Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Mengintip Prospek Perdagangan Indonesia usai Bergabung BRICS

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 10 January 2025 | Penulis: Cicilia Ocha | Editor: Redaksi
Mengintip Prospek Perdagangan Indonesia usai Bergabung BRICS

KABARBURSA.COM - Ekonom HSBC menyebut prospek perdagangan Indonesia semakin mentereng usai bergabung dengan kelompok BRICS. BRICS atau singkatan dari Brazil, Rusia, India, China, dan South Afrika [Afrika Selatan] mencakup 40 persen populasi dunia dan 35 persen produk domestik bruto (PDB) global.

"Jika [keanggotaan Indonesia di BRICS] berjalan dengan perjanjian perdagangan yang lebih baik antara negara-negara tersebut, saya pikir itu bisa menjadi jalur yang baik untuk meningkatkan ekspor," ujar Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari dalam kegiatan HSBC: Indonesia and Asia (Investment & Economic) Outlook 2025 di Jakarta, Kamis 9 Januari 2025.

Pranjul mengatakan bahwa seiring berjalannya waktu, peluang perdagangan tersebut berpotensi mendorong pertumbuhan PDB riil Indonesia. Namun, ia juga menilai terdapat sejumlah negara belum sepenuhnya memanfaatkan peluang ekonomi yang ditawarkan oleh BRICS. Dia meyakini, BRICS merupakan platform penting untuk memperkuat kerja sama multilateral Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global. BRICS sendiri juga dinilai menjadi pintu perluasan pasar baru untuk Indonesia, serta dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

"Saya pikir partisipasi ke dalam blok ekonomi seperti BRICS sangat penting untuk peluang ekonomi jangka menengah," kata Pranjul.

Respon Kadin Indonesia

Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri alias Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid buka suara terkait pengakuan resmi Indonesia sebagai anggota penuh BRICS atau singkatan dari Brazil, Russia, India, China, dan South Africa.

“Kadin Indonesia menyambut bergabungnya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS, sebuah momen bersejarah yang mengukuhkan posisi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi global,” ujar Arsjad melalui keterangan resminya yang di kutip, Selasa 7 Januari 2025.

Menurutnya keanggotaan Indonesia di BRICS membuka peluang besar untuk memperluas kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi dengan negara-negara BRICS. Dia juga menilai hal ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Keanggotaan tersebut juga membawa tanggung jawab baru, antara lain memitigasi persaingan global yang semakin ketat. Namun, Kadin Indonesia yakin bahwa dengan sinergi erat antara pemerintah dan dunia usaha, keanggotaan ini akan menjadi kekuataan untuk memperkuat fundamental ekonomi, mendorong inovasi, dan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru,” jelas Arsjad.

Selain itu, Arsjad melihat keanggotaan Indonesia di BRICS sebagai peluang besar untuk mendorong perekonomian nasional ke tingkat yang lebih tinggi. “Kadin Indonesia terus berkomitmen menjadi mitra strategis pemerintah dalam memastikan manfaat keanggotaan BRICS dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Dukung Pertumbuhan Ekonomi

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung merespon terkait pengakuan resmi Indonesia sebagai anggota penuh BRICS atau singkatan dari Brazil, Russia, India, China, dan South Africa. Dia menyatakan bahwa keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS merupakan langkah strategis yang bertujuan memanfaatkan potensi pasar.

“Kami lagi pelajari dampaknya. Tapi, dengan keputusan kita (Indonesia) masuk BRICS itu adalah dalam rangka pemanfaatan pasar,” ujar Yuliot saat ditemui usai acara peresmian Perizinan Air Tanah di Gedung Kementerian ESDM, di Jakarta, Rabu 8 Januari 2025.

Yuliot menyebut negara-negara seperti India dan China yang memiliki populasi besar dan pasar yang potensial menjadi salah satu acuan Indonesia untuk masuk dalam pasar ekspor BRICS. “Tapi dampaknya itu nanti ini pemerintah secara komprensif sudah memikirkan,” katanya.

Pernyataan tersebut hampir senada dengan Wakil Ketua Komisi I DPR RI Ahmad Heryawan. Ia menilai keikutsertaan Indonesia dalam BRICS memberi peluang strategis untuk memperluas ruang peran internasional.

 

Klik Hal Selanjutnya...

 

Ia menyoroti potensi organisasi antarpemerintah yang terdiri atas Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Iran, Mesir, Etiopia, Uni Emirat Arab, dan Indonesia itu, sebagai kekuatan ekonomi yang sangat besar. Negara-negara anggota BRICS memiliki lebih dari 3,27 miliar penduduk dan pada tahun 2023, porsi ekonomi mereka mencapai sekitar 35 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia.

