KABARBURSA.COM - Perusahaan penyedia kain, seragam, dan fashion, PT Trisula Textile Industries Tbk atau dalam kode saham BELL berencana meningkatkan fleksibilitas operasional dan inovasi produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen di tengah persaingan barang impor.
Direktur Utama BELL Karsongno Wongso Djaja, mengatakan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini masih menghadapi tantangan akibat tingginya persaingan dengan barang impor dan lemahnya daya beli masyarakat.
Kendati demikian, BELL yakin untuk tumbuh melalui pengembangan produk inovatif dan penguatan lini bisnis ritel, seperti merek JOBB dan Jack Nicklaus.
“BELL akan terus memprioritaskan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan industri, karena kondisi bisnis Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) saat ini masih cukup menantang selama belum ada dukungan kebijakan dari pemerintah,” ujar Karsongno melalui keterangan tertulisnya, Rabu, 15 Januari 2025.
Pernyataan tersebut dia kaitkan dengan proyeksi Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), yang menyebut bahwa kondisi bisnis di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tahun 2025 masih akan terpuruk akibat serbuan barang impor di saat daya beli masyarakat berpotensi melemah.
Agar tetap adaptif terhadap perkembangan pasar, menurut dia, BELL harus terus berupaya mengembangkan lini produk ritel JOBB dan Jack Nicklaus. Penyesuaian desain pakaian dan fashion dilakukan agar selaras dengan kebutuhan pasar, yang sangat berorientasi pada tren market-driven.
Selain itu, Perusahaan juga memanfaatkan kemampuan divisi riset dan pengembangan (R&D) untuk menghadirkan produk inovatif yang mampu memenuhi permintaan pelanggan.
Sampai akhir 2024 lalu, perusahaan mencatat telah mengoperasikan 187 titik penjualan, terdiri dari 130 POS JOBB dan 57 POS Jack Nicklaus. Sementara untuk 2025, BELL menargetkan penambahan outlet baru dengan mempertimbangkan potensi pasar di berbagai wilayah.
Perusahaan itu juga berencana meningkatkan efisiensi operasional dengan memperbarui mesin produksi.
Karsongno menyebut, pada awal 2025 perusahaan juga berencana memperbarui mesin produksi dengan memasang mesin washer dryer baru untuk memastikan kualitas kain yang optimal sebelum diproses lebih lanjut.
Mesin itu dilengkapi dengan teknologi heat recovery system, yang mampu mengurangi konsumsi energi, 15 hingga 20 persen. Langkah tersebut dinilai tidak hanya mendukung pengurangan biaya operasional, tetapi juga memperkuat komitmen Perusahaan terhadap keberlanjutan lingkungan.
Langkah ekspansi itu diharapkan dapat memperkuat posisi BELL di pasar ritel Indonesia, seiring dengan upaya perusahaan untuk terus berinovasi dan tumbuh secara adaptif di tengah tantangan industri tekstil yang dinamis.
PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL), anak usaha dari PT Trisula International Tbk (TRIS: IJ), merupakan pemain utama dalam industri tekstil Indonesia yang berfokus pada penyediaan kain dan garmen terintegrasi, termasuk distribusi dan ritel. Berpusat di Cimahi, Jawa Barat, BELL telah beroperasi selama lebih dari 50 tahun, beradaptasi dengan berbagai perubahan tren pasar.
Sejak mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017, BELL terus memperkuat permodalan untuk mendukung pertumbuhan bisnis. Produk unggulan BELL, seperti kain berbahan 100 persen polyester dan poly-viscose protective fabric, telah dikenal di pasar domestik dan internasional melalui merek Bellini dan Caterina.
Mengutip dari laporan keuangan terbaru, hingga kuartal III tahun 2024, BELL mencatatkan kapitalisasi pasar sebesar Rp428 miliar dengan nilai perusahaan (enterprise value) mencapai Rp639 miliar. Pendapatan tahunan (trailing twelve months/TTM) tercatat sebesar Rp606 miliar, dengan laba kotor mencapai Rp191 miliar dan margin laba kotor 32,81 persen.
Di sisi lain, margin laba operasi berada di level 4,83 persen, sedangkan laba bersih perusahaan mencapai Rp9 miliar, dengan margin laba bersih hanya 0,95 persen. Kendati demikian, laba bersih BELL tumbuh signifikan sebesar 44,34 persen secara tahunan (year-on-year) pada kuartal III 2024, disertai pertumbuhan pendapatan sebesar 18,86 persen.
Struktur permodalan BELL juga terbilang sehat dengan rasio utang terhadap ekuitas sebesar 0,76. Rasio utang jangka panjang tercatat rendah di angka 0,18, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjaga stabilitas finansial. Namun, arus kas bebas (free cash flow) tercatat minus Rp42 miliar pada TTM, meskipun kas operasional berhasil mencatatkan angka positif sebesar Rp24 miliar.
BELL menunjukkan komitmen terhadap pemegang saham dengan membagikan dividen sebesar 0,35 per saham pada tahun ini. Rasio pembayaran dividen tercatat sebesar 20,68 persen, mencerminkan kebijakan distribusi laba yang berimbang antara memberikan imbal hasil kepada investor dan menjaga kas perusahaan.
Sebagai produsen kain berkualitas tinggi, BELL terus berinovasi untuk mempertahankan daya saing di pasar domestik dan global. Dukungan struktur permodalan yang sehat dan peningkatan kinerja operasional menjadi modal kuat untuk menghadapi tantangan di industri tekstil yang dinamis.
BELL berkomitmen untuk terus melayani kebutuhan pasar dengan inovasi produk serta berkontribusi pada perekonomian nasional melalui ekspansi bisnis yang berkelanjutan.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.