KABARBURSA.COM - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan rencana kerja sama dengan PT Petrosea Tbk (PTRO) untuk penandatanganan kontrak jasa pertambangan senilai USD1 miliar atau sekitar Rp16 triliun. Kerja sama ini akan mencakup proyek di area Bahodopi Blok 2 dan 3, Sulawesi Tengah.
Corporate Secretary PTRO, Wiwik Wahyuni, menyatakan bahwa PT Petrosea telah dinyatakan sebagai pemenang tender melalui proses lelang yang mematuhi tata kelola perusahaan yang baik. "Proses penandatanganan kontrak oleh kedua pihak diharapkan rampung pada Maret 2025," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Rabu 15 Januari 2024.
Kontrak ini memiliki nilai pekerjaan yang signifikan dengan durasi 10 tahun. Area yang menjadi fokus proyek meliputi pengupasan lapisan tanah, penambangan dan pengangkutan bijih nikel, hingga pembangunan infrastruktur pendukung jasa pertambangan.
Menurut Wiwik, kerja sama ini akan memperkuat operasional PT Vale dengan tambahan produksi bijih nikel dari Bahodopi Blok 2 dan 3, yang akan melengkapi produksi dari Blok Sorowako, lokasi yang telah lama menjadi andalan.
"Kontrak ini merupakan langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan, sekaligus mendukung target peningkatan produksi bijih nikel secara optimal," tegasnya.
Dengan potensi besar dari proyek ini, PT Vale dan PT Petrosea berkomitmen untuk menghadirkan dampak positif terhadap operasional pertambangan nasional, khususnya di Sulawesi Tengah.
PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) melaporkan keberlanjutan eksplorasi pada Oktober hingga Desember 2024 dengan konsentrasi di wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
Corporate Secretary INCO, Wiwik Wahyuni, dalam keterangan tertulisnya, menyebutkan total anggaran eksplorasi kuartal IV 2024 mencapai USD3.444.898,54.
Pada Oktober, INCO menginvestasikan USD1.259.875,99 untuk eksplorasi di Blok Sorowako dan Sorowako Outer Area, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, serta Blok Bahodopi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dan Blok Pomalaa di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Hasil pengujian sedang dihitung menggunakan metode ordinary krigging di Sorowako. Kegiatan eksplorasi dilakukan dengan pengeboran core drilling HQ-3 pada jarak 100 meter dan 50 meter untuk meningkatkan level sumber daya. Pengeboran 100 meter difokuskan di Blok 4 Pomalaa, sementara pengeboran 50 meter dilakukan di Bukit Petea D North (Blok Petea), Blok 4 Pomalaa, dan Blok Bahodopi (3D, 3C, 3F).
Eksplorasi berlanjut pada November dengan anggaran USD1.180.395,75. Program pengeboran jarak 25 meter dilakukan di Bukit Petea B dan Petea D North (Blok Petea). Selain itu, survei geofisika dengan metode geolistrik (ERT) dilaksanakan di Bukit Petea D North (Blok Petea), serta di Blok 5 dan Blok 1 Tetenggala, Pomalaa.
Metode core drilling HQ-3 kembali digunakan dengan jarak pengeboran 100 meter dan 50 meter untuk memperkuat data sumber daya.
Pada Desember, INCO mengalokasikan USD1.007.626,80 untuk pengeboran di Blok 4 Pomalaa, Blok 3H Bahodopi, dan Bukit Petea D North (Blok Petea) dengan jarak 50 meter. Pengeboran jarak 25 meter juga dilakukan di Bukit Konde (Blok Barat Sorowako) dan Bukit Petea B (Blok Petea).
Pengukuran geofisika melalui metode geolistrik (ERT) dilanjutkan di Bukit Petea B dan Blok 5 Pomalaa. Seluruh aktivitas ini bertujuan mendapatkan profil laterit yang lebih lengkap.
Dengan kegiatan eksplorasi intensif ini, PT Vale Indonesia terus memperkuat potensi cadangan sumber daya di wilayah operasionalnya.
Prospek di sektor minerba masih menunjukkan tren positif hingga kuartal III-2024. Hal ini nampak dari kenaikan laba bersih di sejumlah emiten yang berkaitan dengan pertambangan batu bara, seperti halnya PT Petrosea Tbk (PTRO).
Dikutip dari laman Stockbit, laba bersih positif hingga kuartal III-2024 meningkat secara signifikan meski tidak lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
PTRO menunjukkan performa keuangan yang variatif dalam beberapa tahun terakhir, mencerminkan tantangan dan potensi di sektor energi dan konstruksi.
Berdasarkan data per kuartal ketiga hingga 30 September 2024, perusahaan berhasil mencatatkan laba bersih tahunan (annualised net income) sebesar Rp58 miliar, angka yang mengalami penurunan signifikan dibandingkan Rp188 miliar di tahun 2023.
Kendati demikian, PTRO tetap mampu mempertahankan nilai laba bersih positif, menunjukkan stabilitas perusahaan di tengah fluktuasi industri.
Pendapatan tahunan PTRO juga menunjukkan dinamika yang menarik, dengan total revenue atau pendapatan perusahaan mencapai Rp638 miliar pada tahun 2022, meskipun terjadi penurunan yang cukup tajam menjadi Rp188 miliar di tahun 2023.(*)