KABARBURSA.COM – Indeks LQ45 mencatatkan penurunan signifikan pada perdagangan Jumat, 24 Januari 2025, merosot 12,11 poin atau 1,44 persen ke level 831,49. Pelemahan ini terjadi di tengah volume perdagangan sebesar 3,7 miliar saham, di bawah rata-rata volume harian 6,06 miliar saham.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak pembukaan di 843,60, indeks terus tertekan dan menyentuh level terendah hari ini di 831,49 sebelum akhirnya ditutup pada posisi tersebut. Total nilai transaksi perdagangan mencapai Rp4,92 triliun dengan frekuensi 37.027 kali.
Beberapa emiten berkapitalisasi besar dalam indeks LQ45 menjadi pemberat utama indeks, termasuk:
Di sisi lain, beberapa saham berhasil memberikan dorongan positif meski tidak cukup kuat menahan pelemahan indeks secara keseluruhan:
Dengan pelemahan ini, indeks LQ45 berpotensi menghadapi tekanan lanjutan jika sentimen negatif global terus berlanjut. Investor disarankan untuk mencermati pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar serta memperhatikan rilis data ekonomi global yang dapat memengaruhi arah pasar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan signifikan pada perdagangan hari ini, Jumat, 24 Januari 2025, ditutup di level 7.166,06, turun 66,59 poin atau 0,92 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di 7.233. Koreksi ini mencerminkan tekanan yang meluas di sejumlah sektor strategis, khususnya teknologi.
Seperti dilihat dari data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang perdagangan, IHSG sempat mencapai level tertinggi di 7.261,45 sebelum terkoreksi ke titik terendah hari ini di 7.166,06. Volume transaksi tercatat sebanyak 159,905 juta lot dengan nilai transaksi mencapai Rp10,57 triliun. Frekuensi perdagangan mencapai 1.184.938 kali, menunjukkan aktivitas pasar yang cukup tinggi di tengah tren pelemahan.
Tekanan utama terhadap IHSG datang dari sektor teknologi, yang mencatatkan penurunan terdalam sebesar 2,07 persen. Sektor ini menjadi penekan utama indeks di tengah kekhawatiran global terhadap kenaikan suku bunga yang memengaruhi valuasi saham-saham teknologi. Selain itu, sektor infrastruktur turun 1,43 persen, diikuti sektor finansial yang melemah 0,90 persen, menambah sentimen negatif di pasar.
Direktur Utama PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, perununan kinerja saham sektor teknologi berkaitan dengan langkah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
“Saham teknologi mengalami penurunan wajar sekali karena Trump pada saat berbicara di Davos, Swiss, dia mengatakan Amerika (Serikat) akan melakukan swasembada energi yang begitu besar, akan menerapkan perang dagang, dengan beberapa negara seperti China kemudian Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko,” ujar Ibrahim dalam wawancara bersama Kabar Bursa Hari Ini, di kanal YouTube KabarBursaCom, Jumat, 24 Januari 2025.
Menurut dia, kemungkinan tersebut membuat harga komoditas penunjang produk-produk teknologi naik. Sayangnya, hal ini tidak sejalan dengan performa saham sektor tersebut.
“Mungkin teknologi ini yang tadinya sedikit langka kemudian mengalami satu penurunan, ini salah satu intervensi dari presiden Amerika Serikat yang membuat saham-saham teknologi berguguran,” ungkapnya.
Di sisi lain, sektor properti menjadi sorotan positif dengan mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 2,24 persen. Kenaikan ini didorong oleh optimisme terhadap kebijakan pemerintah dalam mendukung pertumbuhan sektor real estat, seperti penurunan suku bunga kredit properti dan stabilitas harga bahan bangunan. Sektor nonsiklikal juga berhasil bertahan di zona hijau dengan kenaikan moderat sebesar 0,49 persen, didukung oleh konsumsi kebutuhan pokok yang tetap stabil.
Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (foreign net sell) sebesar Rp800 miliar, dengan total pembelian asing mencapai Rp3,1 triliun dan penjualan asing sebesar Rp3,9 triliun. Meski demikian, beberapa analis memperkirakan bahwa tekanan ini kemungkinan bersifat sementara, mengingat volume perdagangan hari ini yang masih cukup tinggi, yakni 15,99 miliar saham, mendekati rata-rata harian sebesar 18,37 miliar saham.
Analis pasar menilai, tekanan di sektor teknologi kemungkinan besar terkait dengan sentimen negatif global, termasuk ketidakpastian kebijakan moneter di Amerika Serikat yang memengaruhi psikologi pasar. Sentimen ini memicu aksi jual di saham-saham teknologi, yang sebelumnya mencatatkan kenaikan tinggi.
Dengan penutupan IHSG di zona merah pada akhir pekan ini, pelaku pasar disarankan untuk mencermati perkembangan ekonomi global serta laporan kinerja emiten yang akan dirilis dalam waktu dekat. Perhatian khusus juga diberikan pada sektor teknologi dan properti, yang menunjukkan volatilitas cukup tinggi dan potensi pergerakan signifikan dalam beberapa hari mendatang. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.