KABARBURSA.COM - Emiten-emiten yang berada di bawah Grup Bakrie mencatatkan penurunan signifikan pada perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Jumat, 17 Januari 2025. Saham-saham seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) melemah di tengah situasi politik dan ekonomi yang berkembang meskipun perusahaan-perusahaan tersebut telah menunjukkan kinerja yang cukup baik pada kuartal sebelumnya.
Momen ini terjadi setelah Musyawarah Nasional (Munas) Konsolidasi Persatuan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada Kamis, 16 Januari 2024, yang menetapkan Anindya sebagai Ketua Umum (Ketum) periode 2024-2029. Selain itu, Arsjad Rasjid ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia untuk periode yang sama, yakni 2024-2029.
Penetapan tersebut berlangsung dalam Musyawarah Nasional (Munas) Konsolidasi Persatuan Kadin Indonesia yang digelar di Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, pada Kamis, 16 Januari 2024. Sidang pleno yang dimulai pukul 14.35 WIB ini dipimpin oleh Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan Kadin Indonesia. Sidang tersebut dinyatakan memenuhi kuorum.
“Apakah penetapan Anindya Bakrie sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia masa bakti 2024-2029 dapat disepakati?” tanya Wakil Ketua Koordinator Bidang Hukum dan HAM, Aziz Syamsuddin, kepada peserta Munas. “Bisa,” ujar para peserta Munas menjawab.
Sementara itu, meskipun BRMS berhasil mencatatkan pertumbuhan yang signifikan dalam laporan keuangan kuartal ketiga 2024, dengan laba bersih yang tumbuh hampir 50 persen, harga sahamnya tetap mengalami penurunan. Di sisi lain, meskipun BUMI mencatatkan laba bersih yang mengesankan, namun sahamnya juga tercatat turun 4,03 persen pada hari ini. Hal ini menandakan adanya ketidakpastian pasar, meskipun secara fundamental, emiten-emiten tersebut menunjukkan potensi yang solid dalam jangka panjang.
Saham DEWA, yang baru-baru ini mengumumkan rencana private placement untuk mengkonversi utang, juga tertekan, mencatatkan penurunan harga pada level 111, turun 3,48 persen. Aksi korporasi ini diperkirakan akan berdampak negatif dalam jangka pendek, meskipun diharapkan memberikan dampak positif jangka panjang jika dapat memperbaiki struktur keuangan perusahaan.
Meskipun langkah-langkah ini diambil untuk memperkuat posisi finansial emiten-emiten tersebut, penurunan harga saham mereka mencerminkan respons pasar yang lebih hati-hati terhadap langkah-langkah tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kabarbursa.com, saham BRMS ditutup melemah di posisi 400, turun 10 poin atau 2,44 persen dari harga sebelumnya di 410. Saham ini sempat dibuka di level 416 dengan harga tertinggi harian 420 dan terendah 396.
Volume perdagangan BRMS tercatat mencapai 431,43 juta lot, lebih rendah dari rata-rata volume mingguan yang berada di 943,15 juta lot. Total nilai transaksi saham ini mencapai Rp175,1 miliar, dengan frekuensi transaksi sebanyak 15.386 kali.
BRMS mencatatkan pertumbuhan luar biasa selama sembilan bulan pertama 2024, dengan peningkatan signifikan pada berbagai aspek keuangan. Pendapatan perusahaan melonjak 231 persen, laba usaha naik 189 persen, laba sebelum pajak meningkat 143 persen, dan laba bersih tumbuh 54 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada kuartal III 2024, BRMS mencatatkan laba bersih sebesar USD15,65 juta (Rp248,06 miliar), meningkat 49,51 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan tercatat sebesar USD108,47 juta (Rp1,71 triliun), naik 231,27 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan produksi emas yang hampir dua kali lipat, mencapai 45.366 troy ounce, dibandingkan dengan 23.270 troy ounce pada 2023. Selain itu, harga jual rata-rata emas BRMS juga mengalami kenaikan signifikan menjadi USD2.347 per troy ounce, lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata pada 2023 yang sebesar USD1.930 per troy ounce.
Analis Stockbit Sekuritas Hendriko Gani dalam risetnya pada 2 Desember 2024 memperkirakan bahwa kinerja BRMS pada kuartal keempat 2024 akan terus menunjukkan hasil yang lebih baik, didorong oleh tingkat utilisasi pabrik yang lebih tinggi dan peningkatan harga emas global yang lebih baik dari kuartal sebelumnya.
