Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Rupiah Menguat di Tengah Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi yang Stagnan

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 20 January 2025 | Penulis: Deden Muhammad Rojani | Editor: Redaksi
Rupiah Menguat di Tengah Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi yang Stagnan

KABARBURSA.COM - Mata uang rupiah berhasil mencatatkan penguatan di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 yang diperkirakan hanya sebesar 5,1 persen.

Pada perdagangan sore ini, 20 Januari 2025, rupiah ditutup menguat 12 poin di level Rp16.367 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.380. Meski sempat fluktuatif, rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang Rp16.310 hingga Rp16.370 pada perdagangan esok hari.

Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, sekaligus Presidium Ikatan Alumni Universitas Ibnu Caldun (ILKA–UIC) Jakarta periode 2023–2028, penguatan rupiah ini didukung oleh sejumlah faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi dinamika pasar keuangan.

Pelemahan indeks dolar AS menjadi salah satu pendorong utama penguatan rupiah. Pelemahan ini terjadi setelah Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump, tidak menyebutkan rencana tarif perdagangan terhadap China dalam rapat umum kemenangannya di Washington.

Meskipun demikian, Trump tetap menegaskan rencana untuk menindak tegas imigrasi dan mengurangi pengawasan terhadap perusahaan domestik.

“Harapan akan retorika yang tidak terlalu keras terhadap China tumbuh setelah Trump tidak menyebutkan rencananya untuk tarif perdagangan selama rapat umum kemenangan,” ujar Ibrahim dalam siaran persnya, dikutip Senin, 20 Januari 2025.

Namun, laporan dari Fox News Digital menyebutkan bahwa Trump masih berencana menandatangani sejumlah perintah eksekutif yang mencapai rekor hingga saat ia menjabat pada hari ini. Beberapa di antaranya kemungkinan mencakup peningkatan tarif perdagangan terhadap China.

Trump sebelumnya telah berjanji untuk mengenakan bea masuk hingga 60 persen pada semua impor China, serta menaikkan tarif untuk Meksiko dan Kanada.

Langkah ini, jika terealisasi, berpotensi mengganggu perdagangan global dan menjadi tantangan besar bagi ekonomi berbasis ekspor, termasuk China. Sebagai respons, China diperkirakan akan meluncurkan langkah-langkah stimulus yang lebih agresif untuk mengurangi dampak kenaikan tarif ini.

Optimisme Pemerintah 

Dari dalam negeri, optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi juga menjadi faktor pendukung penguatan rupiah. Presiden Prabowo Subianto menegaskan keyakinannya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat melampaui 8 persen selama masa pemerintahannya.

Meskipun proyeksi dari IMF dan Bank Dunia hanya sebesar 5,1 persen untuk tahun 2025, Pemerintah tetap optimis bahwa target pertumbuhan tinggi bisa tercapai.

Namun, optimisme pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen tersebut harus dibarengi dengan konsumsi masyarakat yang terus meningkat.

“Selain itu, juga harus dibarengi dengan investasi asing yang kembali masuk dan lapangan pekerjaan yang kembali marak,” ucapnya.

Menurut Ibrahim, dengan kalkulasi yang masuk akal dan langkah kebijakan yang tepat, pertumbuhan ekonomi dapat didorong lebih tinggi dari proyeksi lembaga internasional.

Investor Asing Masih Banyak Keluar

Terkait dengan aliran dana dari investor asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia pada pekan ketiga Januari 2025, menjadi salah satu perhatian utama bagi para pelaku pasar.

Data yang dihimpun oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa aliran modal asing tercatat mencapai Rp9,57 triliun, keluar dari pasar keuangan Indonesia antara 13 hingga 16 Januari 2025. Keputusan sejumlah investor asing untuk menarik dana dari pasar lokal ini sangat dipengaruhi oleh dinamika pasar global serta faktor domestik yang tengah berlangsung.

Menurut informasi dari Bank Indonesia, dana yang keluar sebagian besar berasal dari dua instrumen utama yaitu Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Proses pembelian dan penjualan Surat Berharga Negara (SBN), yang biasa digunakan untuk menarik dana investasi, menunjukkan adanya kecenderungan untuk meraup keuntungan dalam waktu pendek dan terlepas dari instrumen-instrumen investasi berisiko di pasar Indonesia.

Begitu pula dengan SRBI, yang juga mengalami aliran keluar, mengindikasikan sedikitnya minat terhadap instrumen investasi pemerintah dalam jangka waktu tersebut.

Meski demikian, tidak semua sektor pasar finansial Indonesia merasakan dampak negatif dari fenomena ini. Pasar saham, misalnya, justru tercatat menerima aliran masuk dana asing (capital inflow).

Hal ini menjadi sinyal bahwa meskipun ada ketidakpastian di sektor investasi obligasi dan sekuritas rupiah, pasar saham Indonesia masih menarik minat para investor global. Positifnya pasar saham mungkin disebabkan oleh harapan pemulihan ekonomi Indonesia yang masih terjaga serta optimisme yang muncul dari fundamental perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa saham.

Secara keseluruhan, meskipun terdapat aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia dalam minggu tersebut, investor asing tampaknya tetap mempertahankan minat mereka pada sektor saham, yang dianggap lebih potensial untuk pertumbuhan dalam jangka pendek.

Meskipun situasi ini menandakan adanya ketegangan di sektor obligasi, potensi pasar saham yang masih dilihat memiliki prospek cerah memberi harapan akan terjaganya kepercayaan asing terhadap kondisi ekonomi Indonesia di masa depan.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.