KABARBURSA.COM - Investasi logam mulia perak dapat menjadi alternatif di tengah tingginya harga emas belakangan ini. Tercatat, harga emas Antam 24 karat pada Jumat 17 Januari 2025 mengalami kenaikan Rp17.000 ke level Rp1.594.000 per gram.
Menurut Ibrahim Assuaibi, Direktur Utama PT Laba Forexindo Berjangka, investasi perak terbilang menarik karena merupakan logam mulia turunan dari emas.
"Perak atau silver ini menarik karena harganya lebih terjangkau. Selain itu harga perak juga mengalami kenaikan dari waktu ke waktu," ujarnya saat dihubungi Kabarbursa.com, Selasa 14 Januari 2025.
Ibrahim menilai, investasi perak tengah mengalami tren di saat harga emas sedang tinggi, khususnya bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.
"Pada saat harga emas tinggi, orang bakal beralih ke perak yang harga per gramnya jauh lebih murah dibanding emas. Kemudian perak juga bisa dijual lagi. Saat menjual, pemilik perak bahkan bisa mendapat potongan 35 persen. Makanya, saya juga investasi perak," kata Ibrahim.
"Selain itu, perak yang berupa perhiasan juga tetap terlihat mewah ketika digunakan. Sehingga masyarakat kelas menengah ke bawah yang sedang mengalami penurunan sisi ekonomi dan daya beli, bisa melirik perak untuk dijadikan investasi," lanjut Ibrahim.
Lebih lanjut, harga perak dan emas akan saling terhubung. Artinya, kata Ibrahim, harga perak akan mengalami kenaikan saat harga emas naik.
"Harga perak sama seperti emas, yaitu bisa naik karena pengaruh sentimen atau situasi politik. Jadi, kalau harga emas turun, harga perak juga turun. Namun pada tahun 2023 dan 2024, harga kenaikan perak malah lebih tinggi dari harga emas. Ini karena pasar investor kebanyakan condong melakukan spekulasi terhadap harga emas, bukan silver," paparnya.
Oleh karena itu, menurut Ibrahim investasi perak tak kalah berkilau dari emas lantaran dapat diandalkan dalam invetasi jangka panjang.
"Perak untuk investasi jangka panjang bisa juga, karena dia sama seperti emas. Ini rekomendasi terutama untuk kelas menengah ke bawah," pungkasnya.
Berdasarkan laman logammulia.com pada Jumat, 17 Januari 2025, harga perak terpantau mengalami kenaikan Rp150, menjadi Rp17.540 per gram.
Harga emas terus berkilau di tengah tantangan ekonomi global yang semakin tidak pasti. Emas sebagai aset yang dianggap paling stabil atau save haven, kian mencuri hati investor yang fokus pada keuntungan jangka panjang.
Pada penutupan perdagangan Kamis dinihari WIB, 16 Januari 2025, emas didukung oleh melemahnya dolar setelah data inflasi inti Amerika Serikat yang tercatat lebih rendah dari ekspektasi. Kondisi tersebut memicu kembali spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin masih mempertimbangkan langkah pelonggaran moneter di masa mendatang.
Terpengaruh data inflasi ini, harga emas spot naik 0,6 persen menjadi USD 2.693,63 per ons. Sementara, emas berjangka AS melonjak 1,3 persen menjadi USD 2.717,80.
Berdasarkan laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS, indeks harga konsumen (CPI) inti, yang tidak memasukkan komponen makanan dan energi, meningkat 3,2 persen secara tahunan, sedikit di bawah perkiraan pasar sebesar 3,3 persen. Angka ini membawa sentimen positif bagi pasar emas, karena mengisyaratkan tekanan inflasi yang mulai mereda.
Kepala Strategi Komoditas di TD Securities Bart Melek, menyebutkan bahwa hasil ini dapat membuat Federal Reserve mempertimbangkan kemungkinan pemotongan suku bunga lebih lanjut.
Ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter the Fed pun mulai bergeser. Pasar kini memproyeksikan penurunan suku bunga sebesar 40 basis poin pada akhir tahun, meningkat dari perkiraan sebelumnya sebesar 31 basis poin.
Penurunan ini kemungkinan besar akan memberikan lebih banyak ruang bagi emas untuk menguat, terutama di tengah sentimen pasar yang lebih dovish terhadap kebijakan suku bunga.
Melemahnya indeks dolar AS sebesar 0,1 persen juga meningkatkan daya tarik emas bagi pemegang mata uang lainnya, sementara imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun ikut mengalami penurunan.
Ketidakpastian seputar potensi kebijakan perdagangan yang akan diambil Donald Trump setelah kembali ke Gedung Putih juga memberikan dorongan bagi emas sebagai aset safe haven. Investor khawatir bahwa tarif tambahan yang mungkin diberlakukan akan memicu inflasi lebih lanjut, sekaligus membatasi ruang bagi the Fed untuk melanjutkan kebijakan pemangkasan suku bunga.
Menurut Zain Vawda, seorang analis dari MarketPulse, situasi ini memperkuat peran emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Meskipun suku bunga yang lebih tinggi biasanya mengurangi daya tarik emas, ketidakpastian ekonomi global dan ancaman terhadap pertumbuhan kemungkinan besar akan mempertahankan tingginya permintaan terhadap logam mulia tersebut.
Selain emas, logam mulia lainnya juga mencatat penguatan signifikan, termasuk perak yang naik 2,6 persen menjadi USD30,66 per ons, platinum sebesar 0,2 persen menjadi USD937,58 per ons, dan paladium yang melesat 2,6 persen menjadi USD962,98 per ons.
Secara keseluruhan, harga emas terus mencerminkan peran strategisnya sebagai instrumen investasi yang stabil di tengah ketidakpastian pasar, didukung oleh kondisi ekonomi global yang penuh tantangan dan dinamika kebijakan moneter AS yang semakin rumit.(*)