"BRMS diperkirakan akan terus menunjukkan pertumbuhan yang solid, berkat strategi operasional yang efektif dan optimisasi produksi," ujarnya, dikutip Jumat, 17 Januari 2025.
Sementara saham emiten yang bergerak di bidang pertambangan batu bara dan minyak bumi, BUMI, menjadi salah satu yang mencatatkan penurunan signifikan, ditutup pada harga 119, turun 5 poin atau 4,03 persen dari harga sebelumnya. Saham ini dibuka di harga 124 dengan harga tertinggi harian di 125 dan terendah di 118. Volume transaksi mencapai 1,09 miliar lot, masih di bawah rata-rata mingguan sebesar 1,59 miliar lot.
BUMI pun melaporkan kinerja keuangan yang mengesankan pada kuartal ketiga 2024, meskipun mengalami penurunan pendapatan tahunan. Laba bersih perusahaan mencapai Rp1,86 triliun, meningkat 110 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Meskipun pendapatan turun 23,1 persen menjadi Rp14 triliun, BUMI berhasil meningkatkan laba bersihnya berkat efisiensi operasional yang signifikan, dengan gross margin naik menjadi 10 persen. EBITDA tumbuh 39,1 persen menjadi Rp593,8 miliar, dengan EBITDA margin sebesar 4,2 persen.
BUMI juga menunjukkan posisi keuangan yang stabil, dengan total aset mencapai Rp64,68 triliun dan kas sebesar Rp854,8 miliar. Rasio utang terhadap ekuitas berada di level 0,47, menunjukkan leverage yang sehat. Meskipun rasio Debt-to-EBITDA tinggi (34,8 kali), beban bunga tercatat Rp190,7 miliar, namun rasio EBITDA terhadap beban bunga tetap positif di angka 3,11. Saham BUMI diperdagangkan dengan price-to-earnings ratio (PER) sebesar 27,54 kali dan price-to-book value (PBV) 1,16 kali, dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp51,24 triliun. Namun, perusahaan belum membagikan dividen, kemungkinan untuk menjaga arus kas dan mendukung ekspansi di masa depan.
Di saat yang sama, Saham PT Ancara Logistics Indonesia Tbk. (ALII) juga mengalami penurunan, ditutup di harga 368, turun 6 poin atau 1,60 persen dari harga sebelumnya. Pergerakan harga saham ALII relatif stabil hari ini, dengan harga tertinggi di 374 dan terendah di 366. Volume perdagangan mencapai 893 ribu lot, sedikit di bawah rata-rata mingguan 1,06 juta lot.
Ancara Logistics Indonesia berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp207,63 miliar hingga 30 September 2024, meningkat 32 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp156,72 miliar. Peningkatan ini turut mendorong laba per saham dasar menjadi Rp18,04, naik dari Rp15,13 pada periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan ALII tercatat Rp703,31 miliar, sedikit menurun 1,75 persen dibandingkan Rp715,91 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, efisiensi dalam beban pokok pendapatan yang turun menjadi Rp388,25 miliar dari Rp409,59 miliar, berhasil meningkatkan laba kotor menjadi Rp315,05 miliar, naik tipis dari Rp306,31 miliar.
Beban usaha naik menjadi Rp57,95 miliar dari Rp55,36 miliar tahun lalu. Namun, laba usaha tetap tumbuh menjadi Rp257,1 miliar dibandingkan Rp250,95 miliar sebelumnya. Kontribusi dari penghasilan bunga yang naik menjadi Rp98,89 miliar serta pembalikan kerugian penurunan nilai senilai Rp1,95 miliar turut mendukung hasil ini.
Beban pajak juga mengalami penurunan signifikan, yaitu dari Rp22,76 miliar menjadi Rp11,83 miliar. Namun, perusahaan menghadapi kerugian selisih kurs sebesar Rp23,16 miliar, yang berbanding terbalik dengan keuntungan Rp1,47 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Beban keuangan juga berhasil ditekan dari Rp142,83 miliar menjadi Rp79,83 miliar, sementara beban lain-lain turun menjadi Rp24,6 miliar dari Rp83,11 miliar.
Ekuitas bersih perusahaan melonjak menjadi Rp1,69 triliun dari Rp634,77 miliar pada akhir 2023. Total liabilitas menurun drastis dari Rp1,28 triliun menjadi Rp711,13 miliar. Secara keseluruhan, jumlah aset perusahaan naik menjadi Rp2,4 triliun dibandingkan Rp1,91 triliun pada akhir tahun lalu.
