KABARBURSA.COM - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengumumkan akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Rabu, 12 Maret 2025.
Berdasarkan keterbukaan informasi, direksi perseroan menyampaikan pemegang saham yang berhak menghadiri rapat adalah mereka yang tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan pada 11 Februari 2025 pukul 16.00 WIB.
Para pemegang saham juga dapat mengajukan usulan mata acara rapat dengan syarat tertentu, antara lain, usulan harus diterima oleh direksi BCA paling lambat 5 Februari 2025 pukul 16.00 WIB.
Adapun, BBCA mencatatkan kinerja keuangan yang cemerlang sepanjang tahun 2024. Laba bersih BCA beserta entitas anak usaha mencapai Rp54,8 triliun, menunjukkan pertumbuhan sebesar 12,7 persen dibandingkan dengan laba bersih Rp48,6 triliun yang diraih pada tahun 2023.
Pencapaian ini mencerminkan soliditas BCA dalam mempertahankan pertumbuhan yang konsisten di tengah dinamika perekonomian.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan, keberhasilan ini sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit yang mencatatkan total sebesar Rp922 triliun pada 2024, meningkat 13,8 persen secara tahunan. Dalam paparannya, Jahja mengucapkan terima kasih kepada para nasabah, pemerintah, dan otoritas terkait atas dukungannya yang memungkinkan BCA untuk terus memperkuat fondasi bisnis dan mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun.
Segmen konsumer menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan BCA. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) meningkat signifikan sebesar 14,8 persen hingga mencapai Rp65,3 triliun, sementara Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh sebesar 11,2 persen secara tahunan menjadi Rp135 triliun. Kenaikan ini menunjukkan tingginya permintaan di sektor konsumer, didukung oleh kebijakan kredit yang adaptif serta produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam aspek pendanaan, BCA terus menunjukkan kinerja yang kuat melalui pertumbuhan dana murah atau CASA (current account and savings account). CASA memberikan kontribusi besar, yakni sekitar 82 persen dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank. Total CASA ini tumbuh sebesar 4,4 persen sepanjang 2024 hingga mencapai Rp924 triliun, menggambarkan kepercayaan nasabah yang terus meningkat terhadap BCA sebagai mitra perbankan mereka.
Dari sisi rasio kinerja, kualitas pembiayaan BCA menunjukkan perbaikan yang signifikan. Rasio kredit berisiko atau loan at risk (LAR) berhasil turun menjadi 5,3 persen pada 2024, dibandingkan dengan 6,9 persen pada tahun sebelumnya. Selain itu, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tetap terjaga di level 1,8 persen, mencerminkan pengelolaan risiko kredit yang efektif serta kemampuan BCA dalam menjaga kualitas portofolionya.
Secara keseluruhan, pencapaian BCA sepanjang 2024 menegaskan posisinya sebagai salah satu bank terkemuka di Indonesia yang terus berinovasi dalam layanan keuangan. Dengan fokus pada pertumbuhan berkelanjutan dan pengelolaan risiko yang disiplin, BCA optimistis dapat terus berkontribusi pada penguatan sektor perbankan nasional sekaligus memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan.
Jahja Setiaatmadja menyoroti pentingnya pertumbuhan laba tersebut dalam konteks keberlanjutan kebijakan pembagian dividen. Menurut Jahja, dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham secara nominal selalu bertambah setiap tahun, kecuali pada masa pandemi 2020 ketika laba perusahaan mengalami penurunan.
Meskipun demikian, kebijakan pembagian dividen harus melalui persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebelum direalisasikan. Ia juga mengungkapkan bahwa tahun lalu sekitar 68,5 persen dari laba bersih BCA dialokasikan sebagai dividen.
“Dengan pertumbuhan laba yang mencapai 12,7 persen pada tahun ini, kami berharap hal yang sama dapat terjadi, tetapi semuanya akan ditentukan dalam RUPS,” ujarnya.
Kinerja positif BCA juga didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang mencapai Rp922 triliun, meningkat 13,8 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini menunjukkan kemampuan BCA dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan berbagai segmen masyarakat.
Kualitas pembiayaan perusahaan pun terjaga dengan baik, terlihat dari penurunan rasio kredit berisiko (loan at risk/LAR) menjadi 5,3 persen pada 2024, dibandingkan 6,9 persen pada tahun sebelumnya. Selain itu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tetap rendah di angka 1,8 persen, menunjukkan pengelolaan risiko yang konsisten dan efektif.
Salah satu faktor lain yang menunjukkan kekuatan keuangan BCA adalah rendahnya biaya provisi yang hanya sebesar Rp2 triliun pada tahun 2024. Hal ini menegaskan komitmen perusahaan dalam menjaga efisiensi operasional, meskipun volume kredit yang disalurkan terus bertambah.
Keberhasilan ini semakin memperkuat posisi BCA sebagai salah satu lembaga keuangan terkemuka yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perekonomian nasional.
Lebih jauh, Jahja menyatakan bahwa perekonomian Indonesia secara keseluruhan menunjukkan ketahanan yang baik di tengah perubahan lanskap geopolitik global dan berbagai tantangan domestik. Dalam upaya mendukung pemulihan ekonomi nasional, BCA telah berperan aktif melalui penyelenggaraan berbagai kegiatan strategis.
Komitmen ini mencerminkan misi perusahaan untuk terus menjadi mitra terpercaya dalam pengembangan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan berbagai pencapaian ini, BCA tidak hanya berhasil menjaga kinerja keuangannya tetapi juga memperkuat kepercayaan para investor dan nasabah. Melalui strategi yang adaptif dan fokus pada pertumbuhan berkelanjutan, BCA optimistis dapat terus memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia dan menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan di masa mendatang. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.