KABARBURSA.COM – Pemerintah kembali mencatatkan keberhasilan dalam penerbitan Surat Utang Negara (SUN) di pasar global. Kali ini, pemerintah menerbitkan global bonds dengan format SEC Shelf Registered sebesar USD2 miliar dan EUR1,4 miliar. Penerbitan ini menjadi yang ke-16 bagi Indonesia dengan menggunakan format tersebut, dan menunjukkan konsistensi serta kredibilitas dalam mengakses pasar keuangan internasional.
Proses pricing atas obligasi ini telah dilaksanakan pada 8 Januari 2025, dengan tanggal setelmen atau penerbitan efektif pada 15 Januari 2025. Penerbitan global bonds ini terdiri dari empat seri dengan tenor bervariasi, yakni 5 tahun, 8 tahun, 10 tahun, dan 12 tahun.
Seri RI0130 diterbitkan dengan tenor 5 tahun dan jatuh tempo pada 15 Januari 2030 dengan nominal USD900 juta, tingkat kupon 5,250 persen, dan yield sebesar 5,300 persen,. Sementara itu, seri RIEUR0133 memiliki tenor 8 tahun dan jatuh tempo pada 15 Januari 2033 dengan nilai EUR 700 juta, kupon 3,875 persen, dan yield 3,917 persen.
Direktorat Surat Utang Negara Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, memaparkan pemerintah juga akan menerbitkan seri RI0135 bertenor 10 tahun yang akan jatuh tempo pada 15 Januari 2035 dengan nominal USD 1,1 miliar, tingkat kupon 5,600 persen, dan yield sebesar 5,650 persen. Di sisi lain, seri RIEUR0137 yang memiliki tenor 12 tahun akan jatuh tempo pada 15 Januari 2037, dengan nominal EUR 700 juta, kupon 4,125 persen, dan yield sebesar 4,251 persen.
Seluruh seri obligasi ini dilengkapi dengan fitur Par Call yang memberikan fleksibilitas pelunasan sebelum jatuh tempo, yaitu 1 bulan untuk RI0130, 6 bulan untuk RIEUR0133, 3 bulan untuk RI0135, dan 6 bulan untuk RIEUR0137.
Penerbitan SUN ini mendapat respons positif dari investor global, yang tercermin dari total permintaan (orderbook) mencapai USD6,1 miliar dan EUR2,5 miliar. Tingginya minat tersebut memungkinkan pemerintah untuk menetapkan tingkat imbal hasil (yield) yang lebih rendah di seluruh tenor.
Final yield untuk obligasi USD masing-masing sebesar 5,300 persen (5 tahun) dan 5,650npersen (10 tahun), sedangkan untuk denominasi EUR sebesar 3,917 persen (8 tahun) dan 4,251 persen (12 tahun).
Keberhasilan transaksi ini menjadi bukti kuatnya dukungan investor global terhadap Indonesia, yang didorong oleh fundamental ekonomi solid dan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terjaga. Dana hasil penerbitan ini akan digunakan untuk mendukung pembiayaan APBN 2025, termasuk untuk pembiayaan pembangunan di berbagai sektor prioritas.
Seluruh seri obligasi ini mendapatkan peringkat kredit Baa2 dari Moody’s, BBB dari Standard & Poor’s, dan BBB dari Fitch Ratings. Obligasi tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek Singapura dan Bursa Efek Frankfurt. Dalam penerbitan ini, pemerintah menunjuk ANZ, BofA Securities, HSBC, J.P. Morgan, dan Standard Chartered Bank sebagai Joint Bookrunners, serta PT BRI Danareksa Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk sebagai Domestic Dealers.
Sementara, pemerintah kembali menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dalam valuta asing dengan total nilai Rp55,8 triliun. SUN ini diterbitkan dalam dua mata uang, yaitu 2 miliar dolar AS (setara Rp32,4 triliun dengan kurs Rp16.200) dan 1,4 miliar euro (setara Rp23,4 triliun dengan kurs Rp16.708).
Penerbitan itu dilakukan dengan format SEC Shelf Registered, menjadi yang ke-16 kali bagi Pemerintah menerbitkan global bonds.
Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menjelaskan penawaran tersebut mampu menarik minat investor global hingga mencapai total orderbook 6,1 miliar dolar AS dan 2,5 miliar euro. Seperti dalam keterangannya, dikutip di Jakarta, Jumat, 10 Januari 2024.
Dengan orderbook yang cukup solid tersebut, Pemerintah dapat menurunkan tingkat imbal hasil untuk seluruh tenor yang ditawarkan kepada investor.
Terdapat empat seri yang ditawarkan dengan tenor bervariasi.
Untuk tenor dolar AS 5 tahun (Seri RI0130), nominal penerbitan sebesar 900 juta dolar AS dengan tanggal jatuh tempo 15 Januari 2030. Kupon ditetapkan sebesar 5,250 persen dengan imbal hasil akhir (final yield) sebesar 5,300 persen.
Sementara tenor 10 tahun (Seri RI0135), nominal penerbitan senilai 1,1 miliar dolar AS dengan jatuh tempo 15 Januari 2035. Penawaran kupon sebesar 5,600 persen dengan yield 5,650 persen.
Di sisi lain, untuk denominasi euro, tenor 8 tahun (Seri RIEUR0133) nominal penerbitan 700 juta euro dan jatuh tempo 15 Januari 2033, dengan kupon 3,875 persen dan yield 3,917 persen.
Sedangkan tenor 12 tahun (Seri RIEUR0137) nominal penerbitan sebesar 700 juta euro dan jatuh tempo 15 Januari 2037, dengan kupon 4,125 persen dan yield 4,251 persen.
Jumlah incoming bids terbesar terdapat pada tenor 5 tahun, dengan total penawaran sebesar Rp14,27 triliun (28,42 persen dari total incoming bids) dan dimenangkan sebesar Rp8,45 triliun (39,3 persen dari total awarded bids).
“Incoming bids terbesar adalah pada tenor 5 tahun yaitu Rp14,27 triliun (28,42 persen dari total incoming bids) dan dimenangkan sebesar Rp8,45 triliun (39,3 persen dari total awarded bids),” terangnya.
Kemudian, volatilitas pasar keuangan dalam beberapa waktu terakhir mempengaruhi kenaikan tingkat imbal hasil SBN secara umum. Dalam lelang ini, Weighted Average Yield (WAY) Obligasi Negara mengalami kenaikan sekitar 4-5 bps dibandingkan dengan pasar sekunder sebelumnya.
Hal itu disebabkan oleh faktor global, seperti ekspektasi tingkat bunga tinggi the Fed untuk waktu yang lebih lama (high for longer) dan meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah, mendorong kenaikan tingkat imbal hasil SBN secara umum.
“Sehingga, WAY Obligasi Negara yang dimenangkan pada lelang SUN hari ini bergerak naik antara 4-5 bps dibandingkan dengan level yield pasar sekunder pada penutupan sehari sebelumnya,” jelasnya.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.