KABARBURSA.COM - PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menegaskan, hingga saat ini kebijakan global terkait pembatasan chip tidak memberikan dampak langsung terhadap kinerja operasional perusahaan.
"Telkom secara proaktif mengamati dinamika pasar teknologi global dan terus berkomitmen untuk memastikan kelancaran operasional. Kami senantiasa melakukan analisis terhadap berbagai faktor eksternal yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan," ujar VP Corporate Communication TLKM Andri Herawan Sasoko, kepada Kabarbursa.com, Senin, 20 Januari 2025.
Andri menjelaskan, Telkom tetap fokus pada pengembangan ekosistem teknologi digital Indonesia, termasuk solusi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Inteligence/AI) dan penguatan infrastruktur pusat data (data center).
Untuk mengatasi tantangan global seperti isu pembatasan chip, Telkom menargetkan pertumbuhan di sektor data center dan big data melalui anak perusahaannya, NeutraDC. Adapun NeutraDC berperan sebagai infrastruktur AI Telkom, mendukung transformasi digital nasional secara strategis.
Andri juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara NeutraDC dan Cirrascale Cloud Services, yang menjadi langkah kunci dalam menyediakan solusi cloud AI yang scalable dan berbasis teknologi terkini. Infrastruktur ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan analitik data, big data, dan pengembangan proyek smart city yang menjadi bagian dari roadmap transformasi digital Telkom.
"Dengan dukungan infrastruktur ini, proyek smart city dapat tetap berjalan secara optimal meskipun menghadapi perubahan dalam rantai pasokan global," tambahnya.
Telkom optimistis menghadapi tahun 2025 dengan memperkuat ekosistem digital di Indonesia. Selain berfokus kepada data center, Telkom juga terus mengembangkan solusi digital yang mendukung berbagai sektor, termasuk infrastruktur smart city, big data, dan AI.
"Telkom terus mendukung pengembangan smart city dan solusi berbasis AI sebagai bagian dari transformasi digital Indonesia. Kami berfokus pada penguatan ekosistem teknologi digital melalui kerja sama dengan berbagai pihak, baik lokal maupun lokal," pungkas Andri.
Sektor telekomunikasi diproyeksikan mencatatkan kinerja positif pada tahun 2025, dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menonjol sebagai saham utama pilihan investor. Berdasarkan riset terbaru dari Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Research, sektor ini diberi peringkat "overweight," mengindikasikan potensi pertumbuhan yang menjanjikan dibandingkan sektor lainnya.
Jason Sebastian, analis saham SSI, mengungkapkan bahwa TLKM menawarkan fundamental yang menarik di tengah persaingan industri.
"Dengan kapitalisasi pasar Rp15,94 triliun dan target harga tahun 2025 sebesar Rp3.500 per saham, TLKM mencatatkan rasio P/E sebesar 10,8x, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata sektor yang mencapai 24,6x," ujar Jason dalam laporan risetnya, Senin, 20 Januari 2025.
Selain valuasi yang menarik, proyeksi EBITDA TLKM yang diperkirakan tumbuh sebesar 5 persen dinilai sehat. Pertumbuhan ini didukung oleh strategi diversifikasi bisnis serta peningkatan kualitas layanan yang berkesinambungan.
Sebagai perbandingan, dua pesaing utama TLKM, yakni PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL), juga menunjukkan kinerja yang beragam. ISAT diperkirakan mencatatkan pertumbuhan EBITDA sebesar 8,2 persen, sedangkan EXCL diproyeksikan mengalami penurunan EBITDA hingga 17,5 persen.
Dengan prospek positif dan strategi bisnis yang solid, TLKM diharapkan tetap menjadi salah satu pemain kunci di sektor telekomunikasi Indonesia pada 2025.
Catatkan Return Positif
Proyeksi sektor telekomunikasi untuk tahun 2024 hingga 2026 menunjukkan tren positif, terutama untuk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). TLKM diperkirakan mencatatkan return positif sebesar 15,2 persen selama periode tersebut. Sebagai perbandingan, PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) diproyyeksi membukukan return 8,5 persen, sementara PT XL Axiata Tbk (EXCL) diramal mengalami penurunan return hingga 17,5 persen.
“Secara keseluruhan, sektor telekomunikasi diperkirakan menghadapi tantangan signifikan, namun TLKM tetap menjadi pilihan utama investor karena potensi pertumbuhannya yang lebih stabil,” ujar Jason Sebastian, analis saham Samuel Sekuritas Indonesia (SSI), dalam riset yang diterbitkan baru-baru ini.
Potensi pertumbuhan TLKM yang lebih stabil didorong oleh kenaikan ARPU (Average Revenue Per User), seiring dengan meredanya persaingan akibat konsolidasi industri. Fokus pada kualitas jaringan dan layanan diperkirakan menjadi penentu utama persaingan di masa depan. Strategi Fixed-Mobile Convergence (FMC) yang diterapkan perusahaan telekomunikasi juga menjadi pendorong potensi pendapatan di masa mendatang.
Tantangan dan Peluang Sektor Telekomunikasi
Meskipun memiliki potensi besar, sektor telekomunikasi juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah persaingan ketat di pasar broadband tetap (Fixed Broadband/FBB), yang berisiko menekan pendapatan karena perang harga. Penetrasi pelanggan seluler yang sudah mencapai 97 persen dari total populasi sebesar 188 juta jiwa juga membatasi ruang pertumbuhan pasar.
Namun, lelang spektrum insentif yang direncanakan pemerintah diharapkan menjadi peluang bagi perusahaan untuk mengurangi biaya operasional sekaligus meningkatkan kualitas jaringan. Selain itu, adopsi teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan permintaan untuk layanan 5G serta serat optik diperkirakan akan mendukung pertumbuhan sektor ini.
Ancaman Bagi Sektor Telekomunikasi
Jason Sebastian menambahkan, salah satu risiko utama sektor ini adalah kemungkinan penurunan ARPU yang lebih tajam akibat perubahan tingkat penggunaan layanan.
"Biaya regulasi yang tinggi dan tren suku bunga tetap tinggi juga menjadi tantangan, terutama bagi perusahaan dengan utang besar seperti ISAT dan EXCL," jelasnya.
Di tengah berbagai tantangan, TLKM diproyeksikan tetap menjadi sorotan utama bagi investor karena kinerja dan strategi bisnis yang solid.(*)