KABARBURSA.COM - PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance), dengan kode emiten TUGU, sedang bersiap melakukan langkah strategis dengan memisahkan unit usaha syariahnya melalui proses spin off.
Presiden Direktur Tugu Insurance Tatang Nurhidayat mengungkapkan rencana ini akan diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada April 2025, dengan target spin off rampung pada Juli 2025 setelah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Di bulan April nanti kami akan memintakan izin kepada pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Diharapkan nanti di semester kedua tahun ini sudah bisa di-launching," ujar Tatang saat ditemui di Jakarta Pusat, Kamis, 23 Januari 2025.
Sebagai bagian dari persiapan, Tugu Insurance telah memperkuat sistem, infrastruktur, dan sumber daya manusia (SDM). Konsultasi intensif dengan OJK pun terus dilakukan, terutama terkait aspek teknis seperti aktuaris.
Sebenarnya, kata Tatang, keputusan spin off ini mendapat sorotan dari pelaku usaha mengingat waktu yang tersedia sangat terbatas. Kendati demikian, Tatang mengungkapkan bahwa seharusnya langkah spin off ini dilakukan pada tahun lalu, namun terdapat banyak proyeksi yang harus disesuaikan untuk tahun 2026 dan 2028.
Dia merincikan pada tahun 2026, TUGU telah menyiapkan modal sebesar Rp250 miliar, sedangkan untuk tahun 2028 terdapat dua opsi, yaitu langsung memenuhi modal Rp500 miliar atau bergabung sebagai anggota Kelompok Usaha Perasuransian (KUPA) dari perusahaan induk.
“Persoalan permodalan menjadi concern para pelaku usaha. Timing-nya sangat mepet. Seharusnya kita spin off tahun lalu, namun banyak proyeksi yang harus disesuaikan di 2026 dan 2028. Di 2026 di kita sudah siapkan modal Rp250 miliar, dan untuk 2028 ada dua opsi, yakni langsung memenuhi modal Rp500 miliar, atau menjadi anggota Kelompok Usaha Perasuransian (KUPA) dari perusahaan induk,” jelas Tatang.
Lebih lanjut, Dia memandang pemisahan unit usaha syariah merupakan sebuah langkah strategis untuk memperkuat posisi dan meningkatkan kinerja perusahaan di industri keuangan syariah.
"Pemisahan unit usaha syariah Tugu Insurance tersebut merupakan langkah strategis yang bertujuan untuk memperkuat posisi dan kinerja perusahaan dalam industri keuangan syariah," lanjutnya.
Lebih lanjut, Tatang mengungkapkan Setelah spin off, Tugu Insurance berencana mengembangkan segmen bisnis syariahnya ke pasar ritel tanpa terlalu banyak bersaing di segmen korporasi yang sudah didominasi oleh perusahaan induk.
"Namun bukan berarti tidak ada. Secara bisnis. Jadi pengembangan bisnisnya ke depan akan jauh lebih mudah," terangnya.
Tatang juga mengungkapkan bahwa usai spin off, ada opsi untuk menjalin kemitraan strategis demi pengembangan bisnis, meskipun bukan untuk keperluan permodalan. Ia pun membuka kemungkinan akuisisi pihak lain.
"Malah, pada awalnya kita memilih opsi akuisisi, namun di industri pilihannya tidak banyak, dan juga agak sulit prosesnya," tutup Tatang.
Sebelumnya, TUGU mengumumkan keterbukaan informasi terkait perubahan kepemilikan saham yang melibatkan salah satu pemegang saham, Tatang Nurhidayat. Dalam laporan yang disampaikan kepada publik, TUGU menjelaskan rincian transaksi saham yang dilakukan sepanjang Desember 2024 hingga Januari 2025.
Menurut keterangan yang diterima dari Corporate Secretary TUGU, Edi Yoga Prasetyo, perubahan kepemilikan saham terjadi melalui serangkaian pembelian saham yang dilakukan oleh Tatang Nurhidayat, yang merupakan pemegang saham kategori direksi dengan status pengendali non-pengendali.
Pada tanggal 10 Desember 2024, Tatang Nurhidayat melakukan pembelian saham TUGU sebanyak 2.500 lembar saham dengan harga transaksi Rp1.050 per lembar, yang diikuti oleh transaksi serupa pada tanggal 16 Desember 2024, membeli 2.500 saham dengan harga Rp1.045 per lembar. Setelah serangkaian pembelian saham ini, jumlah saham yang dimiliki meningkat menjadi 1.156.500 lembar dengan persentase kepemilikan 0,0325 persen pada 23 Desember 2024.
"Tujuan dari transaksi ini adalah untuk investasi," jelas Edi Yoga Prasetyo dalam laporannya.
Laporan lebih lanjut menunjukkan bahwa transaksi pembelian saham masih berlanjut pada bulan Januari 2025. Pembelian terakhir yang tercatat adalah pada 21 Januari 2025, di mana Tatang Nurhidayat menambah kepemilikannya sebanyak 2.500 lembar saham dengan harga Rp1.005 per lembar. Hingga saat ini, jumlah saham yang dimiliki mencapai 1.256.500 lembar atau setara dengan 0,0353 persen dari total saham yang beredar.
TUGU melaporkan kinerja keuangan yang positif untuk periode yang berakhir pada September 2024. Beberapa indikator penting, seperti premi bruto dan pendapatan, mengalami kenaikan signifikan yang mencerminkan pertumbuhan yang solid di sektor asuransi.
Premi bruto TUGU tercatat mengalami kenaikan sebesar 26 persen year on year (yoy) dari Rp5,4 triliun pada September 2023 menjadi Rp6,8 triliun di September 2024. Peningkatan ini didorong oleh kontribusi terbesar dari lini bisnis fire and property, engineering, dan marine hull. Sejalan dengan itu, pendapatan premi neto juga mengalami kenaikan sebesar 7 persen yoy, dari Rp2.388 miliar menjadi Rp2.810 miliar.
Pendapatan total perusahaan turut meningkat 23 persen yoy, dari Rp1.298 miliar pada September 2023 menjadi Rp1.592 miliar pada periode yang sama di 2024. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan hasil underwriting dan pendapatan operasional lainnya.
Namun, TUGU juga mencatatkan penurunan laba tahun berjalan sebesar 48 persen pada periode yang sama, dengan angka yang tercatat hanya Rp269 miliar, turun dibandingkan Rp592 miliar di September 2023. Penurunan ini disebabkan oleh pencatatan pendapatan lain-lain sebesar Rp1,1 triliun yang berasal dari penyelesaian kasus litigasi dengan Citibank pada tahun 2023. Setelah memperhitungkan pajak dan beban lainnya, laba yang tercatat pasca-penyelesaian menjadi Rp868 miliar.
Meskipun ada penurunan laba, perusahaan mencatatkan pertumbuhan core profit yang luar biasa, dengan kenaikan 120 persen yoy jika hasil satu kali (one-off gain) dari kasus Citibank tidak diperhitungkan.
Total aset perusahaan pada September 2024 tercatat meningkat sebesar 10 persen year to date (ytd), mencapai Rp27,6 triliun dibandingkan Rp25,1 triliun pada Desember 2023. Ekuitas perusahaan pun mengalami kenaikan 2 persen, mencapai Rp10,5 triliun. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.