikan net zero emission di tahun 2060," jelas dia.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiyani Dewi, mengungkapkan bahwa proporsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional mencapai 14,1 persen pada tahun 2024. Dari jumlah tersebut, energi panas bumi menjadi andalan dan memiliki proporsi terbesar.
“Saat ini pemanfaatan EBT dalam bauran energi nasional dilaporkan ke saya sebesar 13,9 persen, dengan Commercial Operation Date (Tanggal Operasi Komersial) dan SLO (Sertifikat Laik Operasi) beberapa proyek panas bumi di bulan Desember ini diharapkan akan terjadi peningkatan bauran ebt hingg tercapai 14,1 persen,” kata Eniya dalam keterangannya, Selasa, 17 Desember 2024.
Adapun energi panas bumi yang beroperasi pada akhir tahun ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Merapi berkapasitas 41 MW. PLTP ini telah mendapat SLO pada 15 Desember. Kemudian PLTP lain yang akan beroperasi berada di Ijen dengan kapasitas 45 MW.
“Dengan masuknya PLTP Sorik Merapi, yang terdiri dari 91 MW-50 MW di antaranya sudah COD dan sisanya 41 MW tinggal menunggu Amdal. Kami optimistis kontribusi bauran EBT akan meningkat secara signifikan,” ujar dia.
Menurutnya, panas bumi memiliki potensi besar untuk mempercepat tercapainya target bauran energi terbarukan. PLTP disebut memiliki tingkat keandalan tertinggi dibandingkan energi ramah lingkungan lainnya.
Capaian produksi energi listrik dari panas bumi telah mencapai 5 persen dari total bauran energi nasional atau sebanyak 40 persen dari bauran EBT. PLTP juga disebut berperan penting mendukung dekarbonisasi sektor tenaga kelistrikan di Indonesia.
Berdasarkan data ESDM, sejak 2014 kapasitas terpasang PLTP meningkat sebesar 1,2 GW. Artinya, total terpasang panas bumi di Indonesia telah menyentuh angka 2,6 GW. Jumlah tersebut setara dengan 11 persen total panas bumi di Indonesia.
Potensi ini menjadikan Indonesia sebagai produsen listrik panas bumi terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 5,3 persen terhadap bauran energi nasional.
Sekadar informasi, hingga 2024 pemerintah mengidentifikasi 362 titik potensi panas bumi dengan total kapasitas 23,6 GW.
Selain itu, terdapat 62 Wilayah Kerja Panas Bumi dan 12 Wilayah Penugasan untuk Survei Pendahuluan dan Eksplorasi Panas Bumi yang masih aktif. Keberadaan wilayah-wilayah ini menjadi pijakan penting untuk mendorong peningkatan investasi dan pengembangan energi panas bumi di Indonesia.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.