KABARBURSA.COM - PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), emiten operator Mayapada Hospital, menyampaikan perubahan tanggal pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dan agenda pembahasannya.
Sekretaris Perusahaan SRAJ Arie Farisandi mengatakan, perubahan jadwal RUPSLB yang semula dijadwalkan pada 3 Februari 2025, kini akan dilaksanakan pada Senin, 10 Februari 2025, pukul 14.00 WIB. Rapat akan diselenggarakan di Auditorium Ang Boen Ing, Mayapada Hospital, Jakarta Selatan. Rapat juga dapat diikuti secara elektronik melalui fasilitas eASY KSEI.
Sementara itu, rapat ini akan membahas dua mata acara penting, persetujuan penegasan susunan pemegang saham perseroan dan persetujuan atas rencana penerbitan surat utang.
"Mata acara pertama bertujuan untuk memastikan pemenuhan regulasi terkait free float dan jumlah pemegang saham yang diatur oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)," ujar Arie dalam keterangannya, dikutip Sabtu, 18 Januari 2025.
Selain itu, proses ini adalah bagian dari upaya perusahaan untuk memperkuat tata kelola perusahaan yang baik, demi kepentingan pencatatan komposisi pemegang saham perseroan.
Yang kedua, ujar Arie, SRAJ juga akan meminta persetujuan untuk menerbitkan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) sebesar USD125 juta melalui penawaran yang bukan merupakan penawaran umum.
"Surat utang ini akan diterbitkan kepada investor di luar wilayah Republik Indonesia," terang Arie.
Adapun penerbitan surat utang ini bertujuan untuk memenuhi ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait transaksi material dan perubahan kegiatan usaha.
Perubahan ini adalah bagian dari serangkaian langkah korporasi yang diambil oleh Perseroan untuk memperkuat struktur finansial dan operasionalnya. Perseroan mengharapkan rapat ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan arahan yang jelas bagi langkah strategis perusahaan di masa mendatang.
Sebelumnya diberitakan, Sejahteraraya Anugrahjaya berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp8,24 miliar hingga 30 September 2024. Angka ini mengalami peningkatan signifikan sebesar 120,79 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp39,62 miliar. Dengan pencapaian ini, laba per saham SRAJ naik menjadi Rp0,69, dari sebelumnya negatif Rp3,30.
Pendapatan perusahaan juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat, mencapai Rp2,33 triliun atau meningkat 29 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp1,81 triliun. Namun, beban langsung turut meningkat menjadi Rp1,65 triliun dari Rp1,29 triliun pada tahun lalu.
Meskipun demikian, laba kotor berhasil terkumpul sebesar Rp673,91 miliar, naik dari Rp523,82 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Beban penjualan tercatat naik menjadi Rp30,07 miliar dari sebelumnya Rp25,77 miliar, sementara beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp501,36 miliar dari Rp435,49 miliar. Meski beban operasional meningkat, laba usaha mencapai Rp142,47 miliar, melonjak 128 persen dari Rp62,55 miliar pada tahun lalu.
Dari sisi pendapatan non-operasional, penghasilan bunga mengalami penurunan menjadi Rp10,65 miliar dari Rp24,39 miliar. Beban keuangan juga menyusut tipis menjadi Rp129,91 miliar dari Rp131,44 miliar, sedangkan pendapatan lain-lain bersih tercatat Rp1,05 miliar, turun dari Rp5,94 miliar.
Secara keseluruhan, laba sebelum pajak naik signifikan hingga 163 persen menjadi Rp24,26 miliar, dibandingkan kerugian Rp38,54 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, beban pajak meningkat tajam menjadi Rp15,89 miliar dari Rp1 miliar.
Dari sisi neraca keuangan, total ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp1,86 triliun, naik tipis dari Rp1,85 triliun pada akhir 2023. Akumulasi rugi bersih menurun menjadi Rp509,94 miliar dari Rp518,18 miliar pada akhir tahun lalu.
Di sisi lain, jumlah liabilitas meningkat menjadi Rp3,78 triliun dari Rp3,74 triliun, sementara total aset perusahaan mencapai Rp5,64 triliun, naik dari Rp5,6 triliun pada akhir 2023.
Pefindo menegaskan peringkat idBBB+ dengan prospek stabil untuk PT Bank Mayapada Internasional Tbk (Bank Mayapada). Selain itu, Pefindo juga mempertahankan peringkat Obligasi Subordinasi V/2018 dan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I/2017 di level idBBB-, dua tingkat di bawah peringkat perusahaan, karena adanya klausul non-viability.
Peringkat ini mencerminkan posisi bisnis Bank Mayapada yang kuat serta likuiditas yang memadai. Namun, peringkat tersebut dibatasi oleh kualitas aset yang kurang optimal, profitabilitas yang rendah, dan tingkat pemodalan yang masih di bawah rata-rata industri.
Peningkatan peringkat dapat terjadi jika Bank Mayapada berhasil menunjukkan perbaikan berkelanjutan pada profil keuangannya secara keseluruhan, yang juga harus diikuti oleh peningkatan signifikan dalam diversifikasi pinjaman dan pendanaan.
Sebaliknya, peringkat dapat diturunkan jika terjadi pelemahan signifikan pada posisi permodalan atau likuiditas Bank Mayapada. (*)