Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Rupiah Menguat ke Level Rp16.142, Sentimen Positif dari BRICS dan The Fed

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 07 January 2025 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Redaksi
Rupiah Menguat ke Level Rp16.142, Sentimen Positif dari BRICS dan The Fed

KABARBURSA.COM - Mata uang rupiah mencatatkan performa solid dengan menguat 55 poin ke level Rp16.142 pada penutupan perdagangan sore ini, setelah sebelumnya sempat menguat 65 poin.

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa penguatan ini dipicu oleh faktor eksternal dan internal yang memberikan sentimen positif bagi pasar.

Faktor eksternal yang mengakibatkan penguatan rupiah adalah pelemahan dolar AS. Ibrahim menyoroti pernyataan Gubernur Federal Reserve (The Fed), Lisa Cook, yang menyatakan bahwa The Fed akan bersikap hati-hati dalam memangkas suku bunga lebih lanjut. Menurut Cook, ekonomi AS masih berada pada pijakan yang kokoh dengan inflasi yang lebih kuat dari perkiraan.

“Berbagai pembuat kebijakan Fed dijadwalkan untuk berbicara minggu ini, dan kemungkinan akan menggemakan komentar terbaru dari pejabat Fed lainnya bahwa masih ada kebutuhan untuk memerangi tingkat inflasi yang membandel,” jelas Ibrahim dalam keterangannya, Selasa 7 Januari 2024.

Selain pernyataan The Fed, laporan dari Washington Post turut memicu volatilitas pasar. Laporan tersebut menyebutkan bahwa para pembantu Donald Trump tengah mempertimbangkan rencana tarif yang hanya akan diterapkan pada sektor-sektor tertentu yang dianggap penting bagi keamanan nasional atau ekonomi AS. Hal ini sedikit meredakan kekhawatiran pasar mengenai tarif yang lebih luas.

“Hanya pada sektor-sektor yang dianggap penting bagi keamanan nasional atau ekonomi AS, meredakan kekhawatiran tentang pungutan yang lebih keras dan lebih luas,” ungkap dia.

Meski demikian, Trump membantah laporan tersebut. Presiden terpilih AS itu menegaskan bahwa ia tetap berkomitmen untuk memberlakukan tarif impor tinggi sebagai langkah memperkuat dominasi perdagangan AS, khususnya terhadap Tiongkok.

Namun, Ibrahim mencatat ketidakpastian yang meningkat terkait kebijakan perdagangan global Trump membuat dolar sempat merosot ke level terendah dalam satu minggu sebelum akhirnya menutup sebagian besar kerugiannya.

“Dolar merosot ke level terendah dalam satu minggu setelah laporan tersebut, tetapi berhasil menutup sebagian besar kerugian internal,” jelas dia.

Sementara untuk faktor internal adalah masuknya Indonesia ke dalam BRICS sehingga mampu memberikan angin segar bagi perekonomian nasional. Keputusan bergabung dengan BRICS, kata dia, akan memperkuat posisi Indonesia dalam negosiasi global, terutama di hadapan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development).

“Pasar merespon positif bergabungnya Indonesia kedalam kelompok BRIC,” ungkapnya.

Menurutnya, Indonesia merupakan kekuatan ekonomi potensial di Asia, potensi itu harus dibuka dengan lebih berani mengambil sikap.

Lebih lanjut, keputusan bergabung BRICS disebut mampu meningkatkan posisi tawar Indonesia di mata OECD yang selama ini seolah diposisikan tidak setara dengan negara lain.

Dia menambahkan, tren dedolarisasi yang digaungkan BRICS akan terjadi secara alami seiring melemahnya dominasi ekonomi AS.

Meski begitu, Ibrahim menilai, dedolarisasi ini lebih mungkin terjadi dalam lingkup perdagangan antar anggota BRICS, bukan sebagai pengganti total sistem keuangan global seperti SWIFT.

“Peran ekonomi AS di dunia, meskipun akan tetappenting, cenderung menurun akibat munculnya kekuatanbaru seperti China, India, Rusia, Brasil, Meksiko, atau bahkan Indonesia," tambahnya.

Rupiah Ditutup Melemah

Seperti diberitakan sebelumnya, rupiah sempat ditutup melemah pada perdagangan Senin sore, 6 Januari 2025, rupiah ditutup melemah tipis di level Rp16.198 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka optimistis rupiah akan tetap terkendali, dengan perkiraan perdagangan besok berada di rentang Rp16.150 hingga Rp16.210.

“Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah tipis 1 poin setelah sebelumnya sempat menguat 20 point di level Rp16.198 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.196. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp16.150 sampai Rp16.210,” jelas Ibrahim.

Pelemahan rupiah terjadi di tengah sejumlah faktor eksternal dan internal yang memengaruhi pasar valuta asing. Secara eksternal, indeks dolar AS menunjukkan tren melemah akibat meningkatnya kekhawatiran terkait lambatnya penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.

Pada bulan Desember, The Fed menegaskan inflasi yang lemah dan kekuatan pasar tenaga kerja akan menjaga suku bunga tetap tinggi dalam waktu yang lebih lama.

Gubernur Adriana Kugler dan Presiden Fed San Francisco Mary Daly, menekankan kemenangan atas inflasi belum tercapai, sementara pasar tenaga kerja yang masih solid terus diawasi dengan ketat.

Selain itu, fokus pelaku pasar minggu ini tertuju pada data penggajian nonpertanian AS dan laporan inflasi utama untuk bulan Desember. Data ini diperkirakan akan menjadi indikator penting terkait ekspektasi stimulus ekonomi lebih lanjut.

Di sisi lain, kebijakan ekonomi China juga menjadi perhatian. Beijing diprediksi akan meningkatkan pengeluaran fiskal pada tahun 2025 untuk mendukung pemulihan ekonomi di tengah tekanan deflasi yang berkepanjangan dan krisis pasar properti.

Kebijakan tarif tinggi yang dijanjikan Donald Trump terhadap China juga memicu spekulasi akan adanya respons stimulus yang lebih agresif dari pemerintah Beijing.

Dari sisi domestik, perhatian pasar tertuju pada perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024. Defisit APBN tahun ini tercatat sebesar Rp507,8 triliun atau 2,29 persen terhadap PDB, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65 persen terhadap PDB.

Pemerintah sempat memproyeksikan defisit mencapai 2,7 persen akibat tekanan ekonomi pada semester pertama 2024. Namun, kondisi makroekonomi yang membaik memberi harapan bahwa defisit akan tetap sesuai desain awal. (*)