KABARBURSA.COM - PT Prima Andalan Mandiri Tbk (MCOL), melalui entitas anaknya PT Mandiri Intiperkasa (MIP), PT Mandala Karya Prima (MKP), dan PT Maritim Prima Mandiri (MPM), melaporkan progres eksplorasi tambang batu bara hingga 2024.
Berdasarkan keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Sekretaris Perusahaan Jie Jeanny Pratiwi menyampaikan, selama triwulan IV 2024, MIP memprioritaskan pengeboran eksplorasi untuk memperoleh data detail area penambangan lima tahun ke depan.
"Sebanyak 39 titik pengeboran telah selesai dilakukan dengan total kedalaman 7.813,80 meter. Pengeboran ini mencakup lubang terbuka (7.490,20 meter) dan pengeboran inti (323,60 meter)," ujarnya pada Kamis, 9 Januari 2025.
Proyek pengeboran ini, kata Jeanny, dilakukan oleh PT Global Mining Services dengan penggunaan teknologi modern seperti mesin bor Jacro 250, Jacro 350, dan Jacro 450. Uji kualitas batubara dilakukan oleh PT Sucofindo, dengan pengawasan ketat dari geologist internal PT MIP.
"Rencana selanjutnya untuk triwulan I 2025 mencakup 46 titik pengeboran dengan total kedalaman 8.872,14 meter," terang dia.
Adapun selama triwulan IV 2024, biaya operasional untuk eksplorasi mencapai USD233.935, melebihi rencana awal sebesar USD164.329. Namun, belum ada alokasi investasi pada periode ini. "Total biaya operasional tahun 2024 tercatat sebesar USD812.903," imbuh Jeanny.
Selain itu, Jeanny mengungkapkan bahwa dengan target eksplorasi yang lebih besar di tahun 2025, MIP berencana memperluas cakupan pengeboran dan meningkatkan efisiensi operasional. Perusahaan optimis dapat menjaga keberlanjutan operasional tambang batubara sembari terus memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.
MIP menerapkan berbagai kebijakan untuk memastikan tambang dikelola secara optimal dan berkelanjutan. Langkah-langkah strategis yang diambil meliputi:
Untuk diketahui, MIP merupakan pemegang izin PKP2B, MKP sebagai kontraktor tambang, dan MPM sebagai kontraktor pengangkutan laut. MIP mengelola izin PKP2B yang meliputi wilayah di Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung, dan Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Sejak mulai produksi pada tahun 2004 berdasarkan keputusan Menteri ESDM, PT MIP terus meningkatkan target produksi. Pada tahun 2024, target produksi mencapai 10 juta ton, naik dari revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).
Sebelumnya diberitakan, Prima Andalan Mandiri mengumumkan rencana pembagian dividen interim kepada para pemegang sahamnya. Jeanny menyampaikan melalui keterbukaan informasi bahwa dividen tunai interim yang akan dibagikan ini memiliki nilai total sebesar Rp391,11 miliar, dengan pembagian Rp110 per saham.
“Keputusan ini diambil oleh Direksi dan telah mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris pada 18 November 2024,” ujar Jeanny, Selasa, 19 November 2024.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 30 September 2024, PT Prima Andalan Mandiri Tbk mencatatkan laba bersih sebesar USD99,55 juta, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya mencapai USD426,22 juta, dan total ekuitas sebesar USD592,01 juta.
Untuk memastikan para pemegang saham dapat menerima haknya, perusahaan telah menetapkan jadwal pembagian dividen dengan rinci. Tanggal cum dividen di pasar reguler dan negosiasi dijadwalkan pada 28 November 2024, diikuti dengan tanggal ex dividen pada 29 November 2024.
Di pasar tunai, tanggal cum dividen jatuh pada 2 Desember 2024, sedangkan tanggal ex dividen pada 3 Desember 2024. Pemegang saham yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) hingga 2 Desember 2024 pukul 16.00 WIB berhak menerima dividen ini, yang akan dibayarkan pada 16 Desember 2024.
MCOL mencatat penurunan kinerja keuangan pada kuartal III 2024. Laba bersih sebesar Rp1,51 triliun turun 46,4 persen dibandingkan Rp2,76 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya, dengan laba bersih per saham (EPS) Rp418,63. Pendapatan sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp9,01 triliun, turun 15,9 persen dari Rp10,7 triliun tahun sebelumnya. Margin laba kotor, EBITDA, dan laba bersih masing-masing tercatat 28,9 persen, 28,9 persen, dan 16,7 persen.
Kinerja kuartalan menunjukkan tekanan lebih dalam, dengan pendapatan kuartal III sebesar Rp3,1 triliun turun 31,4 persen dari kuartal II, sementara laba bersih anjlok 55,1 persen menjadi Rp531,9 miliar.
Namun, rasio keuangan perusahaan tetap stabil, dengan total aset Rp12,02 triliun, ekuitas Rp8,96 triliun, dan rasio utang terhadap ekuitas 0,34. Posisi kas Rp2,99 triliun dibandingkan utang jangka pendek Rp1,96 triliun dan utang jangka panjang Rp1,1 triliun menunjukkan likuiditas yang sehat. Rasio EBITDA terhadap biaya bunga sebesar 35,07 mendukung kemampuan perusahaan membayar kewajiban bunga. (*)