KABARBURSA.COM - Sektor perbankan tengah diselimuti angin segar setelah Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 5,75 persen pada Rabu, 15 Januari 2025.
Analis Stocknow.id Hendra Wardana, mengatakan dipangkasnya suku bunga acuan memberikan harapan baru bagi pasar, terutama sektor perbankan.
Terbukti, saham-saham perbankan langsung menunjukkan performa cemerlang dengan mencatatkan kenaikan signifikan pada penutupan perdagangan kemarin.
"Saham-saham seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI mencatatkan kenaikan tajam, masing-masing 2,89 persen, 6,48 persen, 7,63 persen, dan 6,78 persen," kata Hendra dalam keterangannya kepada Kabarbursa.com, Kamis, 16 Januari 2025.
Dengan menguatnya perfoma saham perbankan, tak luput membuat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG mengalami perbaikan.
Seperti diketahui, pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup menguat sebesar 122,99 poin atau naik 1,77 persen ke level 7.079.
Meskipun penurunan suku bunga memberikan sentimen positif, Hendra menjelaskan, penguatan IHSG di tengah ketidakpastian global tetap menghadapi tantangan.
"Sentimen negatif dari kebijakan ekonomi global, seperti Trumponomic dan potensi langkah-langkah The Fed, dapat membatasi rally IHSG dalam jangka panjang," kata dia.
Meskipun begitu, lanjut Hendra, likuiditas yang longgar diharapkan dapat mempertahankan momentum positif, setidaknya dalam waktu dekat, dengan IHSG diperkirakan akan menguji resistance di 7.197 dan support di 7.014 dalam perdagangan mendatang.
Menurutnya, untuk Januari 2025 IHSG diproyeksikan bergerak dalam rentang 7.140 hingga 7.263, dengan kemungkinan mencapai 7.300 pada kuartal pertama jika sentimen positif domestik terus mendominasi.
"Fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan pro-pasar akan sangat menentukan kemampuan IHSG untuk melanjutkan penguatannya di tengah tantangan global yang ada," jelasnya.
Keputusan penurunan suku bunga acuan sendiri diumumkan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 14-15 Januari 2025.
Penurunan sebesar 25 basis poin ini, menurut Perry, sejalan dengan upaya memastikan inflasi tetap terkendali sesuai target dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dalam pengumumannya, BI juga menyesuaikan suku bunga untuk fasilitas perbankan lainnya.
Suku bunga Deposit Facility diturunkan menjadi 5,00 persen, sementara Lending Facility kini berada di level 6,50 persen. Langkah ini diambil sebagai bentuk konsistensi kebijakan moneter yang bertujuan menjaga inflasi di sasaran 2,5±1 persen pada tahun 2025 dan 2026.
Perry menjelaskan, keputusan tersebut didukung oleh proyeksi inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil sesuai dengan fundamental ekonomi, serta kebutuhan untuk meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
Stabilitas nilai tukar rupiah menjadi salah satu fokus utama dalam kebijakan ini. Perry menekankan bahwa BI akan terus mencermati dinamika yang berkembang di pasar valuta asing untuk memastikan nilai tukar tetap terkendali, guna mendukung pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Dengan mempertahankan fokus pada fundamental ekonomi, BI mengupayakan agar kebijakan yang diambil dapat merespons perubahan kondisi global maupun nasional secara adaptif.
Langkah BI ini mencerminkan sikap optimis terhadap kondisi ekonomi Indonesia ke depan. Selain memberikan ruang tambahan bagi sektor ekonomi untuk bergerak lebih dinamis, kebijakan ini juga menunjukkan kepercayaan BI terhadap kestabilan ekonomi domestik meskipun tantangan global terus membayangi.
Perry menegaskan, BI akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas harga dan nilai tukar sambil tetap membuka peluang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Dengan penurunan suku bunga ini, sektor ekonomi diperkirakan akan mendapatkan dorongan yang signifikan. Penyesuaian ini menjadi katalis positif bagi dunia usaha dan rumah tangga, yang diharapkan mampu meningkatkan konsumsi, investasi, dan daya beli masyarakat secara keseluruhan.
Ke depan, BI akan terus memantau berbagai indikator ekonomi untuk memastikan kebijakan yang diterapkan sejalan dengan perkembangan kebutuhan domestik maupun dinamika pasar global.
Perry Warjiyo, mengatakan stabilitas rupiah lewat jalur suku bunga berjalan baik. Instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) menjadi andalan dalam memperkuat aliran modal asing ke Indonesia.
Hingga 14 Januari 2025, posisi outstanding SRBI mencapai Rp914,72 triliun, SVBI sebesar USD1,96 miliar, dan SUVBI sebesar USD436 juta. Penerbitan SRBI berhasil meningkatkan aliran dana asing dan menopang penguatan Rupiah, dengan kepemilikan nonresiden di SRBI mencapai Rp228,85 triliun atau 25,02 persen dari total outstanding.
Sejak implementasi dealer utama (primary dealer) pada Mei 2024, transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antar pelaku pasar mengalami peningkatan signifikan. Hal ini memperkuat efektivitas instrumen moneter dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan mengendalikan inflasi.
Ke depan, BI berkomitmen mengoptimalkan inovasi instrumen pro-pasar dari sisi volume dan imbal hasil untuk mempercepat pendalaman pasar uang dan valas serta menarik lebih banyak aliran modal asing.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.