KABARBURSA.COM - Kenaikan harga minyak dunia kembali menjadi perhatian utama pasar setelah Brent mencatat level tertinggi sejak Agustus 2024, mencapai USD82,03 per barel untuk kontrak Maret 2024. Kenaikan ini memberi jalan mulus bagi beberapa emiten minyak nasional.
Diketahui, pada perdagangan Rabu, 15 Januari 2025, terjadi peningkatan sebesar 2,64 persen. Peningkatan tersebut dipicu oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk penurunan signifikan pada stok minyak mentah Amerika Serikat dan ancaman gangguan pasokan akibat sanksi baru terhadap sektor minyak Rusia.
Data terbaru menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS merosot sebesar dua juta barel hingga menyentuh level 412,7 juta barel per 10 Januari 2024. Angka ini jauh melampaui ekspektasi pasar yang memproyeksikan penurunan hanya sebesar 992 ribu barel.
Penurunan tersebut sebagian besar didorong oleh berkurangnya net impor minyak mentah AS sebesar 1,3 juta barel per hari ke level 2,05 juta barel per hari, sementara ekspor minyak mentah AS melonjak satu juta barel per hari menjadi 4,08 juta barel per hari.
Faktor geopolitik turut memberikan tekanan pada dinamika pasar minyak. Sanksi baru yang diumumkan oleh pemerintah AS terhadap minyak Rusia menimbulkan kekhawatiran tentang potensi terganggunya pasokan global.
Kondisi ini semakin memperketat pasar, memberikan dorongan tambahan pada harga. Namun, pengaruh ini sedikit mereda dengan adanya pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa gencatan senjata akan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januarti 2025, meskipun rincian lebih lanjut masih dibahas.
Dalam perspektif pasar saham, analis Stockbit Sekuritas Hendriko Gani, mengatakan lonjakan harga minyak ini menawarkan prospek cerah bagi perusahaan produsen dan penunjang migas, seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), dan emiten lainnya seperti PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), PT Elnusa Tbk (ELSA), serta PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD).
"Emiten-emiten ini kemungkinan akan mendapatkan sentimen positif jangka pendek, didukung oleh meningkatnya valuasi dan peluang peningkatan pendapatan," tulis Hendriko dalam paparannya yang dikutip Jumat, 17 Januari 2025.
Meskipun berbagai ketidakpastian tetap mengintai pasar energi, momen kenaikan harga minyak ini mencerminkan pentingnya sinyal fundamental seperti data stok, dinamika geopolitik, serta perilaku perdagangan global.
Sentimen positif yang muncul dari kenaikan ini memberikan harapan bagi sektor energi sekaligus menjadi pengingat tentang bagaimana kompleksnya pasar minyak yang dipengaruhi oleh berbagai faktor domestik dan global.
Untuk saat ini, pergerakan saham migas didominasi warna merah. MEDC, misalnya, hingga pukul 11.00 WIB hari ini, sahamnya turun sebesar 1,69 persen atau 20 poin dan menempatkannya di level Rp1160. Begitu pula dengan ENRG yang tersungkur ke level Rp248 setelah jatuh 0,80 persen atau 2 poin.
Saham WINS dan ELSA juga berada di zona merah. Masing-masing anjlok sebesar 0,93 persen (4 poin) dan 0,89 persen (4 poin) ke level Rp426 dan Rp446. Hanya saham LEAD yang berada di zona hijau, setelah naik ke level Rp97 atau naik signifikan 3,19 persen (3 poin).
Namun jika dilihat dari pergerakannya selama 1 bulan ini, MEDC mencatatkan kenaikan harga saham yang sangat signifikan. MEDC berhasil melesat hingga 10 persen lebih dengan capaian 115 poin.
Dalam satu bulan terakhir, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga menunjukkan dinamika pergerakan yang cukup aktif. Volume perdagangan harian mencapai 11,25 juta saham, sementara rata-rata volume bulanan berada di kisaran 30,11 juta saham.
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), juga mencatat kenaikan signifikan sebesar 5,08 persen dengan lonjakan harga sebanyak 12 poin. Saham ini diperdagangkan dengan volume 24,5 juta, meskipun rata-rata volume bulanannya jauh lebih tinggi, mencapai 100,82 juta saham.
Sementara itu, PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) mencatat pergerakan harga yang stagnan di angka 426 dalam periode yang sama, tanpa adanya perubahan nilai. Meskipun volume perdagangan bulanan tercatat pada 471.700 saham, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata volume bulanannya sebesar 4,72 juta saham.
Sedangkan PT Elnusa Tbk (ELSA) pun menampilkan kinerja yang positif dengan kenaikan 0,90 persen atau 4 poin dalam sebulan terakhir. Volume perdagangannya mencapai 3,25 juta saham, meski masih di bawah rata-rata volume bulanannya yang mencapai 15,6 juta saham. \
Sedangkan PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD), yang mencatatkan pergerakan saham harian menarik, justru secara bulanan mengalami penurunan tajam sebesar 12,73 persen atau 14 poin selama satu bulan terakhir.
Volume perdagangan LEAD tercatat pada angka 2,87 juta saham, juga lebih rendah dibandingkan rata-rata bulanan sebesar 13,54 juta saham.
Namun, secara keseluruhan, sektor energi menunjukkan performa yang kontras dengan dinamika berbeda di antara emiten-emiten utama. Kenaikan harga minyak global menjadi salah satu katalis utama yang mendukung beberapa saham, sementara faktor spesifik emiten juga turut memengaruhi pergerakan harga dan volume perdagangan.
Kombinasi antara sentimen global, fundamental emiten, dan faktor teknis pasar akan terus menjadi pendorong utama bagi pergerakan saham di sektor ini.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.