KABARBURSA.COM - PT Pradiksi Gunatama Tbk atau PGUN, tengah menjadi sorotan. Dalam beberapa hari ini, sahamnya dilego oleh para investor. Hari ini, 22 Januari 2025, dalam laporan kepemilikannya, diketahui salah satu direktur perusahaan Tamlikho menjual seluruh asetnya di perusahaan milih Haji Isam tersebut.
PT Pradiksi Gunatama Tbk merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit milik Haji Isam. PGUN telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 7 Juli 2020. Di perusahaan tersebut, menjabat sebagai salah satu direktur perusahaan.
Pada 20 Januari 2025, ia melepas seluruh sahamnya. Dalam keterangannya, Tamlikho menjelaskan bahwa transaksi divestasi ini melibatkan penjualan 15.800 lembar saham dengan harga Rp424 per lembar. Pasca transaksi tersebut, ia tidak lagi memiliki saham di PGUN.
Pada hari yang sama, saham PGUN mencatat kenaikan signifikan sebesar Rp44 atau 9 persen, menutup perdagangan di level Rp510 per lembar. Pergerakan saham ini terjadi di tengah sejumlah aksi divestasi oleh pemegang saham utama.
PT Baramega Citra Mulia Persada, salah satu pemegang saham utama PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN), juga melaporkan penjualan signifikan saham miliknya. Dalam keterbukaan informasi yang dirilis pada 17 Januari 2025, perusahaan tersebut mengungkapkan telah menjual 68,26 juta lembar saham PGUN dalam satu kali transaksi di pasar pada harga Rp318 per lembar saham. Total nilai transaksi mencapai Rp21,70 miliar.
Langkah divestasi ini dijelaskan sebagai bagian dari strategi kepemilikan langsung untuk memenuhi tujuan internal perusahaan. Penjualan saham ini mengurangi kepemilikan PT Baramega Citra Mulia Persada dari sebelumnya 968.262.500 lembar saham menjadi 900.000.250 lembar, atau setara dengan 15,69 persen dari total saham PGUN.
Penurunan ini menunjukkan penyesuaian porsi kepemilikan secara bertahap, yang sebelumnya mencapai 16,88 persen.
Sebagai pemain utama di sektor perkebunan kelapa sawit, PGUN terus mengelola area seluas 12.800 hektare dengan fokus pada produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit mentah (PKO). Perusahaan ini juga didukung oleh unit bisnis di bidang konstruksi dan transportasi, yang memberikan kontribusi diversifikasi pada sumber pendapatan.
Penjualan saham besar-besaran oleh pemegang saham utama ini kerap menjadi perhatian para pelaku pasar, yang melihatnya sebagai langkah strategis dari segi portofolio kepemilikan. Meski demikian, kinerja saham PGUN di lantai bursa yang terus menunjukkan pergerakan positif memberi sinyal optimisme di kalangan investor, meski sektor sawit kerap dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari fluktuasi harga komoditas hingga dinamika kebijakan industri.
Melalui kombinasi pengelolaan aset, diversifikasi bisnis, dan strategi pasar, PGUN berpotensi terus menjadi sorotan bagi investor yang mencari peluang di sektor agribisnis Indonesia.
Meskipun aktivitas perdagangan saham perusahaan cukup dinamis, kinerja keuangan PGUN menunjukkan penurunan tajam. Hingga 30 September 2024, PGUN mencatat laba bersih sebesar Rp18,47 miliar, anjlok 82,98 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp108,54 miliar.
Laba per saham dasar pun terjun ke Rp3,22, jauh dari posisi tahun lalu sebesar Rp20,48.
Penurunan laba ini sejalan dengan penurunan penjualan bersih sebesar 36,91 persen menjadi Rp387,82 miliar dari Rp614,79 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Meski beban pokok penjualan berhasil ditekan dari Rp447,06 miliar menjadi Rp317,91 miliar, laba kotor tetap menyusut drastis dari Rp167,72 miliar menjadi Rp69,90 miliar.
Beban umum dan administrasi juga mengalami penurunan, dari Rp30,61 miliar menjadi Rp28,20 miliar, namun hal ini tidak cukup untuk mengimbangi penurunan laba usaha yang merosot ke Rp51,34 miliar dari Rp180,33 miliar.
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi kinerja PGUN adalah penurunan keuntungan atas perubahan nilai wajar aset biologis, yang turun menjadi Rp9,64 miliar dari Rp43,22 miliar.
Di sisi lain, beban keuangan berhasil ditekan dari Rp36,26 miliar menjadi Rp30,33 miliar, sementara pendapatan lain-lain mencatat kenaikan signifikan sebesar 168 persen menjadi Rp2,91 miliar dari kondisi minus Rp4,25 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Di tengah kinerja keuangan yang menurun, perusahaan masih mencatat ekuitas yang meningkat dari Rp1,62 triliun di akhir 2023 menjadi Rp1,64 triliun. Total liabilitas berkurang dari Rp965,40 miliar menjadi Rp830,21 miliar, sementara total aset mengalami penyusutan menjadi Rp2,47 triliun dari Rp2,59 triliun pada akhir tahun lalu.
Didirikan pada 1995, PGUN mengelola perkebunan kelapa sawit seluas 12.800 hektare dan memiliki pabrik dengan kapasitas produksi mencapai 60 hingga 90 ton per jam. Produk utama perusahaan meliputi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit mentah (PKO). Selain sektor perkebunan, perusahaan juga memiliki unit bisnis di bidang konstruksi dan transportasi.
Kondisi terkini PGUN mencerminkan tantangan yang dihadapi industri sawit, baik dari sisi operasional maupun pasar. Namun, aksi korporasi seperti divestasi saham oleh para pemegang saham utama menunjukkan dinamika yang tetap menarik perhatian investor di tengah fluktuasi kinerja.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.