Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BI Rate Turun, Kado Awal Tahun Sektor Properti: Ini Rekomendasi Sahamnya

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 17 January 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
BI Rate Turun, Kado Awal Tahun Sektor Properti: Ini Rekomendasi Sahamnya

KABARBURSA.COM - Pemangkasan suku bunga acuan atau BI Rate oleh Bank Indonesia (BI) membuat angin segar bagi sektor properti dalam negeri.

Analis Stocknow.id Hendra Wardana, mengatakan penurunan suku bunga ini membuat masyarakat lebih mudah mendapatkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Hal ini berimbas pada meningkatkan permintaan di pasar properti.

Di sisi lain, lanjut Hendra, perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian properti hingga Rp5 miliar, juga menjadi sentimen positif untuk menarik minat masyarakat membeli rumah.

Hendra, yang dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta, Kamis, 16 Januari 2025, menjelaskan kombinasi antara kebijakan suku bunga rendah dan insentif pajak yang diperpanjang menjadi katalis utama bagi pertumbuhan sektor properti di tahun 2025.

Dia melihat beberapa emiten seperti Bumi Serpong Damai Tbk atau BSDE dan Ciputra Development Tbk atau CTRA, mendapat sentimen positif yang terlihat dari lonjakan harga saham yang signifikan.

"BSDE direkomendasikan untuk dibeli dengan target harga Rp1.015, mengingat proyek-proyek besar yang sedang dikembangkan dan prospek permintaan yang meningkat. Begitu pula dengan CTRA, rekomendasi buy dengan target harga Rp1.030," jelasnya.

Dengan momentum ini, sektor properti diprediksi akan terus menjadi sorotan sepanjang tahun, seiring dengan meningkatnya kepercayaan investor dan masyarakat terhadap potensi pemulihan ekonomi yang lebih kuat.

"Para pelaku pasar diharapkan dapat memanfaatkan peluang ini dengan bijak, mengingat tren positif yang berpotensi membawa keuntungan signifikan," pungkasnya.

Tantangan Sektor Properti

Sebelumnya, sektor properti diperkirakan belum akan mengalami penguatan di awal tahun 2025. Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas, memperkirakan sektor ini masih tergerus oleh sentimen negatif kenaikan PPN sebesar 1 persen, menjadi 12 persen.

Kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Jumat, 10 Januari 2025, Sukarno melihat kondisi suku bunga belum akan turun dan hal ini akan menjadi faktor penghambat bisnis sektor properti.

“Kondisi suku bunga yang diperkirakan masih membutuhkan waktu untuk bisa turun dengan pertimbangan dampak kebijakan Trump dapat membuat the Fed bersikap hawkish dan diikuti oleh BI (Bank Indonesia). Inilah yang membuat konsumen lebih menahan diri untuk sektor properti,” jelas Sukarno.

Akan tetapi, Sukarno memandang bisnis ini masih berpeluang terdorong oleh insentif PPN DTP yang diperpanjang hingga 2025. Dia juga mengatakan, terdapat emiten properti yang bisa menjadi rekomendasi para investor di tengah sentimen negatif, salah satunya adalah PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).

“Rekomendasi jangka panjang cenderung wait and see, untuk jangka menengah bisa hold saham CTRA 1050 dan BSDE 960,” ujar dia.

Insentif PPN DTP Diperpanjang

Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Joko Suratno, mengapresiasi kebijakan pemerintah yang memperpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Kebijakan ini merupakan bagian dari paket stimulus ekonomi menjelang kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen pada 2025.

Joko mengungkapkan bahwa pemberian diskon PPN DTP 100 persen yang telah diterapkan sebelumnya terbukti efektif meningkatkan penjualan properti hingga 40 persen. Ia menilai kebijakan ini sangat relevan dalam mendukung program pembangunan 3 juta rumah yang diusung pasangan Prabowo-Gibran.

“Ini langkah yang sangat positif, terutama untuk mendukung program 3 juta rumah dari Pak Prabowo. Saat ini, sektor properti masih menghadapi tantangan besar dibandingkan sektor lain yang sudah mulai pulih,” ujar Joko usai menghadiri Dialog Program 3 Juta Rumah bersama BP Tapera di Jakarta, Senin, 16 Desember 2024.

Ia optimistis stimulus ini dapat memberikan dampak signifikan bagi pertumbuhan industri properti pada 2025, terutama mengingat adanya kenaikan tarif PPN serta daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.

“Perpanjangan diskon PPN ini adalah angin segar yang sangat diperlukan. Kebijakan ini tidak hanya memberikan keringanan bagi masyarakat, tetapi juga berkontribusi dalam mengurangi backlog perumahan yang saat ini masih mencapai 9,9 juta unit,” ujarnya.

Joko mengungkapkan bahwa pada tahun sebelumnya, diskon PPN DTP berhasil mendorong penjualan rumah hingga 35-40 persen.

“Dengan kondisi daya beli yang masih rendah, insentif ini sangat membantu meningkatkan minat masyarakat untuk membeli rumah baru,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengumumkan perpanjangan insentif PPN DTP sebagai bagian dari stimulus ekonomi pemerintah. Insentif ini berlaku untuk pembelian rumah dengan harga jual hingga Rp5 miliar.

Menurut Airlangga, skema PPN DTP 100 persen akan diberlakukan untuk pembelian rumah dengan nilai sampai Rp2 miliar, sementara untuk pembelian hingga Rp5 miliar, insentif berlaku sebesar Rp2 miliar pertama. Kebijakan ini berlaku mulai Januari hingga Juni 2025, kemudian diskon 50 persen akan diberlakukan untuk periode Juli hingga Desember 2025.

“Kebijakan ini ditujukan bagi masyarakat kelas menengah, dengan harapan dapat meningkatkan daya beli di sektor properti,” ujar Airlangga, Senin, 16 Desember 2024.(*)