Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Emas Dunia Melonjak di Tengah Penguatan Dolar dan Sanksi AS

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 13 January 2025 | Penulis: Citra Dara Vresti Trisna | Editor: Redaksi
Harga Emas Dunia Melonjak di Tengah Penguatan Dolar dan Sanksi AS

KABARBURSA.COM – Sejumlah analis memprediksi harga emas dunia pada pekan ini naik secara signifikan. Kenaikan harga emas ini bakal terus meningkat di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

“Kita bisa lihat dolar AS menguat, emas juga menguat. Jadi memang sentimen emas jauh lebih kuat dari dolar AS sendiri,” kata analis pasar uang Lukman Leong kepada kabarbursa.com, Minggu, 12 Januari 2025.

Lukman mengungkapkan bahwa akan muncul kekhawatiran pada pekan depan usai presiden terpilih Donald Trump dilantik. Meski demikian, ia memprediksi harga emas masih bisa lebih tinggi.

Lebih jauh, Lukman mengungkapkan bahwa faktor utama yang menyebabkan harga emas pada pekan ini adalah permintaan dari Bank Sentral, permintaan dari China dan beberapa faktor yang bersumber dari ketegangan geopolitik.

“Jadi China yang paling utama dan diyakini permintaan ini masih akan kuat dan terus berlangsung. Itu hal yang positif dan sifatnya jangka panjang. Ditambah lagi dengan prediksi terkait Bank Central dunia yang masih akan melanjutkan pemangkasan suku bunga,” ujarnya.

Sedangkan untuk faktor ketegangan geopolitik, kata dia, tidak dapat diprediksi seperti perang Ukraina dan Timur Tengah. Berbagai ketegangan geopolitik ini disinyalir membuat ekonomi akan tetap lesu pada tahun depan.

“Ekonomi China juga tidak akan terlalu kuat. Amerika, kalau dari sisi Trump, itu benar-benar melancarkan perang dagang itu Proteksionisme itu akan memperparah keadaan ekonomi global dan AS juga. Jadi itu akan menjadi dukungan bagi permintaan safe haven,” ujarnya.

Sementara itu, pengamat komoditas dan founder traderindo.com, Wahyu Tribowo mengungkapkan bahwa XAUUSD masih konsolidatif dan berada pada level USD2.600-2700. Menurutnya secara fundamental, XAUUSD Tertekan sehingga masih menjauh dari ATH atau all time high.

“Didukung data NFP AS yang bagus, sesuai dengan Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir menunjukkan pelambatan pengetatan moneter sehingga outlook cut rate berkurang di 2025,” kata Wahyu kepada kabarbursa.com, Minggu, 13 Januari 2025.

Menurutnya, salah satu yang menjadi pendorong penguatan harga emas pada pekan ini adalah kebijakan Trump, terutama terkait dengan perang tarif dengan China, Rusia dan Kanada.

“Juga geopolitik Rusia dan Middle East. Kemudian pelambatan China dan ancaman deflasi yg memicu stimulus luar biasa,” ujarnya.

Sanksi Terhadap Rusia

Sementara itu, pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa harga emas pada Minggu, 12 Januari 2025 berada pada level USD2.700. Sedangkan pada hari Senin, 13 Januari 2025 diproyeksikan turun di level USD2.670.

“Salah satu penyebabnya sebenarnya kalau lihatin indeks dolar itu menguat kemungkinan besar 110-an. berarti minyak sama emas dunia ini menguat itu salah satu nyebabnya adalah Amerika memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia yaitu untuk minyak mentah,” kata Ibrahim saat dihubungi kabarbursa.com, Minggu, 13 Januari 2025.

Sebelumnya, harga emas dunia yang sempat menguat pada Selasa kemarin akhirnya hari ini tertekan oleh penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah setelah data menunjukkan kenaikan lapangan kerja yang mengejutkan. Kabar ini memunculkan spekulasi bahwa The Fed akan memperlambat pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

Dilansir dari Consumer News and Business Channel di Jakarta, Rabu, 8 Januari 2025, harga emas di pasar spot naik 0,5 persen ke USD2.647,59 per ons, setelah sebelumnya sempat melonjak hingga 1 persen. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS naik 0,6 persen menjadi USD2.662,60 per ons.

“Kenaikan lapangan kerja yang lebih tinggi dari perkiraan dan data sektor jasa yang tetap kuat menunjukkan ekonomi masih tangguh, meskipun ancaman inflasi tetap ada. Hal ini kemungkinan membuat The Fed menahan diri untuk memotong suku bunga, setidaknya hingga Maret,” ujar Wakil Presiden dan Analis Senuor di Zaner Metals, Peter Grant.

Indeks dolar AS kembali menguat setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja tetap stabil dan sektor jasa masih kokoh. Hal ini memberi sinyal bahwa The Fed mungkin akan memperlambat laju pemangkasan suku bunga.

Menurut data terbaru, jumlah lowongan pekerjaan di AS bertambah 259.000 menjadi 8,098 juta pada akhir November 2024, meskipun laju perekrutan melambat.

Selain itu, ketidakpastian perihal kebijakan tarif menjelang pelantikan Donald Trump pada 20 Januari memicu kekhawatiran akan lonjakan inflasi yang bisa menghambat The Fed untuk memangkas suku bunga lebih agresif. Meskipun emas dikenal sebagai aset pelindung dari inflasi, kenaikan suku bunga justru menekan daya tarik logam mulia karena tidak memberikan imbal hasil.

Pelaku pasar kini menunggu laporan tenaga kerja AS pada Jumat mendatang, serta data pekerjaan ADP dan risalah pertemuan Desember The Fed yang akan dirilis pada Rabu untuk mencari petunjuk kebijakan moneter selanjutnya. Sementara itu, bank sentral China menambah cadangan emasnya untuk bulan kedua berturut-turut pada Desember, menurut data resmi.

“Langkah pembelian emas oleh China ini kemungkinan akan terus menopang harga logam mulia,” kata Analis Senior di ActivTrades, Ricardo Evangelista. (*)