Dengan latar belakang ini, ia menilai bahwa Indonesia bisa memanfaatkan hubungan ini untuk memperluas pasar dan menarik investasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

“BRICS merupakan salah satu peluang besar untuk Indonesia. Dengan kontribusi ekonomi yang begitu besar, lebih dari 35 persen dari PDB dunia, Indonesia harus memanfaatkan momentum ini untuk meraih pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, minimal 6 hingga 7 persen,” ujar Ahmad.

Lebih lanjut, Ahmad juga menyoroti peran New Development Bank (NDB), yang merupakan bank multilateral yang didirikan oleh BRICS. Ia mengatakan bahwa Indonesia bisa memanfaatkan NDB sebagai alternatif pembiayaan untuk proyek infrastruktur dan sektor pembangunan lainnya, mengurangi ketergantungan pada lembaga keuangan global seperti Bank Dunia dan IMF.

Namun, di tengah peluang besar ini, Ahmad mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam menjalin hubungan baik dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Indonesia, sebagai anggota utama ASEAN, harus terus memperkuat kerjasama di tingkat regional agar kawasan Asia Tenggara tetap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang semakin solid.

“ASEAN tetap menjadi prioritas bagi Indonesia. Kita harus menjaga hubungan baik dengan tetangga terdekat kita ini, yang berpotensi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di dunia. Bergabungnya Indonesia dalam BRICS harus bisa disinkronkan dengan penguatan kerja sama regional di ASEAN,” tegasnya.

Menurut Ahmad, meski bergabung dengan BRICS membawa banyak keuntungan, Indonesia tidak boleh melupakan pentingnya peran ASEAN dalam memperkuat posisi Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Ia juga berharap agar Indonesia dapat menjalankan diplomasi yang bijaksana, mengoptimalkan peluang BRICS, dan tetap menjaga stabilitas serta keberlanjutan kerjasama dengan negara-negara ASEAN.

Lanjutnya Ahmad mengungkapkan bahwa keanggotaan Indonesia dalam BRICS membuka peluang luar biasa dalam hal ekonomi, diplomasi, dan kerja sama global. Namun, ia menekankan bahwa Indonesia harus memastikan bahwa kerja sama dengan BRICS dan ASEAN bisa saling mendukung untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.

“Dengan bergabungnya Indonesia dalam BRICS, ini bukan hanya tentang akses ke pasar dan investasi, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa meningkatkan peran Indonesia di dunia internasional untuk kedamaian dan kesejahteraan global,” pungkasnya.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai bergabungnya Indonesia menjadi anggota organisasi BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) memperbesar peluang memperluas akses pasar dan investasi asing, terutama dari sesama anggota.

“Keanggotaan Indonesia di BRICS bertujuan untuk meningkatkan pengaruh ekonomi global, membuka peluang investasi yang lebih besar, serta memperkuat ekspor. Dengan akses pasar yang diperluas, diharapkan ekspor Indonesia dapat meningkat, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Nafan kepada Kabarbursa.com, Rabu, 8 Januari 2025.

Picu Reaksi Keras

Selain mendapat peluang investasi, Nafan juga menyoroti tantangan jika BRICS mulai mengimplementasikan kebijakan pembuatan mata uang tunggal atau single currency yang akan memicu reaksi keras dari negara lain, terutama Amerika Serikat yang menghendaki perdagangan internasional tetap menggunakan dolar.

“Di bawah kepemimpinan Donald Trump yang dikenal memiliki kebijakan proteksionis. Salah satunya adalah ancaman kenaikan tarif impor sebesar 100 persen terhadap negara-negara anggota BRICS,” ucap dia.

Indonesia diminta tetap mengoptimalkan manfaat dari keanggotaan BRICS dengan tetap menjalankan prinsip politik luar negeri bebas aktif untuk mempertahankan hubungan baik dengan organisasi lain seperti organization for economic cooperation and development (OECD).

“Dengan begitu Indonesia bisa mendapatkan manfaat maksimal dari berbagai organisasi internasional yang diikutinya, baik dalam bentuk investasi asing maupun penguatan stabilitas ekonomi,” tutur dia.

Langkah ini dianggap mampu mendorong masuknya aliran modal asing atau foreign inflow, yang akan memberikan dampak positif pada stabilitas nilai tukar rupiah dan ekonomi makro secara keseluruhan.

“Kinerja cadangan devisa Indonesia yang sudah berada di atas ekspektasi menunjukkan bahwa fundamental ekonomi kita cukup kuat untuk mendukung stabilitas rupiah serta resiliensi sektor eksternal,” ujar dia.

Nafan mengaku optimistis masuknya Indonesia di BRICS menjadi sentimen positif terhadap pasar domestik jika langkahnya dijalankan dengan hati-hati dan konsisten. Indonesia dianggap memiliki peluang untuk memanfaatkan momen tersebut dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.(*)