KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat 10 Januari 2025. Mata uang rupiah naik sebesar 27 poin ke level Rp16.190 per dolar AS, menguat dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.217.
Penguatan rupiah ini didorong oleh faktor eksternal dan internal yang memberikan sentimen positif di pasar keuangan domestik.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, dalam siaran persnya yang diterima Kabarbursa.com di Jakarta pada Jumat, 10 Januari 2025 menjelaskan bahwa penguatan rupiah dipengaruhi oleh pergerakan indeks dolar AS yang menguat menjelang rilis data penggajian non-pertanian (Non-Farm Payroll/NFP) AS untuk bulan Desember.
Data tersebut diperkirakan akan menjadi indikator penting dalam menentukan arah kebijakan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed).
Ibrahim menambahkan bahwa pasar saat ini tengah menantikan rilis data NFP Desember, yang diperkirakan tetap kuat karena ketahanan pasar tenaga kerja AS. Jika data ini lebih baik dari ekspektasi, The Fed bisa mempertimbangkan untuk lebih fleksibel dalam merencanakan pemotongan suku bunga ke depan.
Selain itu, risalah rapat Federal Reserve pada Desember 2024 menunjukkan kehati-hatian pembuat kebijakan dalam memangkas suku bunga. Inflasi yang masih terkendali serta ketahanan pasar tenaga kerja menjadi faktor utama yang membuat The Fed belum berniat untuk segera memangkas suku bunga.
Namun, ketidakpastian mengenai kebijakan ekonomi dari Presiden terpilih Donald Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari 2025, turut memberikan sentimen kehati-hatian di pasar global.
Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global, termasuk data inflasi China yang menunjukkan pelemahan. Hal ini meningkatkan ekspektasi bahwa China akan meluncurkan stimulus fiskal tambahan untuk mendukung pengeluaran domestik dan menstabilkan pertumbuhan ekonominya yang melambat.
Potensi stimulus tersebut dipandang positif oleh pelaku pasar karena dapat memperkuat perekonomian kawasan Asia, termasuk Indonesia.
Namun, kekhawatiran mengenai kebijakan perdagangan proteksionis AS di bawah pemerintahan Trump turut meningkatkan ketegangan perdagangan global. Ancaman tarif perdagangan yang lebih tinggi dari AS dapat memaksa China untuk meningkatkan stimulus ekonominya, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi aliran modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dari dalam negeri, penguatan rupiah juga didorong oleh optimisme pasar terhadap pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang baru saja diluncurkan oleh pemerintah pada 6 Januari 2025.
Program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp71 triliun hingga akhir 2025 untuk menjalankan program ini, dengan target penerima manfaat mencapai 19,47 juta orang.
Bahan baku untuk program ini akan disediakan oleh koperasi produksi di seluruh Indonesia, yang diharapkan dapat menggerakkan perekonomian lokal.
"Program ini berpotensi memperkuat fondasi tenaga kerja Indonesia di masa depan, seperti yang telah diterapkan di India dan negara-negara Amerika Latin. Tantangan terbesarnya adalah memastikan program ini bergizi, bermanfaat, dan efisien secara biaya tanpa mengganggu stabilitas makroekonomi," kata Ibrahim.
Penggunaan bahan baku lokal yang tersedia secara musiman, seperti yang dilakukan India, menjadi strategi yang dapat menekan biaya sekaligus mendukung ketahanan ekonomi domestik. Keberhasilan program ini diyakini akan memperkuat daya beli masyarakat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.
Proyeksi Rupiah Pekan Depan
Meskipun ditutup menguat pada akhir pekan ini, pergerakan rupiah diperkirakan masih akan fluktuatif pada awal pekan depan. Ibrahim memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.130 hingga Rp16.200 per dolar AS, dengan pengaruh sentimen eksternal dan respons pasar terhadap rilis data ekonomi penting.
Para pelaku pasar masih akan mencermati perkembangan kebijakan moneter The Fed, dinamika ekonomi China, serta langkah-langkah pemerintah Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik.
"Rupiah masih berpotensi menguat jika sentimen positif, baik dari faktor eksternal maupun internal, terus berlanjut. Namun, ketidakpastian global tetap menjadi tantangan yang harus diwaspadai," ujar dia
Dengan dukungan kebijakan ekonomi yang tepat dan pengawasan pasar yang ketat, diharapkan stabilitas nilai tukar rupiah dapat terus terjaga meski tantangan ekonomi global masih akan terus memengaruhi pasar.
Sementara itu, dolar AS mempertahankan stabilitasnya di Asia pada Jumat (10/1), berpotensi mencetak pekan ketujuh berturut-turut di mana mata uang ini menguat. Ini menjadi sebuah pencapaian luar biasa karena imbal hasil obligasi yang terus meningkat dan ekspektasi mengenai laporan ketenagakerjaan yang lebih kuat di Amerika Serikat.
Dalam kondisi ini, dolar AS berhasil naik 0,5 persen terhadap yen Jepang selama pekan ini, membukukan angka 158,405 yen. Selain itu, greenback juga mencatatkan kenaikan hampir 1{2a565caeab28c282df0e8f428de5af42551b82d45b88a9d70ea7f2338465ba6b} terhadap poundsterling, yang tergerus di tengah penurunan harga obligasi pemerintah Inggris serta kekhawatiran terkait stabilitas keuangan negara tersebut.(*)