Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Indonesia Gabung BRICS: Asa Industri Tekstil Perluas Pasar

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 15 January 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Redaksi
Indonesia Gabung BRICS: Asa Industri Tekstil Perluas Pasar

KABARBURSA.COM - Indonesia baru-baru ini mengumumkan bergabung dalam keanggotaan BRICS atau Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Keputusan ini dinilai berbagai pihak memberikan dampak signifikan bagi sektor perdagangan dan ekonomi.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wiraswasta membeberkan dampak keanggotaan BRICS terhadap industri tekstil dan produk tekstil (TPT) belum begitu terasa. Dia malah menilai bergabungnya Indonesia dalam BRICS dapat membuka peluang baru memperluas pasar-pasar besar yang selama ini sulit dijangkau, seperti Rusia, Brasil, dan India.

"Selama ini, pasar ekspor Indonesia untuk sektor TPT lebih banyak didominasi oleh Amerika Serikat 30 persen, Uni Eropa 20 persen, dan Jepang 10 persen. Sedangkan, pasar negara-negara seperti Rusia, Brasil, dan India belum menjadi fokus utama," kata Redma kepada Kabarbursa.com pada Rabu, 15 Januari 2025.

Menurut dia, negara-negara yang belum tersentuh disebabkan oleh berbagai hambatan seperti jarak, kurangnya preferensi tarif dan terbatasnya akses pasar. Redma optimis dengan keanggotaan Indonesia ke BRICS diharapkan hambatan tersebut bisa dikurangi. "Sehingga Indonesia memiliki peluang lebih besar untuk memperluas ekspor TPT ke pasar-pasar non-tradisional," ujar dia.

Redma berharap regulasinya diselaraskan dengan kebijakan pemerintah dan upaya swasta untuk bersama-sama mengidentifikasi potensi pasar ang dapat dimanfaatkan, serta hambatan perdagangan yang perlu dinegosiasikan.

Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump mengancam menaikkan tarif 100 persen untuk barang-barang masuk ke AS. Redma menilai ketegangan itu sudah menyasar ke sektor TPT China sejak dulu. "Meskipun Indonesia belum merasakan dampak langsung dari kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump terhadap barang-barang asal Cina, hambatan perdagangan non-tarif yang lebih ketat terhadap China dapat membuka peluang bagi Indonesia untuk mengisi celah pasar yang ditinggalkan," ucap dia.

Redma meminta pemerintah dapat memperkuat kolaborasi dan mempercepat sosialisasi tentang manfaat keanggotaan BRICS, serta menggali potensi ekspor sektor TPT ke negara-negara anggota BRICS.

Dalam jangka panjang, Indonesia diharapkan dapat memperoleh lebih banyak akses ke pasar global, terutama di negara-negara dengan konsumsi tinggi seperti Rusia, Brasil, dan India, yang selama ini belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh industri tekstil Indonesia.

Sementara pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi memprediksi dampak bergabungnya keanggotaan Indonesia dengan BRICS baru akan terasa pada kuartal kedua 2025.

"Ya mungkin di kuartal kedua ya baru akan kelihatan. Karena kita kan harus ada penyesuaian," kata Ibrahim kepada KabarBursa.com dikutip Rabu, 15 Januari 2025.

Ia juga menyoroti beberapa faktor penting yang menjadi perhatian pasar, termasuk potensi dampak BRICS pada stabilitas ekonomi nasional dan penggunaan mata uang lokal.

 Kerja Sama Multilateral

Ekonom HSBC menyebut prospek perdagangan Indonesia semakin mentereng usai bergabung dengan kelompok BRICS. BRICS atau singkatan dari Brazil, Rusia, India, China, dan South Afrika [Afrika Selatan] mencakup 40 persen populasi dunia dan 35 persen produk domestik bruto (PDB) global.

“Jika [keanggotaan Indonesia di BRICS] berjalan dengan perjanjian perdagangan yang lebih baik antara negara-negara tersebut, saya pikir itu bisa menjadi jalur yang baik untuk meningkatkan ekspor,” ujar Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari dalam kegiatan HSBC: Indonesia and Asia (Investment & Economic) Outlook 2025 di Jakarta, Kamis 9 Januari 2025.

Pranjul mengatakan bahwa seiring berjalannya waktu, peluang perdagangan tersebut berpotensi mendorong pertumbuhan PDB riil Indonesia. Namun, ia juga menilai terdapat sejumlah negara belum sepenuhnya memanfaatkan peluang ekonomi yang ditawarkan oleh BRICS. Dia meyakini, BRICS merupakan platform penting untuk memperkuat kerja sama multilateral Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global. BRICS sendiri juga dinilai menjadi pintu perluasan pasar baru untuk Indonesia, serta dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

“Saya pikir partisipasi ke dalam blok ekonomi seperti BRICS sangat penting untuk peluang ekonomi jangka menengah,” kata Pranjul.

Respon Kadin Indonesia

Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri alias Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid buka suara terkait pengakuan resmi Indonesia sebagai anggota penuh BRICS atau singkatan dari Brazil, Russia, India, China, dan South Africa.

“Kadin Indonesia menyambut bergabungnya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS, sebuah momen bersejarah yang mengukuhkan posisi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi global,” ujar Arsjad melalui keterangan resminya yang di kutip, Selasa 7 Januari 2025.

Menurutnya keanggotaan Indonesia di BRICS membuka peluang besar untuk memperluas kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi dengan negara-negara BRICS. Dia juga menilai hal ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Keanggotaan tersebut juga membawa tanggung jawab baru, antara lain memitigasi persaingan global yang semakin ketat. Namun, Kadin Indonesia yakin bahwa dengan sinergi erat antara pemerintah dan dunia usaha, keanggotaan ini akan menjadi kekuataan untuk memperkuat fundamental ekonomi, mendorong inovasi, dan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru,” jelas Arsjad.(*)