KABARBURSA.COM - PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) menyampaikan alasan penutupan gerai pada 2024 sehingga jumlah gerai TGUK yang tersisa hanya 35 unit dan kerugian pada tahun tersebut.
Menurut Direktur Utama TGUK Maulana Hakim, perusahaan menghadapi tantangan berat akibat kondisi pasar yang kurang menguntungkan, terutama di kalangan kelompok menengah ke bawah, yang merupakan target pasar utama TGUK. Daya beli masyarakat yang terus menurun, terutama pada kuartal pertama hingga ketiga 2024, menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penutupan sejumlah gerai.
Selanjutnya, penurunan daya beli masyarakat memaksa mereka untuk mengutamakan kebutuhan pokok. Selain itu, belanja online yang semakin mahal juga mempengaruhi perilaku konsumen.
"Tantangan tersebut membuat seseorang lebih mengutamakan untuk membeli kebutuhan pokok. Tantangan ini juga dialami oleh beberapa F&B lain, baik yang sejenis minuman ataun non minuman. Hal ini menyebabkan TGUK harus melakukan efisiensi dengan cara penutupan store," ungkapnya dalam keterangannya, Rabu, 8 Januari 2025.
Di samping itu, Direktur Keuangan, Riko Firmansyah, menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kerugian pada kuartal ketiga 2024, yang mencapai Rp20 miliar. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, yang mencatatkan keuntungan bersih sebesar Rp4,2 miliar. Dengan kerugian tersebut, rugi bersih per saham TGUK tercatat sebesar Rp5,58.
Menurut laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan, TGUK mencatatkan total pendapatan sebesar Rp69,8 miliar pada kuartal ketiga 2024, turun sebesar 30,3 persen dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama tahun 2023 yang mencapai Rp100,1 miliar. Penurunan pendapatan ini turut berdampak pada penurunan laba kotor, yang turun 32,6 persen menjadi Rp34,7 miliar dari Rp51,5 miliar pada 2023.
Sementara itu, EBITDA tercatat negatif Rp3,0 miliar, sebuah penurunan signifikan dibandingkan dengan EBITDA positif sebesar Rp14,4 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu. Margin EBITDA perusahaan tercatat negatif 4,3 persen, mencerminkan tantangan operasional yang signifikan selama periode tersebut.
Dengan demikian, margin laba bersih perusahaan tercatat negatif 28,8 persen, yang mengindikasikan adanya tekanan signifikan pada kinerja keuangan TGUK. Perusahaan juga tidak membagikan dividen untuk periode tersebut, mengikuti kebijakan yang berfokus pada pemulihan kondisi keuangan.
Di sisi lain, posisi kas perusahaan tercatat sebesar Rp2,2 miliar, sementara total aset yang dimiliki oleh TGUK pada kuartal ketiga 2024 adalah Rp195,6 miliar. Dengan total utang jangka pendek sebesar Rp37,1 miliar dan utang jangka panjang sebesar Rp1,5 miliar, rasio utang terhadap ekuitas perusahaan tercatat sebesar 0,25, yang menunjukkan tingkat utang yang relatif rendah.
Meskipun demikian, perusahaan menghadapi tantangan besar dalam hal profitabilitas dan likuiditas. Rasio Return on Assets (ROA) tercatat negatif 10,28 persen, sementara Return on Equity (ROE) juga negatif 12,80 persen, mencerminkan kesulitan dalam menghasilkan laba dari aset dan ekuitas perusahaan.
"Ada tagihan platform online yang cukup besar, investasi yang kurang berhasil pada produk es krim, serta biaya penutupan toko yang cukup signifikan," ungkap Riko.
Mengenai langkah-langkah keuangan yang diambil, Riko menambahkan bahwa perusahaan saat ini sedang melakukan pendekatan dengan vendor untuk restrukturisasi utang. TGUK berharap restrukturisasi tersebut dapat selesai pada tahun 2025, yang akan memperbaiki posisi keuangan dan memungkinkan perusahaan untuk kembali fokus pada pertumbuhan.
Saham TGUK ditutup stabil di harga Rp50 pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu, 8 Januari 2025. Tidak ada perubahan harga dibandingkan dengan harga saham pada penutupan sebelumnya, yang juga tercatat di level yang sama.
Selama sesi perdagangan hari ini, volume transaksi saham TGUK tercatat sebesar 11.700 lot, dengan rata-rata volume harian tercatat sebesar 4,61 juta lot. Meskipun volume transaksi hari ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata volume perdagangan harian, harga saham TGUK tetap berada dalam kisaran harga yang stabil.
Pada perdagangan saham TGUK dalam setahun terakhir, harga saham perusahaan ini telah mengalami penurunan signifikan sebesar 47,37 persen. Meskipun demikian, harga saham yang stabil pada level Rp 50 dapat menunjukkan adanya daya tarik di kalangan investor, meskipun perusahaan tengah menghadapi tantangan dalam kinerja keuangan dan profitabilitasnya.
Secara keseluruhan, meskipun harga saham TGUK stagnan pada perdagangan hari ini, perusahaan tetap berada dalam fase pemulihan, dan dinamika pasar saham akan terus dipengaruhi oleh perkembangan kinerja keuangan perusahaan ke depan. (*)