Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Prospek EBT Diprediksi Cerah, Saham-Saham ini Bisa Jadi Rekomendasi

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 24 January 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Prospek EBT Diprediksi Cerah, Saham-Saham ini Bisa Jadi Rekomendasi

KABARBURSA.COM - Emiten Energi Baru Terbarukan (EBT) diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan siginifikan hingga kuartal I 2025.

Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy mengatakan, kondisi tersebut sejalan dengan target pemerintah yang berupaya menarik investasi antara Rp1.900 triliun hingga Rp2.200 triliun pada tahun ini.

"Di mana sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menjadi salah satu prioritas utama," ujar dia saat dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta, Kamis, 23 Desember 2025.

Abdul menyebut pemanfaatan berbagai sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, hidro, angin, panas bumi, hingga bioenergi, direncanakan untuk dioptimalkan guna mendorong peningkatan investasi serta menciptakan peluang baru di bidang energi bersih.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah melalui Kementerian ESDM juga berekspansi pada sektor EBT dengan menambahkan tiga energi baru pada portofolio EBT, yaitu hidrogen, amonia, dan nuklir.

"Langkah pemerintah ini juga sejalan dengan komitmen Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2060.  Sehingga, tahun 2025 ini energi EBT masih memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan," jelasnya.

Investasi di Sektor EBT Tumbuh Siginifikan

Di sisi lain, Abdul menyampaikan investasi sektor EBT di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan hingga akhir tahun 2024.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, dia menjelaskan bahwa realisasi investasi di subsektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) mencapai Rp24,03 triliun pada tahun 2024.

"Tetapi, angka ini masih berada di bawah target yang ditetapkan sebesar USD2,6 miliar," terang Abdul.

Abdul juga menegaskan pemerintah Indonesia  aktif menarik investasi asing di sektor energi terbarukan. Contohnya, pada November 2024, Indonesia dan China menandatangani kesepakatan senilai USD10 miliar yang berfokus pada energi hijau dan teknologi.

Dan jika dibandingkan dengan tahun 2023, dia menuturkan investasi di sektor EBTKE di Indonesia  mencapai USD1,5 miliar, atau sekitar Rp23,3 triliun, atau tumbuh sebesar +3,1 persen  Year on Year.

Adapun, kata Abdul, Stocknow.id memiliki sejumlah rekomendasi emiten yang fokus pada EBT, seperti BREN, ESSA, hingga PGEO.

"BREN (Target Rp11.500), ESSA (Target Rp985), PGEO (Target Rp1190)," pungkas Abdul.

Bauran EBT Naik 14,1 Persen, Panas Bumi jadi Ujung Tombak

Sebelumnya diberitakan, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiyani Dewi, mengungkapkan bahwa proporsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional mencapai 14,1 persen pada tahun 2024. Dari jumlah tersebut, energi panas bumi menjadi andalan dan memiliki proporsi terbesar.

“Saat ini pemanfaatan EBT dalam bauran energi nasional dilaporkan ke saya sebesar 13,9 persen, dengan Commercial Operation Date (Tanggal Operasi Komersial) dan SLO (Sertifikat Laik Operasi) beberapa proyek panas bumi di bulan Desember ini diharapkan akan terjadi peningkatan bauran ebt hingg tercapai 14,1 persen,” kata Eniya dalam keterangannya, Selasa, 17 Desember 2024.

Adapun energi panas bumi yang beroperasi pada akhir tahun kemarin adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Merapi berkapasitas 41 MW. PLTP ini telah mendapat SLO pada 15 Desember. Kemudian PLTP lain yang akan beroperasi berada di Ijen dengan kapasitas 45 MW.

“Dengan masuknya PLTP Sorik Merapi, yang terdiri dari 91 MW-50 MW di antaranya sudah COD dan sisanya 41 MW tinggal menunggu Amdal. Kami optimistis kontribusi bauran EBT akan meningkat secara signifikan,” ujar dia.

Menurutnya, panas bumi memiliki potensi besar untuk mempercepat tercapainya target bauran energi terbarukan. PLTP disebut memiliki tingkat keandalan tertinggi dibandingkan energi ramah lingkungan lainnya.

Capaian produksi energi listrik dari panas bumi telah mencapai 5 persen dari total bauran energi nasional atau sebanyak 40 persen dari bauran EBT. PLTP juga disebut berperan penting mendukung dekarbonisasi sektor tenaga kelistrikan di Indonesia.

Berdasarkan data ESDM, sejak 2014 kapasitas terpasang PLTP meningkat sebesar 1,2 GW. Artinya, total terpasang panas bumi di Indonesia telah menyentuh angka 2,6 GW. Jumlah tersebut setara dengan 11 persen total panas bumi di Indonesia.

Potensi ini menjadikan Indonesia sebagai produsen listrik panas bumi terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 5,3 persen terhadap bauran energi nasional.

Sekadar informasi, hingga 2024 pemerintah mengidentifikasi 362 titik potensi panas bumi dengan total kapasitas 23,6 GW.

Selain itu, terdapat 62 Wilayah Kerja Panas Bumi dan 12 Wilayah Penugasan untuk Survei Pendahuluan dan Eksplorasi Panas Bumi yang masih aktif. Keberadaan wilayah-wilayah ini menjadi pijakan penting untuk mendorong peningkatan investasi dan pengembangan energi panas bumi di Indonesia.(*)