KABARBURSA.COM - Wall Street menutup pekan terbaiknya dalam dua bulan terakhir dengan lonjakan signifikan pada Jumat, waktu Amerika atau Sabtu, 18 Januari 2025, dini hari WIB. Di lansir dari AP di Jakarta, Sabtu, indeks S&P 500 naik 1 persen di mana capaian ini mencatat pekan pertama yang menguntungkan dalam tiga minggu terakhir. Dow Jones Industrial Average pun menambahkan 334 poin atau sekitar 0,8 persen, sementara Nasdaq melesat 1,5 persen.
Salah satu pendorong utama kenaikan ini adalah SLB, penyedia layanan untuk ladang minyak yang melaporkan laba dan pendapatan di akhir 2024 melebihi ekspektasi analis. Saham SLB melonjak 6,1 persen setelah perusahaan tersebut mengumumkan kenaikan dividen sebesar 3,6 persen dan rencana mengembalikan USD2,3 miliar kepada investor melalui pembelian kembali sahamnya.
Namun, kekuatan terbesar berasal dari saham Big Tech, khususnya “Magnificent Seven”—Alphabet, Amazon, Apple, Meta Platforms, Microsoft, Nvidia, dan Tesla—yang semuanya mengalami kenaikan. Karena bobot kapitalisasi pasarnya yang besar, pergerakan saham mereka memberikan pengaruh signifikan pada S&P 500 dan indeks lainnya.
Sebelumnya, saham-saham Big Tech menghadapi tekanan akibat kekhawatiran bahwa valuasi mereka sudah terlalu tinggi setelah bertahun-tahun mendominasi pasar. Kekhawatiran ini semakin membesar setelah lonjakan imbal hasil obligasi. Tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dapat merugikan harga aset, terutama yang dianggap mahal seperti saham teknologi.
Namun, laporan inflasi AS yang lebih menggembirakan pekan ini memberikan angin segar bagi pasar. Laporan tersebut meningkatkan harapan bahwa Federal Reserve mungkin akan kembali memangkas suku bunga tahun ini. Pemotongan lebih lanjut—yang telah dimulai sejak September—akan mendorong investasi dengan melonggarkan tekanan ekonomi, meskipun bisa memberi bahan bakar tambahan bagi inflasi.
Pergerakan pasar yang naik-turun dalam beberapa pekan terakhir mencerminkan bagaimana laporan ekonomi mendorong pedagang untuk terus menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap langkah The Fed. Kekhawatiran yang lebih rendah tentang inflasi mendorong imbal hasil obligasi turun dan saham naik, sedangkan kekhawatiran yang lebih besar memicu reaksi sebaliknya.
[caption id="attachment_103060" align="alignnone" width="1200"] Ilustrasi tarif Donald Trump. Foto: Daybreak/Getty Images.[/caption]
Meskipun laporan inflasi yang lebih baik membawa optimisme, beberapa analis di Wall Street tetap skeptis mengenai potensi pemotongan suku bunga lebih lanjut. Ekonom Bank of America, Claudio Irigoyen dan Antonio Gabriel, menyatakan, “Jika ekonomi AS dalam kondisi baik, tidak perlu memperbaiki sesuatu yang tidak rusak.”
Mereka juga menunjukkan ketidakpastian yang muncul dari “Trumponomics 2.0,” yaitu kebijakan Presiden-terpilih Donald Trump yang dapat meningkatkan inflasi, seperti tarif besar-besaran dan pemotongan pajak untuk ekonomi yang sudah tumbuh.
Harga berbagai jenis investasi, dari saham hingga cryptocurrency, berayun di tengah ketidakpastian ini. Harapan akan keuntungan perusahaan yang lebih besar dan penerimaan kripto yang lebih luas diimbangi oleh kekhawatiran tentang defisit pemerintah AS yang semakin besar dan tekanan inflasi yang meningkat.
Wall Street masih memandang bank sebagai salah satu penerima manfaat terbesar dari pemerintahan Trump yang kedua. Selain potensi ekonomi yang lebih kuat, yang akan meningkatkan keuntungan dari pinjaman, investor juga berharap pengurangan regulasi terhadap bank.
Saham Truist Financial naik 5,9 persen pada Jumat kemarin setelah melaporkan laba akhir 2024 yang melampaui ekspektasi analis. Deposito rata-rata perusahaan naik 1,5 persen selama kuartal tersebut, mengikuti laporan laba yang lebih baik dari bank besar lainnya seperti Wells Fargo dan Citigroup.
Beberapa bank daerah yang lebih kecil melaporkan hasil keuangan beragam pada Jumat kemarin. Saham Regions Financial turun 1,3 persen setelah kinerjanya tidak cukup memuaskan pasar. Sementara itu, J.B. Hunt Transport Services mencatat penurunan terbesar di S&P 500 dengan melemah 7,4 persen. Penurunan ini terjadi setelah perusahaan gagal memenuhi ekspektasi analis untuk laba kuartalan. Biaya peralatan dan asuransi yang lebih tinggi menjadi faktor utama yang menekan hasil kinerja mereka.
Secara keseluruhan, indeks S&P 500 naik 59,32 poin menjadi 5.996,66. Dow Jones Industrial Average bertambah 334,70 poin ke 43.487,83, sementara Nasdaq Composite melesat 291,91 poin ke 19.630,20.
Di pasar saham global, indeks di Eropa menguat setelah sebelumnya bergerak campuran di Asia. Di China, indeks saham mencatat kenaikan moderat. Saham di Hong Kong naik 0,3 persen dan Shanghai menguat 0,2 persen setelah otoritas setempat mengumumkan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia itu tumbuh 5 persen secara tahunan pada tahun lalu. Pertumbuhan ini sesuai dengan target pemerintah meski melambat dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, tantangan ekonomi bagi China diperkirakan terus meningkat tahun ini, termasuk ancaman Presiden-terpilih Donald Trump untuk menaikkan tarif barang China dan langkah-langkah pembatasan teknologi canggih dari Washington, seperti chip komputer yang digunakan dalam kecerdasan buatan.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 melemah 0,3 persen, sebagian besar disebabkan oleh penurunan saham Nintendo sebesar 4,3 persen. Penurunan ini terjadi setelah perusahaan mengungkapkan konsol terbarunya, Switch 2. Meski demikian, Nintendo menjanjikan informasi lebih lanjut pada April mendatang dan memastikan konsol tersebut akan dirilis tahun ini.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.