Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Intip Proyeksi Saham ANTM, Ada Sentimen Positif 

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 21 January 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Intip Proyeksi Saham ANTM, Ada Sentimen Positif 

KABARBURSA.COM - Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diprediksi akan bergerak positif imbas beberapa sentimen dari dalam dan luar negeri.

Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy, menjelaskan saham ANTM bakal menerima angin segar setelah pemerintah berencana mengurangi kuota produksi bijih nikel dari 272 juta ton menjadi 150 juta ton pada tahun 2025.

"Jika pengurangan kuota tersebut direalisasikan pada tahun ini, maka akan menjadi katalis positif bagi ANTM sebagai emiten produsen Ferronickel dan bijih nikel," kata Abdul saat dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta, Senin, 20 Januaril 2025.

Abdul juga menyebut, saat ini harga emas sedang rally karena kekhawatiran para investor terhadap kebijakan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang membuka potensi terjadinya perang dagang antara AS dan China.

Jika harga emas melonjak, naik terus-menerus, kata dia, tentunya menjadi katalis positif bagi ANTM selaku emiten yang menjadi market leader di industri emas Indonesia.

"Sehingga, untuk awal tahun 2025, ANTM masih menarik dari segi proyeksi harga komoditas sebagai sentimen pendukung kenaikan saham ANTM," ujar Abdul.

Namun begitu, Abdul juga membeberkan beberapa risiko yang harus dicermati para investor. Pertama, adalah fluktuasi harga komoditas, terutama emas dan nikel.

Dia bilang, meskipun harga emas diproyeksikan tetap solid, volatilitas di pasar global dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan.

"Sementara itu, perubahan harga nikel di pasar internasional juga menjadi faktor risiko yang signifikan," ucap Abdul.

Risiko kedua, menurut Abdul, adalah kebijakan pemerintah, terutama terkait regulasi ekspor dan produksi mineral yang dapat berdampak pada operasi dan profitabilitas perusahaan.

Emas Bersinar usai Dolar Melemah

Diberitakan sebelumnya, harga emas naik tipis pada Senin, 20 Januari 2025, didorong oleh melemahnya dolar Amerika Serikat (AS), saat pasar menganalisis kemungkinan dampak ekonomi dari kebijakan Presiden AS Donald Trump di masa jabatan keduanya setelah pelantikannya.

Seperti dilaporkan oleh Reuters, harga emas spot naik 0,3 persen menjadi USD2.709,09 per ons, dengan volume perdagangan yang rendah karena pasar AS tutup untuk libur Martin Luther King Jr.

Sebaliknya, emas berjangka AS turun 0,7 persen menjadi USD2.730,20, mempersempit selisih harga dengan emas spot, setelah seorang pejabat pemerintahan Trump menyebutkan bahwa Presiden akan mengeluarkan memorandum perdagangan luas tanpa menetapkan tarif baru.

Dalam beberapa minggu terakhir, perbedaan harga antara emas berjangka New York dan harga spot semakin besar karena pedagang memperhitungkan dampak kemungkinan tarif impor AS dan menggenjot pengiriman ke gudang stok CME.

“Saya percaya masa kepresidenan Donald Trump akan menyebabkan volatilitas pasar yang lebih tinggi. Beberapa kebijakannya mungkin juga mempertahankan inflasi pada level yang tinggi untuk jangka waktu yang lama, yang akan terus mendukung aset safe haven seperti emas,” ujar Giovanni Staunovo, analis UBS.

Sebagai aset yang sering digunakan untuk lindung nilai terhadap inflasi, emas tetap diminati meskipun kebijakan tarif yang memicu inflasi dari Trump dapat mendorong Federal Reserve mempertahankan suku bunga lebih lama, sehingga mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Trump sebelumnya menyebutkan rencana tarif sebesar 10 persen untuk impor global, 60 persen untuk barang asal China, dan tambahan 25 persen untuk produk dari Kanada dan Meksiko.

“Karena status emas sebagai aset keuangan, kemungkinan besar emas tidak akan terkena tarif berbasis luas. Kami memperkirakan peluang 10 persen untuk penerapan tarif efektif sebesar 10 persen pada emas dalam 12 bulan ke depan,” kata Goldman Sachs.

Pekan lalu, emas batangan mencapai level tertinggi sejak 12 Desember 2024, didorong oleh data inflasi inti yang lebih rendah, pernyataan dovish dari Gubernur Fed Waller, dan laporan bahwa tarif akan diterapkan secara bertahap. Faktor-faktor tersebut membuat pedagang memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini, naik dari perkiraan sebelumnya satu kali.

Indeks Dolar AS turun 0,9 persen, meningkatkan daya tarik emas bagi pembeli dengan mata uang selain dolar.

Logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan beragam: perak spot naik 0,7 persen menjadi USD30,52 per ons, sementara paladium turun 0,8 persen menjadi USD940,29, dan platinum melemah 0,2 persen menjadi USD940,70.

Apakah Emas Melanjutkan Reli di 2025?

Harga emas tergelincir kemarin karena penguatan dolar AS, ekspektasi kebijakan hawkish dari The Fed, dan likuiditas yang tipis. Ketidakpastian terkait tarif dan tantangan pada 2025 terus mempertahankan daya tarik logam mulia, membatasi penurunan lebih lanjut.

Harga emas diproyeksikan menutup tahun ini dengan kenaikan luar biasa sebesar 27 persen, kinerja tahunan terbaiknya sejak 2010.

Melihat tahun depan, 2025 akan menjadi tahun yang menarik. Risiko geopolitik tetap menjadi ancaman, dengan Timur Tengah yang masih tegang dan konflik Rusia-Ukraina yang belum menemukan solusi.

Beberapa waktu lalu, muncul rumor bahwa proposal pemerintahan Trump yang baru untuk menunda Ukraina bergabung dengan NATO selama 10 tahun tidak akan diterima oleh Kremlin.

Bagi yang memahami situasi ini, hal tersebut tidak akan mengubah apa pun, karena alasan utama konflik (dari perspektif Rusia) adalah potensi Ukraina bergabung dengan NATO. Perkembangan ini kemungkinan akan mempertahankan premi risiko geopolitik dan mendukung permintaan safe haven.

Bank sentral global menjadi pendorong utama kenaikan harga emas pada 2024, dan tren ini diperkirakan berlanjut pada 2025. Survei Dewan Emas Dunia pada paruh kedua 2024 mengungkapkan bahwa bank sentral kemungkinan akan membeli lebih banyak emas dalam 12 bulan ke depan, yang akan semakin memperkuat permintaan logam mulia ini.

Ketika berbicara tentang risiko yang memengaruhi harga emas ke depan, tantangannya cukup kompleks. Alasannya adalah beberapa kebijakan pemerintahan Trump yang baru diperkirakan akan menguntungkan ekonomi, tetapi beberapa di antaranya dapat menyebabkan kenaikan suku bunga, yang dapat membebani harga emas.

Namun, ini juga menjadi pedang bermata dua, karena meningkatnya ketidakpastian akibat kebijakan Trump dan kekhawatiran tentang dampak tarif sebenarnya dapat meningkatkan permintaan aset safe haven seperti emas.

Secara keseluruhan, sebagian besar analis memperkirakan kenaikan harga emas lebih lanjut pada 2025. Secara pribadi, saya juga melihat potensi kenaikan. Namun, saya tidak akan mengesampingkan koreksi yang lebih dalam sebelum harga akhirnya melewati level tertinggi saat ini di sekitar USD2790 per ons.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.