Saham PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) mencatatkan penurunan harga 4 poin atau 1,60 persen, ditutup di posisi 246. Saham ini dibuka di 252 dengan harga tertinggi harian sama, sementara harga terendah tercatat di 244. Volume perdagangan hari ini sebesar 39,22 juta lot, jauh di bawah rata-rata volume mingguan sebesar 101,12 juta lot. Total nilai transaksi mencapai Rp9,7 miliar dari 1.555 kali transaksi.
Kinerja saham ENRG terus menunjukkan stabilitas sepanjang 2024 dengan catatan pendapatan dan laba yang positif. Hingga kuartal ketiga 2024, perusahaan mencatat pendapatan yang konsisten dengan tren pertumbuhan dan net income yang menjanjikan.
ENRG membukukan laba bersih atau net income sebesar Rp227 miliar pada kuartal ketiga 2024. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal ketiga 2023 yang mencapai Rp309 miliar, performa perusahaan tetap stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Secara annualized, ENRG mencatat laba bersih Rp1,035 triliun untuk periode 2024.
Dari sisi pendapatan (revenue), ENRG juga mencatatkan performa yang kuat. Pendapatan tahunan yang annualized mencapai Rp1,125 triliun pada kuartal ketiga 2024, mengalami peningkatan dari Rp1,057 triliun pada periode yang sama di 2023. Angka ini mencerminkan upaya perusahaan dalam mempertahankan pertumbuhan pendapatan meski di tengah tantangan industri energi.
Pertumbuhan positif ini turut berdampak pada laba per saham atau Earnings Per Share (EPS) yang terus menunjukkan peningkatan. Dengan jumlah saham beredar sebanyak 24,82 miliar lembar, saham ENRG memiliki daya tarik tersendiri bagi para investor. Selain itu, kapitalisasi pasar atau market cap ENRG saat ini tercatat sebesar Rp6,255 triliun, dengan nilai perusahaan atau enterprise value mencapai Rp9,271 triliun.
Kinerja stabil ini didukung oleh strategi bisnis perusahaan yang efektif serta efisiensi operasional yang terus ditingkatkan. Dengan catatan keuangan yang positif, ENRG berpotensi memperkuat posisinya di pasar energi dan menarik lebih banyak minat dari kalangan investor.
Saham DEWA juga tidak lepas dari tekanan, ditutup di harga 111, turun 4 poin atau 3,48 persen. Harga saham ini sempat mencapai 117 sebagai titik tertinggi sebelum kembali ke level terendah harian di 111. Volume transaksi mencapai 113,59 juta lot, jauh di bawah rata-rata mingguan sebesar 470,26 juta lot.
Sebelumnya di awal tahun 2025, DEWA mengumumkan rencana untuk melakukan private placement sebanyak sekitar 17,2 miliar saham baru dengan harga Rp65 per lembar, untuk mengkonversi utang sebesar sekitar Rp1,1 triliun. Aksi korporasi ini bertujuan untuk memperbaiki struktur keuangan perusahaan, dengan proyeksi bahwa Liability-to-Equity Ratio (Ler) berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024 akan membaik dari 1,32x menjadi 0,73x. Meskipun demikian, aksi ini diperkirakan akan menyebabkan dilusi sebesar 44 persen terhadap saham yang beredar.
Dalam private placement ini, dua pihak yang akan mengambil bagian adalah PT Madhani Talatah Nusantara (MTN) dan PT Andhesti Tungkas Pratama (ATP). MTN merupakan kreditur dengan utang usaha DEWA senilai sekitar Rp757 miliar, sementara ATP memiliki utang lain-lain senilai sekitar Rp358,9 miliar. Setelah transaksi ini, MTN dan ATP masing-masing akan menguasai 29,8 persen dan 14,2 persen saham DEWA, meskipun sebelumnya kedua perusahaan tersebut tidak memiliki kepemilikan saham di DEWA.
Menurut Hendriko Gani, dalam riset terpisah pada 2 Januari 2025, aksi korporasi ini diperkirakan akan memberikan dampak negatif jangka pendek terhadap harga saham DEWA, mengingat harga pelaksanaan lebih rendah 41,4 persen dibandingkan harga saham yang tercatat pada penutupan bursa pada 30 Desember 2024, yaitu Rp111 per lembar. Hal ini berpotensi menyebabkan dilusi signifikan bagi pemegang saham eksisting.
"Meskipun demikian, meski langkah ini bukan yang paling ideal untuk memperkuat struktur permodalan DEWA dalam jangka pendek, tindakan ini dapat memberikan dampak positif dalam jangka panjang jika pemegang saham baru mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan," pungkasnya. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.