KABARBURSA.COM - PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) mengumumkan telah menyetujui Perjanjian Merek Dagang dan Lisensi (TM Agreement) dengan perusahaan afiliasinya, Bata Brand S.A. Langkah ini akan menghapuskan utang BATA secara bertahap.
Direktur dan Corporate Secretary BATA Hatta Tutuko menyampaikan bahwa Bata Brand S.A. akan menghapus utang BATA yang tercatat sebesar USD 1.885.067,47 pada 2022, USD 1.741.249,10 pada 2023, dan USD 1.237.190 pada 2024. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis 9 Januari 2024.
"Penghapusan utang ini bertujuan untuk memperkuat kinerja Perseroan. Langkah tersebut diharapkan memberikan dampak positif terhadap operasional, kondisi keuangan, serta kelangsungan usaha BATA secara keseluruhan," jelas Hatta.
Ia juga menegaskan bahwa secara jangka panjang, perjanjian ini akan memperkuat stabilitas keuangan BATA, sekaligus mendukung upaya perusahaan dalam menghadapi tantangan industri ke depan.
Direktur PT Sepatu Bata Tbk (BATA) Hatta Tutuko mengatakan, perseroan berkomitmen untuk mengoptimalkan dan meningkatkan penjualan produk, baik sepatu maupun aksesoris, di seluruh toko yang dimiliki untuk tahun 2025.
“Rencana utama untuk tahun 2025 adalah mengoptimalkan penjualan produk di toko-toko perseroan,” ungkap dia pada keterbukaan informasi, Senin, 2 Desember 2024.
Meskipun perseroan memiliki kehadiran di beberapa negara, Hatta menyampaikan bahwa BATA memutuskan untuk tetap fokus pada pasar lokal di setiap negara, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan target penjualan.
Berkaitan dengan potensi supplier lokal dalam memproduksi model sepatu, manajemen menyatakan bahwa Perseroan sudah memiliki kerja sama jangka panjang dengan supplier lokal terpercaya yang mematuhi etika bisnis dan menjaga kualitas produk.
Lebih lanjut, perseroan mengungkapkan bahwa produksi telah dialihkan ke supplier lokal yang memiliki kemampuan memadai.
Terkait proses pemutusan hubungan kerja (PHK) di pabrik, perseroan memastikan bahwa pesangon yang diberikan lebih baik dari yang diatur dalam perundang-undangan.
“PHK dilakukan dengan persetujuan serikat pekerja dalam waktu yang relatif cepat, menciptakan kesepakatan yang harmonis,” tambah Hatta.
BATA menyatakan bahwa proses restrukturisasi telah selesai dilaksanakan, memperkuat kesiapan Perseroan dalam menghadapi tantangan ke depan.
Dengan fokus pada optimalisasi penjualan, penggunaan supplier lokal yang terpercaya, serta penyesuaian strategi CSR, Perseroan menunjukkan komitmennya untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar.
Salah satu pemain terkemuka dalam industri alas kaki di Indonesia, melaporkan kinerja keuangan yang mengecewakan untuk kuartal III 2024.
Pada periode tersebut, perusahaan mencatatkan rugi bersih sebesar Rp129,5 miliar, sebuah peningkatan signifikan dibandingkan rugi bersih pada kuartal yang sama tahun lalu, yaitu Rp80,4 miliar. Hal ini membuat rugi bersih per saham BATA menembus angka Rp99,61, mencerminkan tantangan berat yang dihadapi perusahaan di tengah penurunan kinerjanya.
Berdasarkan laporan keuangan untuk kuartal ketiga tahun 2024, BATA mengalami penurunan signifikan dalam pendapatan, yang tercatat sebesar Rp363,3 miliar. Angka ini menurun 25,6 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023, yang mencatatkan pendapatan Rp488,5 miliar. Penurunan ini tercermin pula dalam laba kotor yang menurun 27,6 persen menjadi Rp138,8 miliar, dibandingkan dengan Rp191,6 miliar pada tahun lalu.
Rugi operasional dan EBITDA juga mengalami penurunan drastis, dengan EBITDA tercatat negatif Rp60,7 miliar, sebuah kontraksi besar dari angka positif Rp31,9 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini membawa margin EBITDA perusahaan menjadi negatif 16,7 persen.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi BATA adalah besarnya beban utang. Pada kuartal III 2024, total utang jangka pendek mencapai Rp 411,8 miliar, sementara utang jangka panjang tercatat Rp 44,4 miliar. Total kewajiban perusahaan membuat rasio utang terhadap ekuitas (Debt/Equity) menembus angka 199,37, yang menunjukkan beban utang yang sangat tinggi.
Sementara itu, rasio utang terhadap total kapitalisasi mencapai 1,00, yang berarti perusahaan hampir sepenuhnya dibiayai oleh utang. Rasio ini semakin diperburuk dengan EBITDA negatif yang mengakibatkan rasio Debt/EBITDA menjadi -7,52, menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan besar dalam menghasilkan laba operasional untuk menutupi kewajiban utangnya.
Pada akhir kuartal III 2024, saham BATA diperdagangkan pada harga Rp 57 per lembar, dengan total kapitalisasi pasar mencapai Rp 74,1 triliun. Namun, meskipun nilai saham tetap stabil, PER (Price to Earnings Ratio) BATA berada pada angka negatif -0,57x, mencerminkan bahwa perusahaan belum mampu mencetak laba positif.
Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing berada pada angka negatif -28,24 persen dan -5.658,94 persen, menunjukkan buruknya profitabilitas dan efisiensi penggunaan aset serta ekuitas.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.