Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Saham RATU Melesat 55,4 Persen Sejak IPO, Peluang atau Risiko?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 11 January 2025 | Penulis: Harun Rasyid | Editor: Redaksi
Saham RATU Melesat 55,4 Persen Sejak IPO, Peluang atau Risiko?

KABARBURSA.COM - Saham PT Raharja Energi Cepu Tbk atau dengan kode saham (RATU) terus mengalami lonjakan sejak Iniative Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada 8 Januari 2025.

Saat IPO, Harga saham RATU dibuka Rp1.150 per saham, namun pada penutupan perdagangan per 10 Januari 2025, harganya sudah melesat di angka Rp2.230 per lembar saham.

Saham RATU terpantau naik 795 poin dan mengalami peningkatan sebesar 55,40 persen dalam kurun waktu tersebut. Lalu apakah emiten perusahaan tersebut menarik untuk investasi?

Menurut Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo, saham RATU yang baru IPO beberapa hari lalu ini mungkin sementara ini menarik untuk investasi jangka pendek, mengingat sifat saham yang fluktuatif.

"Saham itu tergantung dari fundamentalnya ya. mungkin (RATU) fundamentalnya di tahun 2024 sedang bagus. Biasanya, emiten-emiten ini akan mempertahankan fundamental keuangannya supaya tetap stabil. Kalau stabil, itu juga akan mengangkat secara positif. Tapi harus diingat bahwa pergerakan saham itu fluktuatif dan tidak akan naik terus," ujarnya saat dihubungi Kabarbursa.com, Jumat 10 Januari 2025.

Ibrahim menyebut, saham RATU jika terus mengalami kenaikan bisa mengalami koreksi yang menyebabkan penurunan.

"Secara teknikal, harga saham ini tidak mungkin akan naik terus. Kalau harga naik terus, siapa yang mau beli? Pasti ada koreksi-koreksi. Bisa saja, kalau harga naik tinggi, kemudian sudah kelihatan bahwa tidak akan lagi ada yang melakukan pembelian, kemudian dari situlah banyak yang taking profit," jelasnya.

"Taking profit ini sebenarnya dimanfaatkan oleh investor-investor tersebut untuk mengambil di posisi terendah. Selain itu pada saat kondisi global mengalami penurunan, itu pasti akan berdampak terhadap saham-saham. Kalau saham-saham gambarannya turun, pasti itu akan berdampak terhadap emiten. Emiten itu juga pasti akan mengalami penurunan," sambungnya.

Meski begitu Ibrahim memproyeksikan, penurunan saham RATU tidak akan terlalu signifikan mengingat perusahaannya yang tidak berbasis komoditas.

"Jadi saham ini kemungkinan besar bisa lebih stabil untuk pergerakannya. kemudian saat naiknya terlalu signifikan itu juga harus hati-hati. Karena pasti Bursa Efek Indonesia akan mengawasi. Tetapi kalau seandainya harganya stabil, kemudian kenaikannya tidak mencolok, ini cukup bagus untuk dijadikan sebagai emiten yang diinvestasikan ke depannya," terangnya.

Kemudian dengan melihat kondisi ekonomi global yang tidak menentu, Ibrahim menyarankan agar para investor hati-hati dalam memilih emiten untuk investasi. Terutama saham yang baru IPO biasanya digunakan investor hanya untuk mencari keuntungan sesaat.

"Biasanya investor saat ini, di zaman-zaman kondisi ekonomi digital sedang bermasalah, para investor akan mencari keuntungan besar namun cuma sesaat. Sehingga saham seperti RATU tergoreng," jelasnya.

Oleh sebab itu Ibrahim menilai, saham RATU sementara ini belum bisa dipastikan untuk investasi jangka panjang.

"Jangka panjang sepertinya tidak. Karena melihat kondisi juga, ini kan mau ada perang dagang, akan ada proteksi antara Amerika nih.

Apalagi kebijakan Donald Trump ini kan banyak sekali pernyataan yang negatif yang membuat dolar menguat," pungkas Ibrahim.

Berdasarkan data perdagangan di Stockbit pada 10 Januari 2025, angka EPS (Earnings Per Share) tahunan RATU yang tercatat sebesar 127,12 untuk periode tahunan yang berakhir pada 2024.

Ini menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan laba bersih yang signifikan per saham, meskipun ada beberapa ketidakpastian dalam beberapa indikator lainnya.

EPS yang positif dan cukup tinggi, menjadi indikator pertama bahwa perusahaan memiliki kemampuan menghasilkan laba yang dapat diteruskan. Ini menjadi faktor penting bagi investasi jangka panjang.

Namun, dalam perbandingan antara rasio harga terhadap laba (PE ratio) dan rasio harga terhadap buku (Price to Book). Rasio PE RATU yang tercatat berada di 17,54, ini menunjukkan bahwa pasar menilai saham ini dengan harga yang relatif wajar dibandingkan dengan laba yang dihasilkan.

Akan tetapi, rasio harga terhadap buku yang sangat tinggi, yaitu 17,81, menunjukkan bahwa saham ini mungkin dihargai jauh lebih tinggi daripada nilai buku perusahaannya. Ini bisa menjadi sinyal adanya premi harga yang tinggi.

Dari segi solvabilitas, perusahaan memiliki rasio hutang terhadap ekuitas yang moderat pada 1,11 dan rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas sebesar 0,80. Ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak sepenuhnya bergantung pada utang dalam pendanaan operasionalnya.Ini jadi hal positif dalam menilai stabilitas keuangan jangka panjang.

Namun total hutang terhadap total aset RATU tercatat sebesar 0,46, menunjukkan bahwa hampir separuh dari aset perusahaan dibiayai dengan utang.

Walaupun tidak ada data yang langsung mengukur margin laba kotor atau laba bersih, pendapatan tahunan yang dilaporkan sebesar Rp345 miliar, dengan peningkatan yang signifikan dalam laba bersih untuk kuartal ketiga 2024 (216,02 persen yoy).

Kenaikan laba yang tinggi, dapat dianggap sebagai indikasi baik, meskipun rasio margin laba kotor dan laba bersih yang lebih tinggi akan lebih mendalam untuk menilai efisiensi operasional perusahaan.

Dari sisi manajemen, skor Piotroski yang rendah di angka 2,0 menunjukkan bahwa perusahaan mungkin tidak sepenuhnya kuat dalam hal beberapa metrik keuangan dasar, seperti profitabilitas dan efisiensi.

Hal ini mungkin menjadi area yang perlu diperhatikan, mengingat perusahaan dengan manajemen yang solid dan efisien dalam pengelolaan biaya dan aset terbilang baik untuk sarana investasi.

Secara keseluruhan, saham RATU tampaknya memiliki potensi sebagai investasi jangka panjang berdasarkan EPS yang stabil dan pendapatan yang tumbuh, meskipun harga saham relatif tinggi dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. (*)