Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Donald Trump Jadi Presiden AS, Pengaruhi Saham ANTM?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 22 January 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Donald Trump Jadi Presiden AS, Pengaruhi Saham ANTM?

KABARBURSA.COM - Saham  PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diprediksi akan terdampak momentum peresmian Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat (AS).

Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy mengatakan pelantikan Donald Trump berpotensi  berdampak positif pada penguatan US Dollar, hal ini akan bertolak belakang dengan pergerakan emas yang akan melemah dalam jangka waktu pendek.

" Tentunya dengan melemahnya harga emas, pergerakan saham ANTM nantinya akan berdampak walaupun tidak signifikan," ujar dia saat dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta, dikutip Rabu, 22 Januari 2025.

Abdul kemudian juga berbicara mengenai sentimen investor asing terhadap saham ANTM, terutama di tengah dinamika global seperti perubahan harga logam dan kebijakan ekonomi.

Dia menjelaskan Sepanjang bulan Januari 2025, IHSG mengalami penguatan sebesar 1,58 perse , tetapi asing malah melakukan net sell pada pasar saham Indonesia hingga -Rp4,8 triliun.

"Di sama sisi, investor asing justru melakukan net sell pada saham ANTM mencapai -Rp44,3 miliar," ujar dia.

Berkaca dari catatan tersebut, Abdul menuturkan ini merupakan indikasi bahwa ANTM belum menarik di mata para investor asing. Hal ini didasari oleh fluktuasi harga komoditas, ketidakpastian kebijakan pemangkasan produksi nikel domestik.

"Hingga wait and see tehadap dampak dari kebijakan yang akan diterapkan oleh Trump," tuturnya.

Angin Segar ANTM

Di sisi lain, ANTM diprediksi akan bergerak positif imbas beberapa sentimen dari dalam dan luar negeri.

Abdul menjelaskan saham ANTM bakal menerima angin segar setelah pemerintah berencana mengurangi kuota produksi bijih nikel dari 272 juta ton menjadi 150 juta ton pada tahun 2025.

“Jika pengurangan kuota tersebut direalisasikan pada tahun ini, maka akan menjadi katalis positif bagi ANTM sebagai emiten produsen Ferronickel dan bijih nikel,” kata Abdul saat dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta, Senin, 20 Januaril 2025.

Abdul juga menyebut, saat ini harga emas sedang rally karena kekhawatiran para investor terhadap kebijakan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang membuka potensi terjadinya perang dagang antara AS dan China.

Jika harga emas melonjak, naik terus-menerus, kata dia, tentunya menjadi katalis positif bagi ANTM selaku emiten yang menjadi market leader di industri emas Indonesia.

“Sehingga, untuk awal tahun 2025, ANTM masih menarik dari segi proyeksi harga komoditas sebagai sentimen pendukung kenaikan saham ANTM,” ujar Abdul.

Namun begitu, Abdul juga membeberkan beberapa risiko yang harus dicermati para investor. Pertama, adalah fluktuasi harga komoditas, terutama emas dan nikel.

Dia bilang, meskipun harga emas diproyeksikan tetap solid, volatilitas di pasar global dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan.

“Sementara itu, perubahan harga nikel di pasar internasional juga menjadi faktor risiko yang signifikan,” ucap Abdul.

Risiko kedua, menurut Abdul, adalah kebijakan pemerintah, terutama terkait regulasi ekspor dan produksi mineral yang dapat berdampak pada operasi dan profitabilitas perusahaan.

Harga Emas Dunia Naik Tipis usai Trump Dilantik

Sebelumnya diberitakan, harga emas dunia mengalami kenaikan  tipis pada Selasa, 21 Januari 2025 WIB karena didorong oleh melemahnya dolar AS, saat pasar menganalisis kemungkinan dampak ekonomi dari kebijakan Presiden AS Donald Trump di masa jabatan keduanya.

Seperti dilaporkan oleh Reuters, harga emas spot naik 0,3 persen menjadi USD2.709,09 per ons, dengan volume perdagangan yang rendah karena pasar AS tutup untuk libur Martin Luther King Jr.

Sebaliknya, emas berjangka AS turun 0,7 persen menjadi USD2.730,20, mempersempit selisih harga dengan emas spot, setelah seorang pejabat pemerintahan Trump menyebutkan bahwa Presiden akan mengeluarkan memorandum perdagangan luas tanpa menetapkan tarif baru.

Dalam beberapa minggu terakhir, perbedaan harga antara emas berjangka New York dan harga spot semakin besar karena pedagang memperhitungkan dampak kemungkinan tarif impor AS dan menggenjot pengiriman ke gudang stok CME.

“Saya percaya masa kepresidenan Donald Trump akan menyebabkan volatilitas pasar yang lebih tinggi. Beberapa kebijakannya mungkin juga mempertahankan inflasi pada level yang tinggi untuk jangka waktu yang lama, yang akan terus mendukung aset safe haven seperti emas,” ujar Giovanni Staunovo, analis UBS.

Sebagai aset yang sering digunakan untuk lindung nilai terhadap inflasi, emas tetap diminati meskipun kebijakan tarif yang memicu inflasi dari Trump dapat mendorong Federal Reserve mempertahankan suku bunga lebih lama, sehingga mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Trump sebelumnya menyebutkan rencana tarif sebesar 10 persen untuk impor global, 60 persen untuk barang asal China, dan tambahan 25 persen untuk produk dari Kanada dan Meksiko.

“Karena status emas sebagai aset keuangan, kemungkinan besar emas tidak akan terkena tarif berbasis luas. Kami memperkirakan peluang 10 persen untuk penerapan tarif efektif sebesar 10 persen pada emas dalam 12 bulan ke depan,” kata Goldman Sachs.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.