Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Warga Panama Resah Trump Ingin Caplok Kanal Negaranya

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 23 January 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Warga Panama Resah Trump Ingin Caplok Kanal Negaranya

KABARBURSA.COM - Presiden Donald Trump, yang baru saja dilantik untuk masa jabatan keduanya, membuat pernyataan yang bikin panas kuping warga Panama. Dalam pidatonya Senin lalu, Trump bersikeras Amerika Serikat harus kembali menguasai kanal atau Terusan Panama. Komentar ini memantik sentimen nasionalisme di Panama sekaligus kekhawatiran akan campur tangan militer AS—sesuatu yang tak asing lagi bagi negara Amerika Tengah tersebut.

“Kapal-kapal Amerika dikenai biaya yang sangat mahal dan tidak diperlakukan dengan adil dalam bentuk apa pun, termasuk Angkatan Laut Amerika Serikat. Dan yang paling penting, China sekarang mengoperasikan Terusan Panama,” kata Trump, dengan nada penuh semangat beberapa hari lalu.

Di ibu kota Panama, pernyataan ini dianggap oleh sebagian warga sebagai bentuk tekanan AS agar Panama lebih tegas mengontrol migrasi melalui Darien Gap—jalur hutan liar yang sering dilalui oleh imigran. Namun, bagi sebagian lainnya, ucapan Trump ini justru membangkitkan trauma masa lalu, saat AS menginvasi Panama pada 1989.

Presiden Panama, Jose Raul Mulino, langsung bereaksi keras. Seperti saat Trump pertama kali menyebut ingin “mengambil kembali” Terusan Panama bulan lalu, Mulino dengan tegas menegaskan terusan itu adalah milik rakyat Panama—negara berpenduduk 4 juta jiwa.

“Terusan ini adalah wilayah kedaulatan Panama dan akan tetap menjadi milik Panama,” kata Mulino dalam pernyataan resmi yang dikirimkan misi Panama ke Dewan Keamanan PBB, dikutip dari AP di Jakarta, Kamis, 23 Januari 2025.

[caption id="attachment_114580" align="alignnone" width="1198"] Presiden Donald Trump mengangkat sebuah perintah eksekutif setelah menandatanganinya dalam acara parade pelantikan presiden yang digelar di dalam ruangan di Washington, Senin, 20 Januari 2025. (Foto: AP/Matt Rourke).[/caption]

Mulino juga menolak mentah-mentah tuduhan Trump soal campur tangan asing dalam pengelolaan terusan itu. “Tak ada satu pun negara di dunia yang mencampuri pengelolaan kami,” ujarnya.

Warga Panama pun angkat bicara. Luis Barrera, sopir taksi berusia 52 tahun, mengungkapkan rasa kesalnya. “Kami sudah berjuang keras untuk mendapatkan kembali Terusan Panama, bahkan sudah memperluasnya sejak itu,” katanya. “Rasanya seperti anak kecil yang direbut permen favoritnya oleh orang dewasa.”

Pernyataan Trump ini seolah mengulang pidatonya Desember lalu di sebuah kampanye di Phoenix, di mana ia menyebut keputusan menyerahkan Terusan Panama ke Panama adalah tindakan bodoh. Ia pun mengeluhkan tarif yang dikenakan pada pengiriman barang terlalu mahal, seraya menuduh China kini mengambil alih jalur penting yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Atlantik itu.

Yang bikin lebih panas lagi, awal bulan ini Trump bahkan tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan kekuatan militer demi mendapatkan kembali terusan tersebut. Entah apa langkah Trump selanjutnya, satu hal pasti, warga Panama tidak akan diam jika kedaulatan mereka terancam.

Lika-Liku Terusan Panama

[caption id="attachment_115149" align="alignnone" width="1198"] Foto ke arah Utara dari mercusuar di dinding barat memperlihatkan kunci tengah Gatun dari Terusan Panama pada tahap akhir konstruksi pada tanggal 25 Juni 1913. Foto AP[/caption]

Amerika Serikat membangun Terusan Panama pada awal 1900-an dengan tujuan mempercepat transit kapal komersial dan militer antara pantai timur dan barat negara itu. Namun, pada 31 Desember 1999, Washington menyerahkan kendali atas jalur air strategis ini kepada Panama berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada 1977 oleh Presiden Jimmy Carter.

Terusan Panama menjadi simbol kebanggaan nasional bagi rakyat Panama. Pada 31 Desember lalu, mereka merayakan 25 tahun sejak kedaulatan penuh atas terusan itu. Beberapa hari setelahnya, mereka mengenang tragedi yang terjadi pada 9 Januari 1964, ketika 21 warga Panama tewas di tangan militer AS.

[caption id="attachment_115150" align="alignnone" width="1198"] Presiden Jimmy Carter bertepuk tangan dan Jenderal Omar Torrijos melambai setelah penandatanganan dan pertukaran perjanjian di Kota Panama pada 16 Juni 1978. Perjanjian ini memberikan kendali atas Terusan Panama ke Panama pada tahun 2000. Di ujung kanan adalah Zbigniew Brzezinski, Penasihat Keamanan Nasional Carter. Foto AP.[/caption]

Peristiwa itu bermula dari protes mahasiswa yang menuntut hak untuk mengibarkan bendera Panama di sebuah sekolah menengah di zona yang saat itu dikuasai AS. Protes tersebut berkembang menjadi aksi besar menentang kehadiran AS di Panama hingga melibatkan militer. Tahun ini, sekelompok demonstran bahkan membakar boneka Trump sebagai simbol perlawanan.

Administrator Terusan Panama, Ricaurte Vasquez, menegaskan China tidak menguasai terusan itu. Di bawah perjanjian netralitas, semua negara diperlakukan setara. Ia menjelaskan perusahaan-perusahaan China yang beroperasi di pelabuhan pada kedua ujung terusan adalah bagian dari konsorsium Hong Kong yang memenangkan proses lelang pada 1997. Selain itu, pelabuhan lain di sepanjang terusan juga dikelola oleh perusahaan AS dan Taiwan.

Namun, ancaman Trump tetap memicu kekhawatiran. Omayra Avendano, seorang pekerja di sektor properti, menyebut pernyataan Trump layak diwaspadai. “Kita harus khawatir,” ujarnya. “Kita tidak punya militer, dan dia sudah bilang akan menggunakan kekuatan.”

Kenangan invasi AS pada 20 Desember 1989 masih segar di benak Avendano. Saat itu, sekitar 27.000 tentara AS diperintahkan oleh Presiden George H.W. Bush untuk menangkap diktator Manuel Noriega, melindungi warga AS di Panama, dan memulihkan demokrasi di negara yang 10 tahun kemudian mengambil alih kendali atas Terusan Panama.

“Saya masih berumur 11 tahun saat invasi itu terjadi, dan saya masih ingat betapa hancurnya situasi saat itu,” kata Avendano, sambil berharap pemerintah Panama saat ini dapat mencari dukungan internasional untuk mencegah Trump merealisasikan ambisinya terhadap terusan tersebut.(*)