Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Saham Emiten Anindya Bakrie tak Bertenaga usai Munas Kadin Indonesia

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 17 January 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Saham Emiten Anindya Bakrie tak Bertenaga usai Munas Kadin Indonesia

KABARBURSA.COM - Sejumlah saham yang dimiliki langsung atau terafiliasi Anindya Bakrie tampak tak bertenaga pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Jumat, 17 Januari 2025. Momen ini terjadi setelah Musyawarah Nasional (Munas) Konsolidasi Persatuan Kadin Indonesia yang menetapkan Anindya sebagai Ketua Umum (Ketum) periode 2024-2029.

Di samping itu, Munas Kadin adalah menetapkan Arsjad Rasjid sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia untuk periode yang sama, yakni 2024-2029.

Posisi baru yang diemban oleh Anindya yang secara umum tidak memberikan dorongan terhadap saham-saham emiten yang terafiliasi, seperti PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR), PT Intermedia Capital Tbk (MDIA), dan PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) pada hari ini.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kabarbursa.com, Anindya menjabat sebagai Presiden Direktur di VIVA dan BNBR. Di emiten yang bergerak dalam bidang media itu, putra Aburizal Bakrie ini memiliki 16,46 miliar lembar saham dengan struktur pemilik pengendali sebesar 12,04 persen dan nonpengendali 87,96 persen hingga Agustus 2024.

Sementara di BNBR, perusahan yang bergerak dalam bidang infrastruktur dan manufaktur serta perdagangan, jasa, dan investasi ini, Ketum Kadin Indonesia 2024-2029 mengempit 160,05 miliar lembar saham per Agustus 2024.

Dari lantai bursa, saham VIVA dan BNBR mencatat stagnasi harga pada perdagangan hari ini, meski keduanya mengalami tren penurunan signifikan dalam satu tahun terakhir.

Saham VIVA tercatat tidak mengalami perubahan harga dan tetap di level Rp6 per saham pada perdagangan. Selama sesi perdagangan, tidak ada aktivitas jual beli saham yang dilaporkan (volume perdagangan nol). Harga pembukaan, tertinggi, dan terendah juga tercatat stagnan di Rp6 per saham.

Dalam setahun terakhir, VIVA telah mengalami penurunan drastis sebesar 88 persen dari posisi sebelumnya di Rp50. Tren ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi emiten media ini, dengan nilai transaksi saham yang juga tidak dilaporkan pada hari ini.

Sementara itu, saham BNBR juga menunjukkan stagnasi harga di level Rp38 per saham pada perdagangan hingga pukul 11:25 WIB. Volume perdagangan tercatat sebanyak 3,4 juta saham, jauh di bawah rata-rata volume harian sebesar 10,16 juta saham.

Dengan harga pembukaan, tertinggi, dan terendah sama-sama berada di Rp38, saham BNBR menunjukkan pola pergerakan yang sangat terbatas. Dalam setahun terakhir, saham BNBR telah melemah 24 persen, turun dari posisi Rp50 per saham. Nilai transaksi hari ini tercatat sebesar Rp129,3 juta.

Tak jauh berbeda dengan VIVA dan BNBR, pergerakan saham emiten Grup Bakrie menunjukkan dinamika yang beragam pada perdagangan hari ini. MDIA mencatat kenaikan signifikan, sementara UNSP stagnan, dan VKTR mengalami penurunan tipis.

Anindya diketahui menjabat sebagai Komisaris Utama di Intermedia Capital. Di UNSP, ia dipercaya menjadi Komisaris. Sementara itu, VKTR menujuknya sebagai Komisaris Utama perseroan.

Per November 2023, jumlah saham emiten ini tercatat sebanyak 39,21 miliar lembar saham, sementara di UNSP dan VKTR, masing-masing per Agustus 2024, jumlah saham emiten ini tercatat sebanyak 2,5 miliar lembar saham.

Saham MDIA, emiten yang bergerak di bidang media, melonjak 9,09 persen ke level Rp12 per saham. Kenaikan ini didorong volume perdagangan tinggi sebesar 13,51 juta saham, jauh melampaui rata-rata volume harian 891.526 saham.

Dengan harga pembukaan, tertinggi, dan terendah stabil di Rp12 sepanjang sesi, saham MDIA mencapai batas atas harga saham (Auto Rejection Atas/ARA). Nilai transaksi hari ini tercatat sebesar Rp162,1 juta. Meski menunjukkan performa harian yang positif, secara tahunan saham MDIA masih terkoreksi tajam, turun 76 persen dari posisi Rp50 pada tahun lalu.

Saham UNSP, emiten perkebunan milik Grup Bakrie, tidak mencatatkan perubahan harga dan tetap berada di level Rp103 per saham pada perdagangan hingga pukul 11:25 WIB. Volume perdagangan rendah, hanya 33.400 saham, dibandingkan rata-rata harian sebesar 1,29 juta saham.

Harga saham UNSP juga tidak menunjukkan pergerakan signifikan dengan harga pembukaan, tertinggi, dan terendah berada di level yang sama, yakni Rp103 per saham. Dalam satu tahun terakhir, saham ini telah terkoreksi sebesar 8,85 persen .

Saham VKTR, emiten teknologi mobilitas, melemah 0,83 persen ke level Rp119 per saham. Volume perdagangan mencapai 14,55 juta saham, tetapi masih di bawah rata-rata harian 28,82 juta saham. Harga saham sempat menyentuh level tertinggi di Rp120 dan terendah di Rp117, sebelum menutup perdagangan di Rp119.

Dengan nilai transaksi mencapai Rp1,7 miliar, saham VKTR tercatat turun 4,03 persen secara tahunan, mencerminkan tekanan pada kinerja emiten berbasis teknologi ini di tengah persaingan pasar yang ketat.

Performa harga saham yang buruk di beberapa emiten yang terafiliasi dengan Anindya, seperti VIVA dan BNBR, mencerminkan kurangnya respons positif pasar terhadap peran barunya sebagai Ketun Kadin Indonesia 2024-2029.

Stagnasi harga saham VIVA di level Rp6 dan BNBR di Rp38 menunjukkan pola pergerakan yang terbatas dengan volume perdagangan rendah, jauh di bawah rata-rata harian. Kondisi ini diperparah oleh tren penurunan signifikan selama setahun terakhir, di mana VIVA terkoreksi 88 persen dan BNBR turun 24 persen.

Meski ada kenaikan signifikan pada saham MDIA dan stabilitas di UNSP, secara keseluruhan, kinerja saham-saham Grup Bakrie masih menghadapi tantangan berat, seperti minimnya minat investor dan tekanan bisnis yang belum sepenuhnya pulih.

Hal ini menegaskan bahwa faktor kepemimpinan baru dalam organisasi besar seperti Kadin belum mampu menjadi katalis signifikan untuk membangkitkan daya tarik saham-saham ini. (*)