KABARBURSA.COM - Harga emas dunia terus menguat pada Selasa, 14 Januari 2025, waktu Amerika Serikat atau Rabu dini hari WIB, setelah data inflasi AS menunjukkan hasil yang sedikit lebih rendah dari perkiraan. Hal ini memunculkan secercah harapan bagi investor bahwa Federal Reserve (The Fed) akan melanjutkan kebijakan penurunan suku bunga tahun ini, yang berdampak pada pelemahan dolar AS.
Dilansir dari Consumer News and Business Channel International di Jakarta, Rabu, harga emas spot naik 0,3 persen menjadi USD2.668,91 per ounce (sekitar Rp42,7 juta). Sementara itu, emas berjangka AS naik 0,1 persen menjadi USD2.682,20 per ounce (sekitar Rp42,9 juta).
Data terbaru menunjukkan Indeks Harga Produsen (PPI) AS tumbuh 3,3 persen secara tahunan pada Desember, lebih rendah dari prediksi ekonom sebesar 3,4 persen menurut survei Reuters.
“Data PPI yang lebih dingin membuat indeks dolar AS melemah yang (kemudian) mendukung kenaikan harga emas. Inflasi yang lebih rendah memberi sinyal bahwa The Fed mungkin dapat menurunkan suku bunga lebih cepat,” kata Analis senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Pelemahan dolar membuat emas lebih murah bagi pembeli internasional. Kini, perhatian investor tertuju pada data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang akan dirilis Rabu. Survei Reuters memperkirakan inflasi tahunan naik 2,9 persen, naik dari 2,7 persen pada November, dengan kenaikan bulanan sebesar 0,3 persen.
“Kita perlu melihat kemajuan inflasi yang berlanjut agar ekspektasi pemangkasan suku bunga tetap hidup,” ujar Kepala strategi pasar di Blue Line Futures, Phillip Streible.
Data dari LSEG menunjukkan bahwa pasar memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 29,4 basis poin hingga akhir tahun.
Logam mulia seperti emas kerap menjadi lindung nilai terhadap inflasi. Namun, suku bunga yang lebih tinggi mengurangi daya tarik emas karena emas tidak menghasilkan imbal hasil seperti obligasi.
Sementara itu, Presiden AS terpilih Donald Trump akan kembali menduduki Gedung Putih pada 20 Januari dan berjanji untuk memberlakukan tarif perdagangan baru. Analis memprediksi kebijakan ini dapat memicu perang dagang dan meningkatkan inflasi.
UBS mencatat penguatan dolar dan imbal hasil obligasi AS yang tinggi kemungkinan akan menjadi tantangan bagi emas di paruh pertama tahun ini. Namun, permintaan emas sebagai diversifikasi aset diperkirakan mampu mengimbangi hambatan tersebut.
Di sisi lain, harga perak spot naik 0,6 persen menjadi USD29,77 per ounce (sekitar Rp476.320). Namun, harga platinum turun 1,8 persen menjadi USD936,55 (sekitar Rp14,98 juta), dan palladium melemah 0,3 persen menjadi USD935,50 (sekitar Rp14,96 juta).
Harga emas dunia sebelumnya turun pada Senin waktu Amerika Serikat karena dolar melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun setelah data laporan pekerjaan yang menguat. Kondisi ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan berhati-hati dalam memotong suku bunga tahun ini.
Seperti dikutip dari Reuters, harga emas spot turun 1 persen menjadi USD2.661,76 per ounce pada Senin, 13 Januari 2025. Harga mencapai level tertinggi dalam sebulan pada hari Jumat, 10 Januari 2025. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup turun 1,3 persen pada USD2.678,60.
“Kami mendapatkan laporan pekerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan, yang memperkuat dolar AS dan hasil Treasury.(Pergerakan emas yang lebih rendah) ini adalah tindak lanjut dari laporan yang lebih kuat dari perkiraan,” kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures kepada Reuters.
“Ada juga aksi ambil untung setelah emas mengalami minggu yang baik minggu lalu,” imbuh Haberkorn.
Indeks dolar naik ke level tertinggi sejak November 2022 setelah laporan pekerjaan AS menyoroti kekuatan ekonomi dan membuat prospek Fed menjadi kurang jelas. Dolar yang lebih tinggi membuat emas batangan lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
Donald Trump akan dilantik sebagai presiden AS minggu depan. Tarif yang diusulkannya dan kebijakan perdagangan proteksionis diharapkan bersifat inflasioner dan dapat memicu perang dagang, yang meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe-haven.
Investor kini menantikan data inflasi AS, klaim pengangguran mingguan, dan data penjualan ritel minggu ini untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut tentang ekonomi dan rencana kebijakan Fed.
“Jika data inflasi CPI pada hari Rabu menunjukkan tanda-tanda masih bertahan, maka seruan untuk pemotongan suku bunga di paruh pertama tahun ini akan kembali ditolak,” kata analis pasar di City Index dan FOREX.com, Fawad Razaqzada.
Saat ini, pasar memperkirakan pemotongan sebesar 25 basis poin tahun ini, dibandingkan dengan ekspektasi 40 basis poin minggu lalu.
Suku bunga yang lebih tinggi membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik. Harga perak spot turun 2,6 persen menjadi USD29,62 per ounce, platinum turun 1,4 persen menjadi USD950,90, dan paladium turun 0,5 persen menjadi USD943,50.(*)